Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Jarum Di tumpukan Jerami
“Ayo Ma!” Sendy merengek, sudah tidak tahan. Bila mamanya terus diam tak berjalan, bisa-bisa anak kecil itu akan ngompol di celananya.
Moza tersentak kaget menatap pria yang menepuk pudaknya, membuat ia terdiam sesaat. Panik campur cemas. Situasi benar-benar tidak mengenakkan untuk Moza saat ini. Ia tidak menyangka akan dipertemukan kembali dengan pria itu lagi. Moza pikir, setelah lari ke sebuah kota kecil, semua jejak masa lalunya akan tertinggal di tempat yang lama itu. Ternyata takdir berbicara lain, ia keliru.
Dua orang yang pernah dipertemukan secara tak sengaja itu, kini kembali dipertemukan oleh waktu. Meskipun harus menunggu enam tahun lamanya. Ada sesuatu di antara mereka, tanpa sadar keduanya sudah terikat sejak Moza mengandung Sendy. Benih yang tanpa sengaja Naga tanam dalam rahim wanita tersebut.
“Maaa!” Sendy yang sudah tak betah lagi, langsung menarik tangan mamanya. Mereka berjalan cepat mengikuti rambu, arah di mana toilet berada.
Sementara itu, Naga tetap mengikuti keduaya. Kakinya tanpa sadar melangkah begitu saja, Naga tidak tahu, apa yang menuntunnya kini hingga sampai di depan toilet wanita.
“Apa yang aku lakukan?” batin Sinaga sembari menatap sekeliling. Moza dan anak kecil itu sedang di dalam bilik toilet. Sedangkan dirinya, berdiri di depan menunggu Moza.
“Sial!” rutuk Naga saat melihat wartawan tak jauh dari sana. Tidak ingin memancing perhatian, Naga langsung pergi dari sana.
Pria berpakaian rapi dan klimis itu kini terus berjalan, ia menghindari kerumunan wartawan yang terus mengerubuti dirinya bagai lalat.
“Mas dari mana?” tanya Sierra yang baru mendapati sang suami. Sejak tadi Naga malah pergi menghilang, alhasil ia yang melanjutkan acara. Meski hanya duduk-duduk saja dengan memasang senyum seperti boneka.
“Tidak ... tidak dari mana-mana, hanya melihat apa yang terjadi di sana.” Naga menatap danau yang terbentang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Sedangkan Sierra, ia nampak tidak percaya. Datang dari mana? Mengapa jawabnya dari sana? Itu adalah dua arah yang bertolak belakang. Namun Sierra seperti yang sudah-sudah, ia enggan mengungkapkan apa yang menganjal dalam hatinya. Ia tidak mau Naga merasa risih mendengar celotehnya. Cukup hidup diam dan tenang di samping pria yang begitu dingin padanya tersebut. Siapa tahu ada keajaiban suatu saat nanti. Ia berharap tembok di hati Naga akan runtuh dan ia bisa masuk ke dalam hati pria tersebut.
Satu jam kemudian.
Karena acara pembukaan sudah selesai, meski dibuka dengan acara kegaduhan di area danau. Selebihnya pembukaan Gardenia Sanrio Park ini terbilang mulus dan lancar.
“Ma, aku ada urusan. Biarkan pengawal mengatar kalian. Ada yang perlu Naga urus.”
Mama Ratih dan Sierra menatap penuh selidik pada pria tersebut, urusan apa yang di maksud oleh Sinaga.
Alis seperti bulan sabit itu pun menungkik ke bawah, “Urusan apa?” Mama Ratih penasaran.
Sama seperti mertuanya, Sierra juga sangat penasaran. Berangkat sama-sama mengapa pulang terpisah? Nanti malah mengundang banyak gunjingan. Banyak wartawan di luar sana. Sierra tidak mau ada gosip yang beredar tentang keretakan rumah tangga mereka lagi. Ia malas selalu diterpa isu miring di beberapa media.
“Boleh Sierra temani?” Wanita itu sedang uji coba, barangkali Naga mau ia temani. Tapi sayang, pria itu justru menatapnya dengan dingin.
“Kalian pulang dulu, diantar Pak Romi.”
Naga berbicara pada salah satu pengawalnya. Meminta mengantar Mama dan istrinya pulang dengan selamat.
Karena Mama sejak tadi merasa kepanasan, ia pun langsung masuk mobil. Udara di luar yang kering hanya menambah keriput di wajahnya. Begitu sudah duduk di kursi belakang, Mama merogoh sesuatu dari dalam tas miliknya. Katanya tas mewah, terbuat dari kulit anaconda.
Detik berikutnya, Mama menyemprot sesuatu ke wajahnya. Katanya sih biar awet muda, meski kulit tak bisa dibohongi. Keriput itu tak bisa berdusta bahwa Mama Ratih benar-benar sudah tua.
Setelah mobil yang ditumpangi Mama Ratih dan Sierra melaju, Naga langsung masuk ke dalam acara yang masih berlangsung itu. Pria tersebut masih memikirkan Moza. Ada rasa penasaran yang cukup besar.
Ia harus menemukan Moza hari ini juga. Besok ia akan balik ke ibu kota, Naga tidak mau menyia-nyiakan waktu. Cukup baginya enam tahun hidup tanpa arah. Hambar dan tidak ada sesuatu yang membuatnya bergairah.
Ruang CCTV
Naga sedang berdiri, menatap beberapa monitor yang memantau keadaan di dalam Gardenia Sanrio Park. Matanya memindai setiap layar, berharap ada bayang-bayang Moza yang tertangkap di sana. Tidurnya tidak akan tenang bila rasa penasaran itu tak terbayar.
“Ke mana dia pergi?” gumamnya. Kehadiran Moza yang muncul secara tiba-tiba mulai mengusik pria tersebut.
“Acara baru berjalan satu jam, apa Moza sudah pergi?” Ketika sibuk berpikir dalam hati, matanya tak sengaja menatap layar yang paling bawah.
“Stop! Di lokasi mana ini?” Naga mulai antusias saat melihat sosok wanita yang mirip Moza. Apalagi juga ada seorang anak di sebelah wanita tersebut.
“Ini menuju gerbang tiga, Pak.” Jawab pria yang ada di samping Sinaga. Pria itu yang membantu Naga memantau CCTV untuk mencari keberadaan Moza.
“Tutup semua pintu masuk dan keluar, sekarang!”
“Tapi ...”
“Sekarang!”
Karena itu adalah perintah langsung dari pemilik dan donatur Gardenia Sanrio Park, saat itu juga semua akses pintu keluar dan pintu masuk langsung ditutup. Bersambung.