NovelToon NovelToon
Aku Di Sini Istriku

Aku Di Sini Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / CEO / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Suami ideal
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Nadya

Demi menjalankan wasiat dari almarhum Om nya Kean rela menikahi Tasila yang merupakan istri dari sang om yang ditinggal meninggal. Kean rela menikahinya secara diam-diam demi bisa merawat dan menjaganya karena sejak ditinggal meninggal oleh sang Om Tasila menderita obsessive compulsive disorder.
Dengan sabar dan ikhlas Kean berusaha mempertahankan pernikahannya walaupun beberapa kali ia merasakan sakitnya tak dianggap. Namun, Kean tak menyerah! Demi mendapatkan hati istrinya Kean rela melakukan apapun bahkan hal-hal konyol yang sebenarnya bukanlah ciri khasnya sebagai seorang CEO muda yang cool.
____
Mampukah Kean mendapatkan hati Tasila seiring berjalannya waktu? Dan mampukah ia membuat sang istri benar-benar sembuh dari penyakitnya?
•••••••
(SEQUEL The Waits Gets Duda Elegan-Bisa dibaca terpisah)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pria Mapan

"Selain di sini saya juga bekerjasama dengan HTJ corp, yang saat ini kalau tidak salah alih pimpinan kepada Bapak Keandra putra dari mendiang CEO yang lama."

Tasila terkejut mendengar itu. Ternyata kliennya ini kenal juga dengan Kean.

"Oh, baik Pak saya juga mengenal Bapak Keandra." Tasila tersenyum tipis.

"Saya senang bekerjasama dengan dia. Dia seorang laki-laki yang profesional dan produktif. Selama saya bekerjasama dengan perusahaannya saya tidak pernah sekalipun merasa kecewa begitupun dengan perusahaan milik almarhum Bapak Gezze sky ini yang sekarang sudah alih kepemimpinan kepala anda. Saya harap kerjasama kita akan tetap berlanjut dan selalu memuaskan."

"Aamiin, pasti Pak. Saya maupun Pak Sidik akan selalu mengusahakan yang terbaik untuk perusahaan kami."

Allahuakbar... Allahuakbar...

"Alhamdulillah. Karena sudah adzan boleh kita isoma dulu Pak? Nanti bisa kita lanjutkan lagi."

"Kita finishing saja. Lagian pembahasan kita sudah selesai kok." Putus Devo.

"Baik kalau begitu terimakasih banyak Pak Devo sudah percaya kepada perusahaan kami."

"Sama-sama ibu Tasila."

"Kalau begitu saya permisi, ingin melaksanakan sholat dzuhur berlebih dahulu. Mari Pak." Tasila meraih tasnya seraya berjalan pergi keluar ruangan.

Devo tersenyum kecil memperhatikan kepergian Tasila. Entah kenapa Devo merasa kagum dengan perempuan itu sejak pertama kali Ia berjumpa. Dia perempuan berwajah cantik nan teduh serta sholeha.

Devo menatap arloji di pergelangan tangannya.

"Kalau begitu saya numpang ke mushola juga ya Pak Sidik, saya ingin melaksanakan sholat di sini. Sebelum saya lanjut ke HTJ corp."

"Baik Pak. Mau bareng?" Tawar Sidik.

"Boleh." Balas Devo.

****

"Hufhh... Rasanya seger banget kalo udah sholat." Kean tersenyum seraya menyenderkan kepalanya pada leangan kursi.

Kean mengambil map jadwal di atas meja seraya membukanya.

"Meeting sama Pak Wilopo udah, Pak Danang udah, sekarang tinggal sama Pak bestie." Kean tersenyum senang karena Ia akhirnya dapat bertemu klien akrabnya.

Beberapa menit Kean memejamkan matanya. Ia tidak tidur hanya merileksasi pikirannya saja yang terasa hampir jenuh.

Clek...

"Permisi." Kean membuka matanya mendengar suara yang amat sangat familiar itu.

"Silahkan masuk Pak." Kean beranjak dari duduknya dan menghampiri sang klient.

Devo geleng-geleng kepala dengan senyuman kagumnya.

"Jadi benar sekarang kamu sudah sepenuhnya menggantikan posisi CEO di sini?"

"Tentu Pak. Setelah si brengsek parasit itu dipenjara yah... Akhirnya Mamah selaku owner memberikan perusahaan ini untuk saya." Bangga Kean.

"Saya kagum dengan perusahaan ini. Dibangun oleh seorang wanita, dipimpin oleh mendiang suaminya selama beberapa tahun dan sempat jatuh ke tangan keaparat licik namun akhirnya berjaya lagi di tangan kamu." Devo merangkul pundak Kean sambil menepuk-nepuk pelan.

"The world is turning round." Kean tersenyum smirk.

"Ngomong-ngomong Pak Devo langsung dari kantor ke sini?" Tanya Kean.

"Enggak. Saya dari Priwasa Grup terlebih dahulu sebelum kesini, saya di sana menemui calon CEO baru yang emm... sangat cantik ternyata." Devo terkekeh setelah mengatakan itu.

Senyuman Kean mendadak luntur tanpa Devo sadari. Namun, Kean berusaha pura-pura tetap terlihat biasa saja.

"Pak Devo suka sama janda?" Kean pura-pura meledek.

"Yeee, emang kenapa kalo dia janda? Yang pentingkan hatinya. Dia juga gak mau jadi janda kalau bukan karena takdir. Saya tadi benar-benar kagum sama penjelasan Ibu Tasila. Dia memang masih awam namun, pemahamannya sungguh luar biasa. Cuma tadi ada tragedi yang bikin saya malu saat saya hendak menjabat tangannya." Devo terkekeh menahan malu mengingat itu.

"Dia benar-benar perempuan yang sholehah. Betapa beruntungnya almarhum Pak Gezze bisa mendapatkan istri sesempurna dia. Kira-kira... Menurut kamu ya, saya yang sudah lama menjadi bujang lapuk ini apakah bisa mendapatkan hatinya? Sedangkan umur saya sudah hampir 36 tahun dan saya rasa cukup jauh dengan ibu Tasila."

DEG....

Jantung Kean mendadak terasa membeku mendengar pernyataan Devo. Entah kenapa Ia merasa was-was jika harus bersaing dengan Devo. Devo adalah pengusa muda yang selama ini lebih memfokuskan dirinya pada karir. Kean tidak pernah sekalipun melihat ataupun mendengar jika Devo memiliki seorang kekasih.

Dia sebelumnya sempat punya keputusan untuk tidak memprioritaskan pernikahan di dalam hidupnya. Namun, kenapa sekarang berubah 190 derajat setelah bertemu Tasila hanya dalam sepersekian jam saja?

"B__bukannya Pak Devo tidak ingin menikah ya?" Kean bertanya dengan hati-hati.

"Saya hanya tidak memprioritaskan pernikahan bukan berarti tidak mau menikah. Jika memang ada perempuan yang tepat dan sesuai kriteria saya, ya... Itu lain hal." Jawab Devo dengan santainya.

Kean terdiam dengan ekspresi yang mulai datar. Ia tidak dapat berpura-pura lagi. Kali ini sakitnya luar biasa. Ia takut kalah, Ia takut perjuangannya selama ini akan sia-sia. Apakah tahajjudnya dan hajatnya selama ini tidak ada artinya sama sekali?

"Menurut kamu gimana?"

Kean masih bengong dengan tatapan lurus ke lantai.

"Yan? Kok bengong si? Bingung ya karena kamu banyak ceweknya jadi gak bisa ngasih solusi." Goda Devo.

"Ah, Pak Devo apaan si." Kean tersenyum kikuk.

"Di umur kamu yang udah 27 ini kamu juga gak ada niatan buat nikah gitu?"

"Entar aja Pak. Masih fokus karir." Alibi Kean.

"Hhhh... Kamu seperti saya beberapa tahun lalu."

"Kita langsung ke ruang meeting aja Pak sudah siang." Kean yang merasa sudah tidak nyaman dengan pembicaraan pun memutuskan untuk mengalihkan topik.

"Oh, iya-iya. Maaf saya terlalu keasikan."

****

"Saya hanya tidak memprioritaskan pernikahan bukan berarti tidak mau menikah. Jika memang ada perempuan yang tepat dan sesuai kriteria saya, ya... Itu lain hal."

Kata-kata Devo selalu terngiang-ngiang di kepala Kean sepanjang hari. Kekhawatiran memenuhi dadanya bahkan Ia rasa bukan hanya dadanya melainkan seluruh tubuhnya yang kini terasa dingin di cuaca sepanas ini.

Dahulu Tasila juga menyukai Gezze yang umurnya terpaut lumayan jauh dengan Tasila, 25 dengan 32. Sedangkan dengan dirinya Ia rasa saat ini Tasila sudah berumur 26 dan dirinya 27. Hanya beda 1 tahun saja.

Apakah mungkin kriteria laki-laki idaman Tasila adalah laki-laki dewasa yang mapan dan karismatik. Sedangkan dirinya yang hanya menang tinggi namun berwajah baby face ini, apakah bisa masuk ke dalam kriteria itu?

Kean sebetulnya pernah memiliki ide untuk memanjangkan jenggotnya agar terlihat dewasa namun, jika Kean melakukan itu. Itu sama saja Ia merubah jati dirinya. Lagian Ia pernah mencoba untuk berjambang namun, Ia merasa tidak pantas begitupun dengan pendapat mamahnya yang merasa wajah Kean terlalu muda untuk ditumbuhi jambang walaupun umurnya sudah hampir kepala 3.

"Ke, baca dong kok ngelamun si?!!" Tasila nampak kesal karena sedari tadi Ia membacakan ayat namun Kean tidak kunjung mengikutinya.

Saat Ia menoleh ternyata laki-laki itu sedang melamun dan lengah dari Al-Qur'annya.

"Astagfirullah. Maaf La." Kean mengatupkan bibirnya merasa bersalah.

"Kamu kenapa si? Dari pertama duduk kamu tuh aneh, bengong terus. Mikirin apa si?"

"Gak papa." Kean menunduk.

"Ke, jangan dipendem sendiri kalo ada masalah nanti setres loh. Ayo cerita, insyaallah saya ada solusi." Bujuk Tasila.

Kean menghela nafas dan menatap Tasila cukup dalam. Tasila yang ditatap seperti itu seketika langsung mengalihkan pandangan karena jantungnya lagi-lagi berdebar abnormal.

"Saya.... Cinta...."

Tasila mengernyitkan dahinya mendengar itu. "Cinta sama siapa?"

"Saya cinta kkk__kepada seseorang. Saya rutin tahajud dan sholat hajat buat dapetin dia. Karena kata Ustadz Abyan saya harus mendekati penciptanya terlebih dahulu baru nanti Allah akan mendatangkan dia untuk saya. Tapi nyatanya saya malah mendapat saingan berat. Ada seorang pria mapan yang curhat kepada saya bahwa dia menyukai perempuan yang saya cintai, bahkan dengan mantap ingin menikahinya. Saya merasa ikhtiar dan tawakal saya selama ini sia-sia."

Entah kenapa Tasila merasa sesak mendengar itu. Ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya, Ia seperti merasakan kekecewaan yang mendalam saat mendengar ada perempuan yang Kean cintai yang Tasila rasa tak mungkin dirinya.

Ia ingat Kean pun dahulu pernah bercerita bahwa ada perempuan berpenampilan syar'i dan sholeha yang laki-laki itu idamkan. Tasila rasa pasti perempuan itu orangnya.

Tasila berusaha tersenyum walaupun senyumannya terasa menusuk hati.

"Amalan sholat kamu gak ada yang sia-sia. Segala sesuatu yang di inginkan dengan doa' dan pendekatan kepada Allah semuanya baik. Hanya saja, kitakan tidak tau apakah yang kita harapkan terbaik atau tidak untuk diri kita. Allah itu selalu punya caranya tersendiri untuk melindungi hamba setianya.

Tapi, bisa jadi kamu sedang diuji. Allah pengen tau seberapa besar rasa cinta kamu, seberapa besar kesabaran kamu, dan seberapa kuat hati kamu atas kesungguhan doa-doa kamu. Lagian pria mapan itukan masih niat aja belum benar-benar melaksanakan niatnya secara tindakan. Jadi kamu masih punya kesempatan.

Saran saya, kamu tidak boleh berkecil hati apalagi menyalahkan Allah. Tetap berbaik sangka dan lihatlah hikmah-hikmah yang kamu dapat disetiap kejadian di dalam hidup kamu. Saya jamin kamu tidak akan murung lagi seperti tadi.

Pikiran stres itu buatan manusianya. Kesehatan mental yang sesungguhnya ada di dalam hati. Jika hati kita bersih dan selalu berbaik sangka kepada Allah, insyaallah hidup kita akan tenang karena jika hati kita beriman pikiran kita pun otomatis akan senantiasa terpenuhi dengan nama Allah."

Kean mengangguk-angguk mendengar penjelasan Tasila yang sangat menakjubkan.

'La... La... Cowok mana si yang gak suka sama kamu? Perempuan se-sholeha kamu, sepintar kamu, secantik kamu. Wajar Pak Devo terpesona sama kamu.' Batin Kean.

"Kecuali kaya saya. Penyakit mental yang saya alami ini baru takdir, ujian untuk saya. Tapi saya percaya Allah punya jalan keluar yang sangat lebar untuk saya dikemudian hari. Dan saya menantikan perjalanan hidup saya sampai ke titik itu."

"Berarti kamu siap untuk hidup bersama laki-laki lain?"

"Kan sudah saya bilang, bagaimana takdirnya nanti saja. Siap tidak siap jika Allah mentakdirkan saya memiliki suami baru, pasti ada aja jalan untuk saya mencintai dia walaupun di mata dan hati saya terasa sulit namun, pandangan Allah tentunya amat sangat berbeda dengan pandangan makhluk. Sulit di mata makhluk sama dengan seujung kuku bagi mata Allah."

Entah kenapa setelah mendengar kata-kata Tasila Kean merasa lebih tenang. Ia yang semula sangat was was kini mempunyai semangat berjuang yang lebih membara lagi.

"Makasih ya saya udah merasa lega sekarang."

"Ke... Umur kamu udah banyak loh. Kamu memang sudah saatnya memilih pendamping. Kamu butuh tangan untuk kamu genggam dalam setiap langkah hijrahmu. Maka dari itu saya ingin kamu menikah dengan perempuan yang sholehah dan mau berjuang di jalan Allah bersama kamu. Cepet ya dilamar nanti keburu di ambil pria mapan itu dulu." Tasila terkekeh meledek Kean.

"Ck, ngeledek terus."

"Kamu juga mapan kok. Ngapain takut?" Tasila menggerakkan satu alisnya heran.

"Masalahnya dia itu kayanya lebih suka cowok yang lebih dewasa kaya... Umur 30an ke atas lah."

"Masa si? Bukannya lebih enak yang masih di bawah 30an ya?"

"Enak apanya nih?" Kean bertanya sambil terkekeh.

"Ih, maksudnya lebih muda lebih fresh gitu. Masa nyarinya yang emm... Om-om si." Tasila memelankan suara untuk yang terakhir.

Namun tetap saja Kean tertawa terbahak-bahak hingga membuat Tasila malu.

"Tau tuh masa milihnya yang om-om. Kalo kamu pribadi mau milih yang mana?" Kean akhirnya bisa memutar pertanyaan.

"Ya... Kalo ada si yang masih fresh hhhh." Keduanya tertawa bersamaan.

"Cuma ya... Sedikasihnya si. Yang penting jangan 34 ke atas."

Mendengar itu mata Kean berbinar. "Yes." Ucapnya tanpa sadar.

"Yes kenapa?" Tasila bingung.

"Oh enggak itu saya cuma mau bilang Yes pilihan yang tepat." Kean mengacungkan jempolnya.

Tasila terkekeh melihat kekonyolan laki-laki di depannya ini. "Apaan si."

"Hehe..." Kean menggaruk tengkuknya.

1
Marya Dina
gak pp sila goda aja kean terus
semoga kebahgiaan menghampiri kalian .
Marya Dina
cie ciee tasila seneng kan.
mooga bisa nerima kean.. sila..
Marya Dina
yes . akhirnya biar tasila tau...
mau liat bucin nya mereka lgi.
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Marya Dina
sy udh baca sampe 7bab. tapi kyak nya d baru y thor kemren d hapus
larasatiayu: bc pnyaku jg dong
Marya Dina: eh iya yak q baca sampe rasa syukur..🤭
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!