Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menahan
"Kenapa bertanya seperti itu? ini memang rumahnya kan? jika ada yang seharusnya tidak tinggal di rumah ini, orang itu adalah kamu." Ujar Damian.
"Tapi aku tidak mau satu rumah dengannya Mas!" Bentak Kanaya.
"Kalo begitu pergi saja dari rumah ini, gampang kan?" Ujar Damian.
"Itu tidak mungkin Mas! Tempatku di sini disisi kamu dan Radit."
"Kalo kamu nggak mau pergi jangan macam-macam di rumah ini. Anastasya sedang amnesia, kamu disini hanya sebagai ponakan Mama, jadi jangan bertingkah yang bisa membuatku marah." Damian meletakkan Radit.
"Ponakan? Aku nggak terima Mas! kenapa nggak bilang saja aku juga istrimu!" Bentak Kanaya.
"Jangan melawan ku jika tidak ingin aku usir Naya!" Bentak Damian membuat Radit langsung menangis.
"Hikss, aku tidak terima Mas! jika kamu menganggap ku orang lain di rumah ini." Lirih Kanaya.
"Jangan mengajakku berdebat lagi Naya!" Damian menahan kekesalannya.
Damian membujuk Radit agar kembali diam. Mereka bermain mobil-mobilan hingga Radit kembali tertawa riang.
"Radit bobo dulu ya? Papa mau ambil minum." Bujuk Damian kemudian beranjak meninggalkan Radit dan Kanaya.
Damian menuju dapur mengambil air di kulkas lalu meminumnya. Ia menenangkan pikirannya sejenak lalu kembali masuk ke kamarnya ditatap wajah imut Anastasya yang tertidur pulas seperti bayi yang sedang meringkuk. Ia menarik tubuh kemudian memeluknya dengan erat.
"Sampai kapan kamu membuatku menahan gairah sayang, aku merindukanmu. Jangan menghukum ku seperti ini." Lirih Damian, dikecupnya dengan pelan bibir tipis semerah buah cherry di depannya kemudian memperdalam ciumannya. Merasakan kembali cintanya yang terasa begitu jauh namun di berada di depan matanya.
Anastasya meringsut, Damian segera melepaskan bibirnya takut Anastasya terbangun dari tidurnya.
Keesokan harinya Anastasya terbangun ia menatap wajah Damian yang terlelap dengan dengkuran halus dari mulutnya.
"Mas..! Sudah pagi, Mas nggak berangkat kerja?" Tanya Anastasya.
"Damian membuka matanya perlahan, ia mengecup kening Anastasya kemudian beranjak menuju kamar mandi.
Sambil menunggu Damian mandi Anastasya menyiapkan pakaian kantor lalu meletakkannya di atas tempat tidur yang sudah ia rapikan.
Damian keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di pinggangnya kemudian memakai pakaiannya. Anastasya membantu memasang dasinya kemudian mereka turun untuk sarapan.
Di meja makan, Weni dan Kanaya sudah duduk menunggu kedatangan mereka.
Kanaya mendelik kesal melihat pasangan pasutri itu turun dari tangga sambil bergandengan tangan.
"Duduk di sini sayang." Damian menarik kursi untuk Kanaya kemudian menarik kursi untuknya.
"Kamu Kanaya?" Tebak Anastasya tersenyum manis.
Kanaya dengan terpaksa membalas senyuman Anastasya kemudian mengambilkan makanan untuk Damian.
"Tidak usah, biar Tasya yang mengambilnya untukku." Tolak Damian saat Kanaya menyodorkan makanan di piring untuk Damian.
Anastasya menatap Kanaya heran, 'Kenapa dia yang mengambilkan makanan untuk Mas Damian?' Batin Anastasya.
"Biarkan saja, Tasya kan lagi sakit." Sela Weni.
"Mah!" Sentak Damian, "Tolong ambilkan aku sayang." Pinta Damian pada Anastasya yang sedang melamun.
"Eh, Iya." Anastasya segera mengambil makanan di piring lalu meletakkannya di depan Damian.
"Makasih sayang." Tulus Damian.
Membuat Kanaya semakin geram, ia mengepalkan kedua tangannya tidak suka dengan pemandangan di depan matanya.
Mereka menikmati makanan masing-masing tanpa ada yang berbicara. Rasa canggung yang Anastasya rasakan makan bersama Weni dan Kanaya membuatnya memilih lebih baik diam.
Sedangkan Weni dan Kanaya hanya saling melirik tidak suka dengan kehadiran Anastasya.
"Selama Mas di kantor, kamu di kamar aja istirahat, jika butuh sesuatu panggil aja mbok Siti." Ujar Damian Setelah menyelesaikan makannya.
"Ia Mas." Ujar Anastasya.
"Mah, Damian berangkat dulu ya?" Pamit Damian mencium punggung tangan Weni.
Damian menarik tubuh Anastasya beranjak kemudian mereka keluar dari rumah.
"Dah- sayang..!" Jangan lupa minum obatnya ya?" Pamit Damian lalu mencium kening Anastasya.
Damian masuk kedalam mobil kemudian melajukan mobilnya menuju kantor.
Setelah kepergian Damian, Anastasya masuk ke dalam, ia melihat Kanaya masih duduk di meja makan.
"Tasya, sini! cobain salad buah aku." panggil Kanaya mencoba mendekati Anastasya.
Anastasya duduk di bersama mereka kemudian mencoba salad buah yang di buat Kanaya.
"Enak." Puji Anastasya.
"Cuma enak?" Tanya Kanaya.
"Enak bangettt." Anastasya tersenyum memuji. Entah kenapa dia merasa heran dengan perubahan Kanaya. Kanaya yang awalnya tidak bersahabat dengannya kini mulai akrab dengannya.
"Kalo kamu suka, aku akan sering-sering membuatnya, jadi kalo kamu mau, kamu bisa langsung mengambilnya di kulkas." Ujar Kanaya.
"Makasih." Ucap Anastasya.
Setelah menghabiskan salad buahnya, Anastasya beranjak menuju kamarnya. Ia mengambil ponselnya lalu menghubungi Austin.
"Halo." Jawab Austin setelah menggeser tombol hijau ponselnya.
Hening sejenak, Anastasya tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Matanya berbinar mendengar suara yang beberapa hari ini di rindukannya.
"Syasya...?"
"Ha- halo..."
"Sya... kamu baik-baik aja." Nada suara Austin menghawatirkan keadaan Anastasya.
"Ia, aku sekarang di Jakarta. Di rumah Mas Damian."
"Kamu tinggal dengan siapa di sana?"
"Mas Damian, Mama Weni, Kanaya ponakan Mama Weni juga disini bersama anaknya."
Austin langsung diam. Kini rasa kekhawatirannya semakin bertambah mendengar Kanaya juga tinggal di sana.
"Apa mereka baik padamu?"
"Mama Weni agak ketus sih! Tapi Kanaya baik."
Hening beberapa saat.
"Austin..."
"Ya.."
Austin menghela napas panjang, sebelum bicara ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Sya... Aku akan Jerman untuk beberapa bulan ke depan. Mungkin kamu akan kesusahan menghubungi ku, kamu jaga diri baik-baik ya? Kamu harus sembuh. Jika suatu saat ingatanmu sudah kembali, apapun masalah yang kau hadapi, kamu harus kuat dan aku minta kamu jangan melakukan hal yang bodoh lagi." Pesan Austin.
"Hikss, hikss, kamu akan pergi meninggalkanku?" Tangsi Anastasya pecah.
"Jangan menangis Sya! Aku pergi karena Mommy sedang sakit, aku harus menemaninya karena Daddy juga sibuk."
"Hikss, hikss, aku takut jika kamu jauh."
"Dengarkan aku Sya... kamu harus kuat dan berjuang untuk diri kamu sendiri. Aku tau ini tidak mudah untukmu, namun kamu harus menjalaninya. Kamu masih ingat pesanku kan? jangan mempercayai siapapun dan harus hati-hati. Anggap saja kamu baru menikah dengan suamimu dan masuk ke dalam keluarganya." Jelas Austin.
"Kenapa kamu ngomong seperti itu? apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku? atau kamu sudah tau tentang aku?" Silidik Anastasya.
"Hehe, nggak boleh suudzon Sya! sekarang katakan padaku kenapa kamu menelpon ku!"
"Aku hanya mengingat mu."
"Mengingat atau merindukan ku?"
"Mengingat."
"Mengingat sama dengan merindukan kan? apa bedanya?" Tanya Austin.
"Mengingat." Anastasya tidak mau kalah.
"Padahal aku sangat berharap kamu merindukanku." Canda Austin dengan nada kecewa.
"Ya sudah, kalo begitu aku juga akan mengingatmu."
"Kapan kamu ke Jerman?"
"Besok, setelah rapat direksi di kantor selesai."
"Kamu akan kembali kan?"
"Tentu saja, aku pasti kembali, ada seseorang yang menungguku di sini."
"Seseorang siapa? kamu sudah punya pacar?"
"Hehehe, nanti kamu juga tau."
.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
tendang aja burungnya biar ga BS terbang sekalian . gedeegggggg bgt.
ga mgkn hamil juga lah. kayaknya si Damian mandul. tp ditipu SM Mak Lampir.
gunakan hp, minta tolong Austin kek, atau minta tolong Tirta kek. gedeghhggg