Pertarungan, pertumpahan darah, air mata, itu adalah peristiwa yang biasa terjadi di dunia kultivator.
Dunia kacau oleh perang setelah Kaisar Manusia menghilang dalam waktu yang sangat lama.
Suatu waktu, sebuah meteor melesat ke arah sebuah dunia di sudut Alam Semesta.
Lin Yan, bayi yang terjatuh dari langit dan ditemukan oleh pasangan tua yang sedang mengembara.
Takdir apa yang akan membawanya?
Dari mana asalnya?
Siapa yang mengirimnya?
Semua itu adalah misteri untuk sosok Lin Yan.
Dengan tombak ditangannya, Lin Yan akan memulai jalannya mencapai puncak, mencari identitas sejatinya serta mengukir namanya dengan gelar, Raja Naga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaLova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09 - Kota Seijin
Kepergian kakek dan nenek Lin Yan awalnya membuatnya putus asa dan diselimuti oleh kesedihan yang begitu besar. Tetapi, Lin Yan bukanlah anak yang bisa dikendalikan oleh kesedihan. Karena ada kemungkinan untuk bertemu kembali dengan kakek dan neneknya, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik.
Sudah lebih dari seminggu semenjak kakek dan neneknya telah pergi. Lin Yan saat ini sedang bergerak ke tempat tujuan utamanya, Kerajaan Bintang.
“Dari peta yang di tinggalkan oleh kakek dan nenek, aku mungkin akan tiba dalam beberapa hari lagi. Aku tidak menyangka bahwa akan memakan waktu lama tiba di kerajaan Bintang.” Lin Yan yang sedang berjalan, hanya bisa menghela nafas panjang.
Kakek dan neneknya hanya butuh setengah jam mencapai posisi Kerajaan Bintang. Bisa dikatakan bahwa kekuatan kakek dan nenek Lin Yan sangatlah luar biasa. Tetapi Lin Yan sama sekali tidak mengetahui hal itu.
“Tidak jauh di depan sana adalah kota Seijin, salah satu kota berukuran sedang bagian dari Kerajaan Bintang. Dari informasi, kota itu di kuasai oleh beberapa klan yang bersaing satu sama lain. Tampaknya aku harus beristirahat di tempat itu lebih dulu.” gumam Lin Yan dan mempercepat langkah kakinya menuju kota Seijin. Walaupun hari masih siang, ia memutuskan untuk beristirahat karena selama seminggu perjalanan, ia selalu tinggal di tengah hutan untuk beristirahat.
Setelah bergerak selama beberapa jam, Lin Yan melihat kota besar di kejauhan. Ia sedikit kagum karena baru kali ini pergi ke tempat seperti itu, selama 14 tahun belakangan, ia hanya berasa di Desa Pelangi dan tidak pernah keluar sama sekali. Melihat tembok kota yang lumayan tinggi juga menarik minat Lin Yan.
Tentu saja kakek dan neneknya akan menyuruhnya belajar tentang hal-hal seperti itu ketika masih muda. Tujuan kota-kota di Kerajaan Bintang memiliki tembok tinggi yang mengelilinginya adalah untuk menahan serangan binatang roh.
Dari semua pelajaran yang Lin Yan terima, hampir 70% Kerajaan Bintang adalah hutan belantara tempat binatang roh tinggal.
“Kota Seijin, tampaknya dunia luar ini memang menarik.” Lin Yan tersenyum kecil dan perlahan mendekat ke arah gerbang kota.
Terlihat banyak orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar gerbang kota. Juga banyak terlihat kuda-kuda yang menarik beberapa gerbong. Tentu saja Lin Yan tau mereka semua adalah pedagang dari desa-desa sekitar untuk menjual barang-barang atau hasil panen orang-orang desa.
Lin Yan menatap ke arah gerbang bahwa orang-orang juga mengantri. Terlihat jelas bahwa untuk masuk ke dalam kota pun dikenakan biaya. Ia sama sekali tidak peduli dengan biaya yang akan di pungut, sebab kakek dan neneknya memberinya banyak koin emas dan koin perak. Ia tidak terlalu tau tentang nominal penggunaan koin emas dan koin perak. Tetapi ia pasti akan belajar ketika masuk ke dalam kota.
Karena orang-orang mengantri, Lin Yan pun ikut mengambil antrian untuk masuk.
Satu gerbang besar merupakan jalan masuk untuk gerbong-gerbong kereta kuda. Di pinggir gerbang besar itu, ada gerbang kecil tempat untuk orang-orang masuk.
Lin Yan memperhatikan semuanya dengan seksama. Setelah mendekat gilirannya untuk membayar, ia mendengar penjaga gerbang berkata bahwa biaya masuk adalah 1 koin perak. Ia menaruh tangannya ke dalam saku celananya lalu berfokus mengeluarkan beberapa koin perak.
Tentu Lin Yan tidak akan gegabah karena di surat yang di tulis oleh neneknya, orang-orang akan mencoba merebut cincin ruang jika ia ketahuan memilikinya.
Setelah giliran Lin Yan, penjaga langsung berbicara setelah menatap Lin Yan sekilas.
“1 koin perak biaya untuk masuk. Jika kau ingin tinggal di kota ini, kau harus mengurus dokumen untuk menetap di bangunan tertentu. Kau bisa bertanya kepada beberapa penjaga yang akan berkeliling di dalam sana.” ucap penjaga itu acuh tak acuh karena ia belum pernah melihat Lin Yan sekalipun. Jika ia pernah melihat orang yang masuk sebelumnya, ia hanya akan meminta uang masuk. Tetapi jika belum pernah melihatnya, para penjaga akan melakukan hal itu.
Lin Yan hanya mengangguk dan mengambil koin perak dari saku celananya. Setelah memberi koin perak, ia kemudian diijinkan masuk ke dalam kota.
“Luar biasa.” batin Lin Yan saat melewati gerbang. Baru kali ini ia melihat bangunan-bangunan besar karena di Desa Pelangi, semua rumah-rumah tampak sederhana dan tidak bisa dibandingkan dengan bangunan di kota Seijin.
“Pertama.. apa yang harus aku lakukan?” batin Lin Yan. Ia tetap berdiri di tempat dan melihat ke kiri dan ke kanan untuk memutuskan pergi ke arah mana.
“Minggir bocah! Kau menghalangi jalan!” suara pria dewasa terdengar di belakang Lin Yan karena ia berhenti di jalan masuk.
Lin Yan menoleh ke arah belakang dan menemukan pria dengan wajah marah. Terlihat bahwa usianya sekitar 20 tahunan.
Karena tau bahwa ia tidak bisa gegabah dari perkataan neneknya, ia hanya minggir ke samping tanpa berbicara. Juga, alasan lainnya, tentu saja Lin Yan bisa memeriksa pria tersebut.
“Yayasan Qi tahap kesembilan.” batin Lin Yan saat minggir ke samping.
Pria itu hanya mendengus ke arah Lin Yan lalu melewatinya.
Bukannya Lin Yan takut kepada pria itu. Tetapi ia lebih memilih tidak mencari masalah saat ini. “Tampaknya banyak orang kuat di kota ini.” batin Lin Yan karena ia telah melihat penjaga gerbang juga merupakan seorang kultivator.
Kebanyakan dari para penjaga memiliki basis kultivasi Yayasan Qi tahap kelima.
Namun Lin Yan merasa sulit saat ini karena matanya terus-menerus menampilkan aura yang mengelilingi para kultivator di kota itu.
“Tampaknya aku harus mencari penginapan terlebih dahulu. Aku ingin mengendalikan mataku agar tidak melihat aura aura itu. Juga, tampaknya penglihatan ini memakan sejumlah energi walaupun hampir tidak terasa.” batin Lin Yan. Akhirnya ia membuat keputusan untuk tinggal beberapa hari untuk mengendalikan penglihatan yang dikatakan oleh neneknya adalah kemampuan khusus miliknya.
Lin Yan pun langsung bergerak lurus ke arah pusat kota. Ia memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Di mana-mana terlihat banyak pedagang yang sedang bertransaksi kepada pembeli. Juga, di bagian-bagian tertentu bangunan, terlihat beberapa anak yang murung. Tentu ia tau bahwa mereka ada pengemis yang berada di kota.
Bukannya Lin Yan tidak punya hati untuk tidak memberi koin kepada anak-anak itu. Tetapi ia tau bahwa akan ada masalah jika ia bersikap seolah-olah menjadi pahlawan yang membantu pengemis jalanan.
Mengabaikan semua itu, Lin Yan terus berjalan. Tidak lama kemudian, ia melihat sebuah bangunan yang bertuliskan restoran dan penginapan Ain.
“Tampaknya aku akan tinggal di tempat itu untuk beberapa waktu.” Lin Yan pun berjalan perlahan ke penginapan untuk memesan sebuah kamar.
Ketika masuk ke dalam, terlihat ada dua bagian lobi. Tentu Lin Yan paham satu tempat untuk makan di restoran dan satu lagi untuk memesan kamar.
Juga, terlihat banyak pria dan wanita yang memakai pakaian lumayan mewah tidak sepertinya yang memakai pakaian sederhana.
“Ada yang bisa kami bantu?”
Seorang pelayan kemudian berbicara dan menghampiri Lin Yan.
Lin Yan menatap ke arah pelayan pria itu dan menyipitkan matanya karena dari sorot mata pelayan itu, dia memandang dirinya sangat rendah.