Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Hari Jumat pun tiba.
Anne bangun pukul 05.30 pagi lalu berdoa pagi. Kemudian, dia bersiap-siap mandi dan sarapan pagi. Robert sudah menyiapkan roti selai strawberry dan segelas susu coklat. Anne menyiapkan bekal makan siangnya, yaitu nasi, nugget goreng, dan timun potong segar. Robert juga membawakannya buah pir yang sudah dipotong-potong dan susu kotak. Lengkap sekali, bukan? Yah, semua mereka lakukan demi berhemat agar tidak perlu jajan. Daerah perkantoran Anne ada di Thamrin, yang artinya makanan sangat mahal di restoran. Kadang kala Anne juga suka jajan di warteg dekat kantor bila dia sedang bosan bawa makanan dari rumah.
Anne sudah selesai sarapan, lalu bergegas pergi kerja. Jalanan pagi hari ini masih lancar. Anne pun masih bisa menghirup segarnya embun pagi dan semilir angin berhembus. Sekitar 10 menit kemudian dia sudah sampai di gedung Perusahaan Era Mas dan memarkir motornya, lalu segera absen finger print di lobby dan naik lift ke lantai 3.
Hari ini banyak sekali pekerjaan. Anne biasanya tiba pukul 07.00-an pagi karena dia ingin segera memeriksa email. Customers Anne ada di Amerika dan Amerika Latin yang berbeda sekitar 12 jam dengan Jakarta. Yang artinya, di sini pagi, di sana sudah malam. Otomatis banyak email masuk bila sudah pagi. Selain itu, Anne ingin bekerja lebih cepat dan banyak, sehingga bisa pulang on time alias tenggo.
Anne mulai membuka inbox outlook-nya satu per satu. Betapa terkejutnya Anne saat membaca email dari Paola Cortez, staff admin purchasing dari Polaris Diamond USA. Isi emailnya adalah Purchase Order (PO) Polaris Diamond USA yang mau membeli 5 container snack Kering Tempe Maknyoz. Anne yang penasaran pun segera membuka Google dan mencari detail informasi tentang perusahaan Polaris Diamond USA ini dan ternyata Polaris ini adalah anak cabang Black Diamond Group di USA. Polaris Diamond USA ini sudah puluhan tahun berdiri lama di USA dan spesialis di bidang trading FMCG.
Paola juga mengirimkan kelengkapan dokumen seperti company profile dan VAT untuk pendaftaran customer ID di system SAP Anne. Wow, memang beda rasanya bila bekerja sama dengan customer yang sudah professional seperti ini. Tanpa diminta pun, sudah langsung menyediakan data yang diminta. Anne segera memproses di SAP dengan cekatan, lalu segera minta approval dari Tuan Andres dan lanjut ke tim customer custodian untuk memberikan new customer ID.
Lalu, Anne segera membalas email dari Paola untuk menanyakan detail dari PO itu dan apakah ada special request lainnya. Anne juga menyertakan Sales Order (SO) untuk Paole cek dan tanda tangani dulu. Tuan Andres amat senang karena mendapatkan new PO dari Polaris Diamond USA karena berarti dia terselamatkan bulan ini dari amukan CEO divisi Snack, yaitu Tuan Ben Isher.
Anne yang merasa senang pagi ini segera memakan cemilannya, yaitu buar pir dan susu kotak. Anne mengambil ponselnya dan membuka Whatsapp-nya dan mengetik chat kepada Robert: [ Rob, kamu benar, hari ini Tuhan menolongku, tiba-tiba saja ada customer baru Namanya Polaris mau order 5 containers snack-ku! ].
Sepertinya Robert sedang sibuk membereskan rumah, jadi belum membaca chat itu. Ya sudah, tak apa. Anne melanjutkan makan camilannya. Suasana kantor masih agak sepi, biasanya teman-temannya datang pukul 08.00 kurang.
Lima menit kemudian, ponselnya berbunyi, ada pesan Whatsapp masuk dari Robert: [ Selamat ya untuk orderan barunya 😊]
Senyum Anne merekah saat Robert membalas chat-nya. Entah kenapa sudah beberapa waktu ini Anne selalu seperti itu, merasa senang saat Robert mengirim chat, dan merasa kosong ketika tidak ada chat dari Robert atau ketika chat-nya lama dibalas.
Tak lama kemudian, satu per satu teman semejanya datang. Lisa Trishman dan Amy Winzel datang bersamaan dan segera duduk di kanan dan kiri Anne. Lisa adalah sales admin yang menangani region South East Asia (SEA), dan Amy menangani region Europe.
Lisa dan Amy adalah dua karyawan baru yang bekerja di divisi sales admin snack ini. Mereka sudah berteman sejak dengan Anne sejak delapan bulan bulan lalu. Usia Lisa dan Amy sekitar 25 tahunan dan mereka tidak merasa canggung berteman dengan Anne yang merupakan seniornya. Nisya dan Tasia sudah di-rolling ke bagian sales admin produk minyak sawit. Untungnya, ada Lisa dan Amy sehingga Anne tidak kesepian.
Sekilas cerita tentang Amy. Dia adalah anak tunggal. Ibunya ingin dia segera mencari pacar dan menikah. Menurut ibunya, usia 25 tahun itu sudah pas untuk menikah. Namun, karena Lisa ingin menabung untuk DP rumah di Gading Serpong, Lisa tidak terlalu memusingkan urusan menikah dulu. Amy adalah gadis yang cerdas dan agak galak, tidak mudah ditindas orang. Amy yang galak menyebabkan pria pada takut untuk mendekat sehingga sampai saat ini Amy masih jomlo. Region yang ditanganinya cukup ribet karena peraturan ekspor yang amat ribet ke Europe. Untungnya, staff admin di pabrik yang membantu Amy juga amat suportif sehingga pekerjaan Amy mudah ditangani.
Lain halnya dengan Lisa. Dia akan segera menikah dengan pasangannya, yaitu Rodrigo Martinez, seorang pengacara yang bekerja sebagai staff legal di Perusahaan Kencana Logistik. Lisa ini anak orang kaya sehingga tidak perlu pusing untuk biaya pernikahannya. Hanya saja Lisa ini orangnya ribet dan perfeksionis, jadi hal-hal printilan saja membuatnya pusing dan ribut dengan Rodrigo. Hampir dua bulan ini Anne selalu mendengar Lisa menelepon calon suaminya untuk persiapan kursus penikahan lah, catering lah, hotel untuk resepsi, bulan madu ke mana, dll. Sampai pusing mendengarnya.
Dalam hati, Lisa bersyukur bahwa dulu persiapan pernikahannya Robert tidak seribet Lisa. Walaupun sederhana, Robert tidak ribet dan menerima saja.
Selain itu masih ada tiga lagi teman semeja Anne yang tidak datang hari ini, yaitu Rey Ho (sales admin yang menangani Korea dan Jepang), Leny Meilinda (data analis), dan Deasy Lim (sales admin yang menangani Africa dan India). Rey sedang dinas ke pabrik Riau, Leny cuti, dan Deasy sakit. Yap betul, satu kelompok meja sales admin terdiri dari enam meja. Cukup ramai, dan teman satu grup yang akrab walau kadang suka saling sindir juga.
“Hai, Anne. Apa kabar pagi ini? Kamu lagi apa?” ujar Lisa.
“Oh hai Lisa, aku lagi makan camilan dulu. Bagaimana persiapan pernikahanmu dengan Rodrigo?” tanya Anne ramah.
Lisa menghela napas dan mukanya agak kesal. “Rod, dia tidak mau bantu apa-apa, bayangkan saja, aku harus mengurus semuanya seorang diri. Dia selalu bilang ‘Aku sibuk, kamu uruslah semuanya’. Dia cuma memberiku uang untuk biaya pernikahan, tapi semuanya aku yang urus sampai aku jatuh sakit karena kelelahan.”
Amy menyahut, “Hei, kamu tahu tidak, kata tanteku, sikap cowok saat dari masa pacarana itu akan menentukan sikapnya setelah menikah nanti. Tanteku bilang, suaminya tipe cuek, yah seperti si Rod. Setelah menikah, tanteku yang urus rumah tangga dan anak-anak. Sumainya tidak mau bantu, maunya kerja saja, tidak mau repot capek jaga bayi saat malam, tidak mau ganti popok bayi, pokoknya maunya beres dan bersih semua. Memang suaminya romantis, suka kasih bunga saat anniversary dan ulang tahun, tapi siapa sih yang butuh bunga di saat lagi butuh bantuan jaga anak sebentar saja?”
Lisa terdiam sejenak. “Yah, tante kamu benar juga Amy. Sudahlah, kita jangan bahas si Rod lagi, kesal aku.”
“Anne, bagaiman kalau Robert? Dia tipe yang seperti apa?” tanya Amy.
“Robert, ya? Dia jarang bicara, dan hampir tidak pernah membeli bunga, apalagi emas atau perhiasan untukku. Dia bukan tipe suami romantic, tapi dia mau membantu urusan pekerjaan rumah tangga.” Anne tertawa pelan kalau ingat Robert.
“Yah, semoga saja Robert membantumu bila sudah ada bayi nanti, mau bangun-bangun kalua malam untuk memberi susu atau mengganti popok bayi,” ujar Lisa menggoda Anne.
Teman-teman kantor Anne hanya tahu Anne sudah menikah selama tiga tahun, tetapi belum punya anak. Mereka menebak karena Anne terlalu sibuk bekerja dan ambisius. Namun, mereka tidak tahu kalau Anne saja tidak pernah sekamar dengan suaminya, bagaimana mungkin ada bayi?
“Bayi? Sepertinya akan lucu jika kami punya anak. Tapi, apa Robert mencintaiku sampai mau punya anak denganku? Selama ini dia diam saja dan tidak pernah bilang cinta padaku,” pikir Anne.
Anne masih membayangkan bayi, tapi lamunannya segera bubar saat atasannya tiba. Hari itu berlalu cepat begitu saja, dan Anne pun pulang ke rumah dengan perasaan bercampur aduk karena masih teringat obrolannya dengan kawan kantornya tentang sikap suami setelah menikah dan tentunya tentang bayi.
***
Hai readers, yuk klik like, favorit dan vote karyaku ya. Yang mau kenalan bisa ke IG @cindy.winarto 🙂🙏 Thanks ya
kok pendek skali