NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Dokter Tampan

Terjerat Pesona Dokter Tampan

Status: tamat
Genre:Tamat / Asmara / Romansa
Popularitas:35.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Mencintai pria dewasa yang umurnya jauh lebih matang sama sekali tidak terbesit pada diri Rania. Apalagi memikirkannya, semua tidak ada dalam daftar list kriterianya. Namun, semua berubah haluan saat pertemuan demi pertemuan yang cukup menyebalkan menjadikannya candu dan saling mengharapkan.

Rania Isyana mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sedang menjalani jenjang profesi, terjebak cinta yang rumit dengan dokter pembimbingnya. Rayyan Akfarazel Wirawan.

Perjalanan mereka dimulai dari insiden yang tidak sengaja menimpa mobil mereka berdua, dan berujung tinggal bersama. Hingga suatu hari sebuah kejadian melampaui batas keduanya. Membuat keduanya tersesat, akankah mereka menemukan jalan cintanya untuk pulang? Atau memilih pergi mengakhiri kenangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 9

"Dok, Dokter Rayyan, ini nasgornya udah mateng," tegur Rania membuyarkan lamunannya.

"Eh, udah ya, kok cuma satu, kamu nggak makan?"

"Kenyang," jawabnya datar.

"Masak sih, bukannya belum makan? Kenyang apanya?"

"Kenyang lihatin kamu!" ucapnya lalu.

"Aku kenapa? Perasaan nggak lakuin apapun."

"Udah nggak ada lagi 'kan? Udah jangan ganggu, aku mau tidur!" Rania baru melangkahkan kaki kanannya ketika lagi-lagi Dokter Rayyan menyerukan namanya.

"Ra!" Rania berhenti, memutar tubuhnya lalu menatapnya penuh tanda tanya.

"Nasgornya enak, tetapi kurang," ucap pria itu mencuri atensinya.

"Kurang apa?"

"Kurang afdhol kalau dimakan sendiri, temenin ya," ujar pria itu tersenyum.

"Haish ... ngeselin!" jawab Rania menggerutu. Namun, tetap berbalik dan menemani pria yang belum lama dikenalinya itu.

"Dok, ponsel saya nanti balikin ya, saya butuh menghubungi seseorang."

"Hmm ...." jawab Rayyan sembari mengunyah, cukup menikmati nasi gorengnya.

Perempuan itu mengamati cara makan pria di depannya yang begitu antusias. Membuatnya tanpa sadar menarik kedua sudut bibirnya.

"Kenapa Ra, mau?" tawar Rayyan sembari menyodorkan satu suapan di tangannya. Gadis itu menggeleng.

"Nggak, buat Dokter aja," jawabnya datar.

"Ra, kamu berapa bersaudara?"

"Dua," jawab Rania irit bicara.

"Kamu anak ke berapa?

"Pertama," jawab Rania tanpa sambungan.

"Kamu nggak mau nanya-nanya tentang aku?" tawar pria itu mencoba membangun komunikasi keakraban.

"Nanya apa?" Rania balik bertanya, merasa tidak minat mengulik kehidupan dokter dewasa di depannya.

"Ya, tanya apa aja gitu. Seputar kehidupan aku."

"Owh ... pengen tanya sih, tetapi bukan seputar kehidupan Dokter, lebih ke profesi Dokter, apa alasan kamu memilih profesi menjadi Dokter?"

"Yang pertama karena ada dorongan dari papa yang kuat. Kebetulan kakek, dan juga papaku seorang dokter. Tetapi bagi keluarga, itu adalah pilihan, beliau tidak pernah memaksa untuk mengikuti profesinya. Ada yang paling penting, dan lebih utama, jiwa aku merasa terpanggil saja karena profesi dokter mendatangkan manfaat bagi banyak orang. Tentunya menjadikan ladang pahala bagi kita, bukankah sebaik-baiknya manusia yang mendatangkan banyak bermanfaat untuk orang lain."

Rania merasa takjub, ternyata jawaban dokter tak jauh berbeda dengan ekspektasi dirinya yang berpikiran hal yang serupa. Tanpa mereka sadari, selain satu profesi, mereka sama-sama mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

"Kalau kamu, kenapa milih di ilmu kedokteran?"

"Sama sih sebenernya, aku juga tertarik karena mendatangkan banyak manfaat, keren aja menurutku kalau dengan perantara kita Tuhan mengangkat suatu penyakit atas izin-Nya."

Tanpa sadar, Rania dan Rayyan mengobrol cukup panjang. Mereka sedikit lebih baik walaupun Rania masih sedikit jutek, dan Rayyan kadang terlihat galak.

"Ra, kamu punya pacar?" tanya Rayyan disela obrolan mereka.

"Hmm, ada sih, tetapi nggak tahu masih dianggap apa nggak," jawab Rania santai.

Rania memang menjalin sebuah hubungan yang putus nyambung dengan Jovan. Pria yang tengah mengambil jurusan S2 di kampusnya itu merupakan teman sesama anak komunitas. Dirinya cukup dekat, namun selalu gagal mencapai sepakat. Jauh rindu, dekat sering debat, begitulah yang ia rasakan."

"Kok gitu, emangnya hubungan kalian seperti apa?"

"Nggak minat, nggak menarik buat dibahas. Kok Dokter kepo?"

"Pengen tahu aja, cewek secantik kamu nggak mungkin banget 'kan nggak punya pacar," tebaknya tepat sasaran.

Rania hanya menanggapi dengan senyuman. Tidak tertarik untuk mengulik kehidupannya sendiri.

"Kalau Dokter, kenapa belum menikah?" tanya Rania pada akhirnya.

"Belum ada calonnya, sama kamu mau nggak jadi istri saya?"

"Hah! Becandanya kelewatan Dok!" Rania tertawa. Sementara Rayyan hanya tersenyum mengamatinya.

"Sudah malam, saya balik ke kamar dulu ya?" pamit Rania datar. Rayyan hanya mengangguk sebagai jawaban.

Pria itu menyusul Rania yang sudah melangkah lebih dulu.

"Besok jangan lupa bangunin aku ya?" Rania yang bersiap memutar handle pintu menahannya lalu menoleh ke kiri, di mana Dokter Rayyan juga tengah berdiri tepat di depan pintu memperhatikannya.

"Siapin semua keperluan aku, jangan sampai terlambat," sambung pria itu. Rania hanya mengangguk saja sebagai respon.

"Nasi goreng kamu enak, besok aku mau lagi ya?" Terakhir sebelum pria itu masuk ke kamarnya.

Rania menatap pintu kamar Rayyan yang tertutup sembari menyisakan banyak tanya di otaknya. Hari sudah larut, dan saatnya gadis itu mengistirahatkan tubuhnya. Rania lebih dulu membersihkan diri di kamar mandi, terus berusaha memejamkan matanya di tempat yang baru.

Di kamar sebelah, Rayyan nampak gusar di kamarnya. Pria itu gelisah tak tenang. Saat-saat menjelang malam yang sunyi, sering merasa kesepian. Hidupnya kadang menjenuhkan, kedatangan Rania di rumahnya cukup sedikit menjadi teman, walaupun cuma sementara setidaknya memberi warna malam harinya yang lengah.

Entah di jam berapa Rania terjaga, merasa tenggorokannya kering dan membutuhkan air untuk melepas dahaganya. Gadis itu bangkit dari ranjang, keluar kamar dan menuju dapur untuk mengambil air putih.

"Aaa ....!" Botol minuman yang baru saja Rania ambil dari kulkas terjatuh mengenai kakinya.

1
Yenny Yasmin
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
altanum
suka banget hepi endingnya.alurnya dikemas apik dan mengalir.banyak istilah kedokteran.authornya te o pe begete....
sukses selalu thor
Alifah Azzahra💙💙
Itu pasti dari Mas Dokter 🤭
Alifah Azzahra💙💙
Wah kayaknya ada yang kepergok nih🤭
Alifah Azzahra💙💙
Mau banget mas Dokter 🤭
Alifah Azzahra💙💙
Selamat berjuang pak Dokter 🤭
Alifah Azzahra💙💙
Dasar Pak Dokter yang modus tuh Ran🤣🤭
Alifah Azzahra💙💙
Palingan itu jga modus pak Dokter Rania🥰 padahalkan dia nya sudah bangun
Alifah Azzahra💙💙
Bikin ngakak Thor 🥰
Alifah Azzahra💙💙
Modus tuh pak Dokter 🤭
Alifah Azzahra💙💙
Hadir yah Thor 🥰
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
perasaan di bab 89 nama ponakannya zara disini ganti jd shaila 🤣
Irmaulidyah Wahyu Utami
Luar biasa
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
berasa lagi berantem sm pacarnya ya mas dokter 🤣
Aflida Enriana Shari Rahmita
selesaii dah Kak Asri Faris membaca kembali novel ini....untuk kesekian kalinya .......🥰🥰🥰🥰🥰 luarrrrr biasaaaa...... pasangan dokter 2R.......... Smoga di waktu mendatang akan hadir lagi karya Kaka juga masih di dunia kedokteran........... yang tak kalah bagusnya dengan TERJERAT PESONA DOKTER TAMPAN......💗💗💗💗💗
wanti astuti
Pasti yg ngirim si Domes tuh🤭
Winayansi Wina
baru aja mampir dri cerita sebelah
Alpariji Alpi
baca yg ke 2x
Anita
Luar biasa
Liana Wati
Kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!