Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.
Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.
Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?
Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9.Tunggu Pembalasanku
Lensi mengepalkan tangannya dengan erat, langkahnya sejenak maju. Namun saat dia teringat dengan tujuannya saat pernikahannya nanti, Lensi tersenyum licik.
"Tunggu saatnya tiba. tunggu pembalasanku. Dihari pernikahan nanti, itu adalah pembalasanku yang pertama Surya Gemilang. Suatu saat nanti, kamu akan merasakan kehilangan yang sangat besar. Sama seperti aku yang kehilangan mama," batin Lensi.
Lensi meninggalkan tempat itu, saat ini dia ingin melampiaskan amarahnya dengan bermain judi secara online. Lensi kemudian pergi ke mini market untuk melakukan top up. Setelahnya dia pulang kembali kerumah dan mengunci dirinya di kamar.
"Bos. Dia online lagi,"
"Sikat." Jawab Deryl.
Kali ini tidak hanya anak buahnya yang mencoba mengalahkan akun yang bernama SG. Deryl jadi ikut penasaran dan menjajal kemampuan judi SG. Dan tentu saja hoki Lensi tidak perlu diragukan lagi. Entah trik apa yang dilakukan gadis itu, hingga lawan-lawannya selalu kalah telak.
Meski yang masuk saat bermain tidak hanya para anak buah Deryl, namun tetap saja Lensi selalu menjadi pemenangnya. Dalam jarak waktu 2 jam, Lensi sudah mendapatkan transferan uang puluhan juta.
"Ah...membosankan. Selama ini nggak ada kletemu lawan yang seimbang. Apa aku harus benar-benar masuk markas judi internasional, baru bisa menemukan lawan yang seimbang?"
"Aku sampai nggak tahu, berapa jumlah uang yang ada di rekening itu. Karena nggak ada M-banking,"
Lensi tiba-tiba offline, yang membuat lawannya kecewa sekaligus penasaran dengan kemampuan Lensi dalam berjudi. Ada yang unik dari gadis ini, dia memiliki beberapa kartu ATM di dompetnya. Kartu yang berasal dari Surya, hanya dia gunakan khusus untuk berjudi. Sementara ATM yang lain, dia gunakan untuk menampung uang halal. Dia tidak pernah mencampur adukkan uang haram dan uang halal. Dia juga tidak pernah membelanjakan hasil uang haran selama ini, hingga diapun tidak tahu berapa jumlahnya sejak dia mulai melakukan perjudian 3 tahun silam secara online.
Namun Lensi bisa memperkirakan jumlahnya. Sebab dia selalu bermain setiap dua hari sekali, dan sekali menang selalu mencapai puluhan juta.
Tring
Tring
Tring
Okta melirik ponselnya yang berdering saat sedang sibuk membantu nyak Rogaye pergi ke lapak tempat dia berjual gorengan. Sudah tiga hari ini jualannya dimulai, dan omset jualannya sangat lumayan.
"Ya Dew?" tanya Okta sembari mengapit ponsel dengan bahunya, sementara tangannya membuat adonan tepung pencelup tempe goreng.
"Loe dimana?" tanya Lensi.
"Di lapak. Loe dimana?" tanya Okta.
"Udah mulai jualan ya? sejak kapan? bagaimana hasilnya?" tanya Lensi antusias.
"Siape ntu Ta? neng Echi ye?" tanya Nyak Rogaya.
"Iye." Jawab Okta.
"Sini-Sini. Nyak pengen ngomong," ujar Nyak Rogaya.
Okta menyerahkan ponselnya pada Nyak Rogaya. Sementara dia meneruskan membuat adonan.
"Neng Echi," semyum semringah terpancar dari wajah Nyak Rogaya.
"Nyak. Udah mulai jualan ya? gimane hasilnye Nyak?" tanya Lensi.
"Alhamdulillah wasyukurillah neng. Hasilnye sangat memuaskan. Nyak jadi PD buat nyekolahin adiknya si Okta tinggi-tinggi. Ini semua berkat neng Echi. Pokoknya Nyak sangat berterima kasih sama neng Echi. Gara-Gara neng Echi perekonomian Nyak nggak morat marit lagi," ujar Nyak Rogaye.
"Syukurlah kalau hasilnye bagus nyak. Echi do'ain moga dagangan Nyak laris manis tanjung kimpul pokoknye Nyak," ucap Lensi.
"Neng Echi orang baek. Nyak do'akan neng Echi dapat jodoh yang sholeh, tampan, kaya raya,"
"Amiin. Ya Allah Nyak, sempurna amat tu laki-laki. Jadi Aye yang takut ditolak," ujar Lensi sembari terkekeh.
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia nih neng. Jika Allah sudah berkehendak. Pokoknye neng kudu terus banyak bersedekah, insya Allah do'a neng pasti akan terkabul,"
"Amiin. Moga do'a Nyak tadi terkabul ye Nyak?"
"Amiin. Eh neng, Nyak nerusin buat adonan dulu yak? ntar lagi suka rame datang pembeli," ujar Nyak Rogaya.
"Iye Nyak. Yang semangat Nyak,"
Akhirnya percakapan itu terputus. Lensi tersenyum sembari menatap ponselnya. Entah mengapa dia merasakan perasaan senang setelah membantu kesulitan keluarga sahabatnya itu.
*****
Tang ting
Tang ting
Tang ting
Suasana nampak sunyi, semua orang sibuk dengan sarapannya masing-masing. Setelah menyudahi sarapan, Surya membuka suaranya. Dia ingin menyampaikan perihal acara pernikahan Lensi.
"Echi. Bulan depan persiapkan dirimu ya? ditanggal 15 oktober, kamu dan Alex akan melangsungkan pernikahan," ujar Surya.
"Baik pa." Jawab Echi sembari terus mengunyah roti tawar yang sudah dia olesi dengan selai coklat.
"Oh ya, besok kamu dan Alex akan pergi ke tempat WO untuk fitting baju pengantin. Nanti Alex akan menjemputmu ke rumah," ujar Surya.
"Iya pa." Jawab Lensi tanpa membantah sedikitpun.
Surya benar-benar senang, karena merasa Lensi sudah bisa dikendalikan. Sementara Marini tidak terlalu perduli. Rencana manapun yang berhasil, akan tetap menguntungkan dirinya.
"Heh. Mimpi saja kamu Surya. Aku pastikan semua rencanamu akan gagal satu persatu. Sampai matipun kamu tidak akan mencapai kenginanmu untuk menguasai harta keluarga Sudrajat," batin Lensi.
"Karena kalian mama tiada. Aku pastikan kalian akan mendapat balasan dua kali lipat nantinya,"
Lensi berniat akan menemui pengacara keluarga Sudrajat. Dia ingin tahu kejelasan tentang aset, perusahaan yang ditinggalkan oleh ibunya.
"Papa berangkat kantor dulu," ujar Surya.
"Oh ya. Alex menanyakan berapa mahar yang diinginkan olehmu?" tanya Surya.
"100 ribu rupiah." Jawab Lensi.
"Hanya 100 ribu?" Vega terkejut.
"Kenapa kamu yang terkejut? emang kalau kamu jadi aku, apa yang kamu minta?" tanya Lensi.
"Tentu saja aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Aku akan memintar seperangkat perhiasan berlian dan uang tunai yang banyak." Jawab Vega.
"Ya itu perbedaan aku sama kamu. Kalau aku mah emang kaya dari lahir, kalau kamu mah kan orang terlanjur kaya. Itupun kayanya ...."
Lensi sengaja melirik kearah Marini, dan mengedipkan satu matanya yang membuat Marini jadi kesal.
"Sudahlah jangan bertengkar. Papa mau berangkat kerja dulu. Nanti keinginanmu akan papa sampaikan pada Alex," ujar Alex.
Suryapun berangkat kerja bersama dengan Vega. Sementara Lensi segera pergi dari meja makan, karena dia tidak ingin berlama-lama berada satu meja dengam Marini.
Ting
Sebuah pesan masuk berasal dari nomor yang tidak dikenal. Ternyata pesan itu berasal dari Alex.
"Cantik. Besok aku akan jemput buat nemui WO," chat Alex.
"Ya." Jawab Lensi singkat.
"Cantik lagi apa? apa boleh aku melakukan panggilan video?"
Lensi sama sekali tidak membalas chat itu. Sementara Alex jadi mondar mandir menunggu balasan Lensi. Gadis yang sudah membuat dia penasaran setengah mati.
males ah klu rebut rebut