Apa jadinya jika dalam suatu pernikahan hadir orang ketiga?
Begitulah nasib Mayang yang harus menghadapi kehidupan pernikahannya yang penuh dengan lika-liku.
Mertua, dan ipar menganggapnya sebagai benalu.
Ditambah dengan lima tahun pernikahannya dengan Adam, mereka belum juga dikaruniai buah hati.
Sanggupkah Mayang menghadapi semua kemelut kehidupan?
Akan kah Mayang memilih untuk meninggalkan suaminya atau tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Assalammualaikum, non" salam mbo jum dan pak rahman.
"Wa'alaikum salam mbo, pak. Pak rahman, mayang boleh minta tolong tidak?? Tolong adzanin anak mayang."pinta ku sama pak rahman. Kulihat raut wajah tak percaya dari pak rahman.
"Maaf non, apa tidak masalah kalau bapak yang adzanin sih aden??"tanya pak rahman ragu-ragu
"Tidak apa-apa pak. Anggap saja hafiz seperti cucu bapak sendiri. Mau kan pak?"pintaku kembali sambil mengiba.
"Baik lah non, terima kasih non mempercayakan bapak buat mengadzani anak non. Bapak merasa seperti keluarga sama non."ujar pak rahman.
"Terima kasih pak".
Pak rahman mengambil putra ku yang sedang berada di dalam box bayi. Dan mendekat ke kuping putra ku lalu melafazkan adzan di telinga hafiz dengan suara yang lembut. Tanpa terasa air mata ku menetes dengan pemandangan didepan ku. Rasa bahagia dan haru dapat kulihat di wajah bi ummai dan mbo jum.
Setelah mengadzani putra ku. Pak rahman ijin untuk balik ke rumah. Mayang meminta tolong bi ummai mengambilkan tas nya. Lalu memberikan uang sebanyak lima lembar dan menyerahkan nya kepada pak rahman.
"Ya allah terima kasih, engkau telah mengirimkan orang-orang baik di dekat ku."batin ku berucap.
Kehebohan bunyi dering dari hp mayang tidak berhenti. Banyak pesan-pesan yang masuk mengucapkan selamat atas kelahiran bayi laki-laki ku. Saat ku bertanya dari mana mereka tahu kalau aku habis melahirkan. Mereka menjawab dari status nya anita dan sofi. Lalu dari mana sofi dan anita tahu aku habis lahiran??
"Non, tadi non sofi dan non anita nelpon nanyain non waktu mbo beres-beres in pakaian non. Mbo bilang non lagi di rumah sakit, habis melahirkan."mbo jum melapor kepadaku. "Terjawab sudah misteri nya".batinku.
"Iya mbo makasih ya udah sampaikan. Mbo bawa baju-baju mayang ya?? Mbo ada bawa makanan tidak?? Mayang laper?"keluh ku sama simbok, sambil menggaruk-garuk rambut ku yang tidak kutuan. Heheheheh
"Ya allah iya non, ini simbok tadi masak makanan kesukaan non, simbok juga bawa kopi ini di Tupperware gelas. Mbok juga bawa baju ganti non dan baju ganti mbo dan bi ummai."jawab simbok sambil mengeluarkan kotak makan dan meletakan nya ke meja khusus makan yang sudah di dorong ke depan ku. Mbok membuka gelas tupperware dan meletakkan nya di meja samping kotak makan.
"Makasih mbo." Ucap ku sambil menyendokan sayur kedalam mulut.
"Nanti mbo jum sama bi ummai temenin mayang ya di sini".
"Iya non."
Karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga dan ASI. Nafsu makan ku bertambah. Mayang makan seperti orang yang tidak makan berhari-hari. Untung saja mbo jum membawa banyak makanan dalam porsi besar. Jadi bi ummai dan mbo jum pasti kebagian lah. Kalau pun tidak aku pasti menyuruh mereka makan di kantin.
Setelah selesai menghabiskan makanan nya. Mbo mengambil kotak dan membersihkan nya di wastafel. Kamar inap yang ditempatin sangat luas. Ada sofa yang bisa dijadikan tempat tidur. Jadi mbo dan bi ummai bisa istirahat di situ.
Mayang memutuskan untuk istirahat sebentar karena dilihatnya hafiz masih tidur.
Aku terbangun karena mendengar suara tangisan hafiz. Kulihat hafiz sedang di gendong oleh bi ummai. Saat bi ummai melihat ku bersandar di tempat tidur. Bi ummai menyerah kan hafiz kepadaku.
Ku buka kancing baju dan ku sodorkan sumber makan hafiz dekat mulut nya. Dan hafiz mulai menyusu. Disaat kurasa hafiz mulai melepaskan sumber makan nya. Aku langsung mengancing baju ku kembali. Lalu menyerahkan nya ke mbo jum agar diletakan hafiz ke dalam box bayi. Aku pun kembali tertidur.
Setelah dokter melakukan pemeriksaan kepada mayang dan bayi nya. Pintu kamar mayang di buka lalu muncul lah sofi dan anita. Sambil membawa bingkisan untuk anak ku.
"Halllooooo...eprybadih." teriak sofi saat masuk ke dalam kamar inap. Ku ambil bantal dan ku lempar ke muka sofi.
Buuugh.. strike.. lemparan yang tepat di muka. Dengan tajam ku pandangi sofi. Ku pukul pelan-pelan pantat hafiz agar tertidur kembali. Sofi mengusap-usap muka nya yang terkena timpukan bantal. Sedangkan anita ketawa cekikikan melihat muka sofi yang cemberut.
"Suara lo kayak toa. Anak gue baru mau tidur. Markonah."omel ku. Sofi memungut bantal ku sambil cengengesan dan meletakan nya kembali di belakang punggung ku.
Anita dan sofi meletakan bingkisan nya di meja deket sofa. Lalu mencium pipi kiri dan kanan ku.
"Sorry sis, tadi gue kira anak lo lagi diruang perawatan anak."sesal sofi sambil cemberut karena muka nya ku lemparin bantal.
"Sorry sob, muka lo gue lempar bantal reflek. Anak gue mau tidur malah denger lo teriak. Untuk enggak bangun. Kalau bangun bisa berabe ntar."
"Mantap... emang enak tuh muka di lempar bantal" ucap anita sambil ketawa pelan.
"Enak lah orang strike gtu lemparan nya"gondok sofi
Wkwkwkwkwkwk... aku dan anita ketawa pelan karen takut hafiz bangun.
"Anak lo nama nya siapa may,?"tanya anita
"Muhammad hafiz"jawab ku
"Masya allah.. nama nya bagus banget. Anak lo ganteng abis bro. Mirip bapak nya" ujar sofi sambil memandangi hafiz yang sudah ku letakan ke dalam box bayi.
"Iya lah mirip bapak nya. Wong itu anaknya"sungut ku kesal.
"Heheheh... kan bapak nya ga tahu kalau dia punya anak dari lo kunyuk." Ujar sofi sambil ketawa melihat muka bete ku.
"Biarin aja adam jangan sampai tahu. Toh dia udah anak dari ular keket".saran ku
"Oh iya, gue pernah ketemu sama mantan laki lo, dia jalan sambil gendong bayi sama istri siri nya. Belanja di butik. Sempat nanya-nanya kabar lo dan tempat tinggal lo yang sekarang. Cuma enggak gue kasih tahu." Anita menceritakan pertemuan nya dengan adam.
"Lah ngapain tuh buaya nanya-nanyain mayang. Kagak marah tuh bini nya."tanya sofi heran.
"Tau tuh. Dia nanya waktu bini nya lagi milih-milih baju. Yang gue lihat sih adam udah banyak berubah. Udah enggak kayak dulu waktu sama lo may. Seperti kagak ke urus sama bini."ujar anita dengan nada datar.
"Emang enak. Waktu sama mayang gaya udah seperti eksekutif muda. Kalau bukan karena mayang mana sanggup dia bergaya."sungut sofi dengar nasib adam.
"Wkwkwkwk iya juga ya. Lo juga sih may. Laki di modal in buat gaya. Giliran udah gaya malah nikah lagi sama cewek lain. Iya kalo cewek nya lebih dari lo. Lah ini di bawah lo banget stylis nya."ucap anita sambil mengetawain kebegoan ku dulu.
"Udah lah ga usah di bahas lagi. Males gue. Oh iya gimana keadaan butik."kesal ku saat mengingat kebodohan ku waktu bucin-bucin nya sama adam.
"Alhamdulillah omset mulai naik. Produk-produk banyak di terima semua kalangan." Senyum merekah di wajah anita waktu menjelaskan pertanyaan ku.
"Syukurlah. Thanks ya udah mau bantuin gue. Kalau ga ada kalian berdua. Mungkin udah keteteran kali. Sorry gue udah ninggalin butik lama banget."ucap ku sambil menatap mereka dengan tatapan permintaan maaf.
"Ya ellah santai aja kenapa sih may, sama siapa aja sih lo. Lagian ini kan usaha kita bertiga. Jadi wajib lah kita bertiga saling bantu membantu."ucap sofi dengan gaya santai nya seperti di pantai.
"Tapikan tetep aja gue ga enak lah sama kalian. Gue kayak seakan-akan lepas tangan gitu. Padahal kan gue yang ngajakin kalian bekerja sama." Ujar mayang sambil menatap ke dua sahabat baik nya.
"Udah lah may, lo santai aja. Lagian kan lo lagi galau-galau nya habis cerai sama buaya buntung. Sampai anak lo dalam kandungan lo lupain."ujar sofi sambil mengingat kebodohan nya dulu. Anita melihat perubahan raut wajah mayang lalu memukul pelan pundak sofi.
"Yeeee.... lo lagi sof, ngapain juga lo ingetin sih sof, kasihan tuh mayang muka nya udah kayak pakaian kusut belum di setrika."gemes anita karena ucapan sofi yang tidak di filter.
"Sorry may, bukan maksud gue. Cuma gondok aja gue sama lo waktu itu. Ngelihatin lo udah kayak zombie. Enggak ada semangat-semangat nya. Padahal selama ini lo sangat mengharapkan kehadiran anak. Setelah lo mendapatkan nya. Malah lo sia-sia in. Untung saat itu kondisi kandungan lo baik-baik aja. Tapi kalau sampai kenapa-kenapa yang ada lo bisa stres."ujar sofi dengan kesal
"Iya gue mengaku salah."jawabku lirih mengakui kesalahan terbesar ku waktu mengandung.
"Ya udah enggak perlu di sesali dan di bahas lagi. Sekarang lo udah mendapatkan kebahagian lo bukan. Mendingan lo nikmatin dulu peran baru lo sebagai seorang ibu. Untuk masalah butik. Lo bisa pantau dari rumah. Kalau anak lo udah bisa di bawa keluar. Baru lo mulai beraktivitas kembali." Saran anita
"Thanks ya, makasih banyak. Kalau ga ada kalian berdua entah jadi apa gue."ucap ku sambil menahan air mata yang hampir keluar.
Anita dan sofi langsung berdiri dan memeluk ku. Sambil memberikan dukungan dan semangat.
"Udah ah. Jangan sedih-sedih. Seharusnya sekarang kita berbahagia."ucap sofi dengan riang.
Setelah mengobrol lama ngalur ngidul. Anita dan sofi pamit untuk pulang.
Sudah 3 hari mayang berada di rumah sakit. Dokter cindy mengijinkan mayang untuk pulang melihat kondisi mayang dan hafiz semakin membaik.
Mbo jum dan bi ummai merapikan semua barang-barang mereka saat berada dirumah sakit. Setelah semua nya beres. Mereka menyelesaikan semua berkas-berkas kepulangan dan berjalan ke depan pintu lobby rumah sakit.
Pak rahman sudah memarkir kan mobil di depan pintu lobby. Lalu memasukan semua barang ke dalam bagasi mobil dan menutup nya. Mbo jum duduk di depan samping pak rahman, sedangkan mayang dan bi ummai di kursi belakang. Hafiz di gendong mayang.
Pak rahman memacu kendaraan dengan kecepatan sedang demi kenyamanan dan keselamatan mereka bersama. Suasana siang hari membuat kondisi jalan mulai padat. Karena bertepatan dengan waktu jam makan siang.
Sesampai nya di rumah dan membuka pintu ruang tamu. Terpampang tulisan "Selamat Datang di Rumah Tuan Muda Hafiz." Dengan dekorasi balon-balon berwarna biru tak lupa pula tumpeng beserta lauk pauk nya tak lupa pula kue-kue dan minuman. Muncul satu persatu ART yang bekerja di rumahnya.
"Ya Allah... terima kasih banyak mbo, bi ummai, pak rahman, mang asep, pak udin, mbak yuni. Terima kasih banyak". Ucap ku sambil menahan haru.