Alexa Snowy Williams, putri bungsu Azka Abraham Williams, pemimpin Organisasi Black Alpha setelah kematian Axelle Williams, meninggalkan negaranya dan mencari kehidupan baru setelah ia mendapati kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama 6 tahun, berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Membuang semua identitasnya, ia menata kehidupan baru dan mencari seseorang yang mencintainya dengan tulus, tanpa tahu siapa dirinya.
Mungkinkah Alexa akan menemui cinta sejatinya? Ataukah ia akan kembali kepada kekasihnya yang telah menyesal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENERIMANYA
Sepulang mengajar, Alexa akan langsung pergi menuju rumah James yang ditempati oleh Michael, bersama dengan Edith. Alexa membayar gaji Edith setiap minggu karena memang Edith memintanya demikian.
Keduanya bekerja dengan gembura dan senyum di wajah mereka yang rasanya tak pernah luntur. Michael yang melihat interaksi keduanya pun merasa tertarik, hingga kadangkala ia tak bisa mengalihkan pandangannya.
"Aduhh!!" karena bekerja sambil mengobrol, tanpa sadar Alexa mengiris tangannya sendiri. Ia langsung berdiri dan menyiramnya dengan air yang mengalir. Michael yang melihatnya langsung menarik tangan Alexa dan membawanya ke dalam kamar tidur.
Saat pertama kali datang ke rumah itu, Michael sudah memeriksa semua lemari untuk memastikan barang apa saja yang berada di sana. Ia tahu di mana letak kotak P3K, hingga kini dengan mudah ia menemukannya. Ia mendudukkan Alexa di sebelahnya dan dengan cekatan dan telaten ia membersihkan luka Alexa, kemudian mengobatinya.
"Wow, kamu ahli sekali mengobati," Alexa mengangkat salah satu jarinya yang sudah diperban oleh Michael dan lilitan perbannya sangat rapi dan nyaman.
"Aku seorang dokter," ucap Michael mengakui.
"Dokter? Wow kamu hebat. Aku dulu hampir masuk kedokteran, tapi ... aku mengurungkan niatku karena waktu belajarnya yang terlalu lama," ucap Alexa sambil tersenyum, membuat jantung Michael kembali berdetak tak karuan melihatnya.
"Aku akan meletakkan ini dulu," ucap Michael membawa kotak P3K itu dan mengembalikannya ke posisi semula.
"Terima kasih," Alexa kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu, di dalam kamar tidur, Michael memegang dadanya sendiri. Ia merasa dirinya aneh ketika melihat senyum Alexa. Tak pernah ia merasakan ini, meskipun pada Millie, mantan kekasihnya.
Michael masuk ke dalam kamar mandi. Ia membersihkan dirinya serta ingin mendinginkan kepalanya. Setelah selesai, ia keluar dan menggunakan pakaian yang sudah ia beli beberapa hari yang lalu.
"Semua sudah bersih dan makan malam untukmu sudah ada di meja, kami pamit dulu," ucap Alexa.
"Apa kalian tidak mau makan bersamaku?" tanya Michael.
"Maaf Tuan, aku akan makan bersama adik adikku," jawab Edith.
"Aku tidak lapar, aku akan langsung pulang dan beristirahat," jawab Alexa.
"Baiklah, terima kasih."
Alexa pun pergi bersama Edith. Melihat kepergian Alexa, membuat perasaannya menjadi aneh. Ia akhirnya mengambil sebuah jaket dan keluar dari rumah. Ia berjalan menyusuri trotoar sambil melihat keadaan sekitar yang sudah menggelap.
Di kejauhan, Michael melihat Alexa yang menghentikan sepedanya dan sedang berbicara dengan seseorang. Dengan langkah hati hati dan tanpa suara, ia mendekat dan bersembunyi.
James? - Michael melihat kebersamaan antara Alexa dengan James. Wanita itu berbicara dengan James yang sepertinya baru kembali dati suatu tempat karena masih berada di dalam mobil pick up nya.
Michael melihat Alexa yang memarkirkan sepedanya begitu saja, kemudian masuk ke dalam mobil James. Keduanya terlihat begitu dekat. Ada rasa aneh di dalam hati Michael melihatnya. Ia pun pada akhirnya mengambil alih sepeda Alexa dan mengikuti mobil James dengan jarak tertentu.
Michael menghentikan sepeda yang ia gunakan san bersembunyi di tempat yang agak gelap. Ia melihat James dan Alexa turun dari mobil dan masuk ke dalam sebuah restoran yang bisa dikatakan cukup mewah di pinggir Kota Erskine.
Keduanya duduk berhadapan. Michael bisa melihat bagaimana mereka berbincang dan tersenyum. Kadang mereka tertawa bersama, membuat Michael mengepalkan tangannya. Ntah mengapa Michael tak suka melihat kebersamaan mereka.
Michael akhirnya pergi meninggalkan tempat itu bersama dengan sepeda milik Alexa. Ia akan mengembalikan ke tempat di mana Alexa tadi meninggalkannya.
*****
"Selamat pagi, Tuan," sapa sekretaris Darren.
"Hmm," balas Darren tanpa melihat ke arah sekretarisnya itu. Ia sibuk melihat berkas berkas di hadapannya.
"Ada tamu yang ingin menemui anda."
"Apa dia sudah membuat janji?" tanya Darren.
"Belum, Tuan."
"Katakan padanya untuk membuat janji terlebih dahulu. Bukankah kamu juga tahu betapa sibuknya aku," ujar Darren dengan kesal.
"Baik, Tuan. Saya akan meminta perwakilan Alpenze Coorp untuk kembali lain waktu, setelah membuat janji," ucap Lala, sekretaris Darren.
Darren mengangkat kepalanya dan menatap ke arah sekretarisnya, "Alpenze?"
"Iya Tuan, yang ingin menemui anda adalah perwakilan dari Alpenze Coorp."
Wajah Darren yang awalnya kesal menjadi sumringah. Ia tak percaya Alpenze Coorp melirik perusahaannya. Bukankah ini suatu hal yang luar biasa.
"Siapkan ruang meeting dan batalkan semua pertemuanku hari ini. Aku akan segera menemui perwakilan Alpenze," ucap Darren.
"Baik, Tuan," Lala segera keluar dari ruangan dan mempersiapkan semuanya.
15 menit kemudian, Darren dengan gagahnya berjalan memasuki ruang meeting. Ia melihat seorang wanita dengan rambut berwarna agak merah dan kacamata berframe hitam, menatapnya dengan tatapan tajam.
"Selamat siang, Tuan Darren," sapanya.
"Selamat siang, Miss ...?"
"Claudia."
"Anda cantik sekali, Miss. Anda juga pasti memiliki kemampuan yang luar biasa karena dipercaya oleh Alpenze Coorp," ucap Darren.
"Terima kasih atas pujian anda, Tuan Darren. Saya datang ke sini atas perintah atasan saya untuk membuat kerjasama dengan perusahaan anda. Apakah anda tertarik?" tanya Claudia to the point.
"Tentu saja saya tertarik. Siapa yang tidak mengetahui Alpenze Coorp? Hanya saja saya belum sempat mengajukan proposal ke sana. Saya sungguh berbangga hati pihak Alpenze yang menawarkan kerjasama ini."
"Ini proposal kami, Tuan. Anda bisa mempelajarinya terlebih dahulu."
Lala mengambil proposal tersebut, lalu memberikannya kepada Darren. Darren membuka proposal tersebut dan membacanya. Ia tersenyum kemudian menutupnya kembali.
"Bagian pembuka proposal ini sudah sangat luar biasa. Aku yakin kerja sama ini akan sangat menguntungkan. Kapan kita akan melakukan penandatanganan kontrak kerja sama?" Darren tak ingin menunda terlalu lama. Ia takut kesempatan bekerja sama dengan perusahaan besar sekelas Alpenze Coorp akan hilang.
"Kami akan menyiapkan kontrak kerja sama tersebut dan akan kembali menemui anda paling telat akhir minggu ini," ucap Claudia.
Darren semakin bersemangat karena kurang dari seminggu, perusahaannya akan bekerja sama dengan Alpenze Coorp. Hal itu sudah pasti akan kembali menaikkan nama perusahaannya.
"Baiklah, kami akan secara khusus menyiapkan waktu untuk penandatanganan kontrak tersebut."
"Terima kasih. Kalau begitu saya undur diri untuk segera menyiapkan semuanya," Darren bersalaman dengan Claudia dengan wajah yang terlihat begitu senang.
Darren benar benar tak sabar untuk memberitahukan semua ini kepada Sisca. Bagi Darren, Sisca adalah wanita yang membawa keberuntungan untuknya. Mulai dari perusahaannya yang semakin besar dan para pengusaha berdatangan untuk berinvestasi.
Claudia berjalan dengan langkah tegap dan penuh percaya diri. Ia tersenyum kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Claudia menekan layar dan mencari kontak seseorang. Ketika panggilannya tersambung,
"Ia menerimanya dengan sangat cepat, Nona," ucap Claudia.
🧡 🧡 🧡