Nadira, gadis yang harus menerima perjodohan dari kedua orang tuanya. Ia harus menerima perjodohan ini, karena perjanjian kedua orang tuanya dulu sewaktu mereka masih sama sama duduk di bangku kuliah. Bagaimna nasib pernikahan tanpa cinta yang akan di jalani Nadira?? Apakah akan ada benih cinta hadir? Atau Nadira memilih mundur dari pernikahan karena perjodohan ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 08
Perlakuan Bunda yang tak biasa, membuat Nadira sedikit heran. Kini mereka sudah berada didalam rumah.
" Kamu sendiri, Nak? "
Ayah bertanya ketika melihat Nadira yang datang sendirian, dengan menggunakan motor maticnya.
" Iya, Yah. Dira tadi dari ruko, dan langsung kesini."
" Apa suamimu tahu, kalau kamu ada disini, Nak?"
Ayah kembali bertanya. Dan di balas dengan gelengan kepala dari Nadira.
" Sebaiknya kamu memberikan kabar ke suamimu, janagn buat dirinya merasa khawatir. "
Nadira pun mengangguk, lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Dan menghubungi Alby. Sebenarnya ia ragu iny menghubungi suaminya. Namun nasihat dari Ayah tak ingin di abaikannya. Nadira pun menghubungi Alby. Lama panggilannya tidak di jawab, ketika Nadira ingin memutus panggilan. Alby menjawab panggilan dari Nadira.
" Ada apa?"
Alby menjawab, tanpa mengucap salam.
" Assalamualaikum, Mas. Maaf Mas, aku sekarang berada di rumah Ayah. Dari ruko aku langsung kesini. Mungkin aku akan pulang terlambat malam ini."
Nadira bicara dengan sangat hati-hati. Nadira tidak tahu bagaimana respon dari Alby nanti.
" Hm.. Baiklah, sampaikan salamku pada orang tuamu, katakan pada mereka aku tidak bisa menghantar kepergian mereka. "
Alby berkata dengan nada dinginnya. Seperti biasa. Nadira yang sudah paham, langsung menjawab dan menutup teleponnya. Nadira kembali ke dalam. Nadira menghela nafas, mencoba menetralkan hati. Lalu berbicara seperti biasanya kepada kedua orang tuanya.
...****************...
Tak terasa malam pun datang. Alby yang mengatakan tidak akan datang, membuktikan ucapannya. Hanya Nadira yang melepas keberangkatan orang tuanya ke kampung halaman yang ada di Bandung. Setelah berpelukan cukup lama, Nadira pun melepas pelukannya pada sang Bunda.
" Nak, dengar kan nasihat Ayah. Jaga dirimu baik-baik, jaga nama baik keluarga kita,Nak. Kamu anak Ayah, Ayah sangat menyayangi kamu. "
Ayah memberikan nasihat sambil memeluk putri kesayangannya.
" Dira akan menuruti semua nasihat Ayah."
Dira berkata dengan air mata yang menetes di pipinya. Begitu sedih dirinya. Ayah dan Bunda masuk ke dalam mobil yang mereka sewa untuk menghantar mereka ke Bandung. Di belakang, ada sebuah mobil yang mengangkut beberapa barang yang di bawa oleh orang tuanya.
Setelah mobil bergerak jalan, Ayah dan Bunda masih saja melambaikan tangannya. Nadira menghisap air matanya. Dan kini Nadira masuk ke dalam rumah. Kini rumah ini sedikit lebih lenggang. Karena Ayah dan Bunda hanya membawa sebagian dari perabotan. Rumah ini pun sudah berpindah tangan. Namun sang pemilik yang baru masih berada di luar negri. Hingga rumah ini nantinya akan di biarkan kosong untuk sementara waktu.
Nadira memandang ke setiap sudut rumah ini. Rumah tempat ia di besarkan. Rumah yang menjadi saksi pernikahan nya dengan lelaki jodohan orang tuanya. Setelah merasa puas. Kini Nadira beranjak keluar, dan pergi untuk pulang ke rumah Alby. Selama di perjalanan, Nadira beberapa kali tidak fokus. Entah mengapa. Kini Dira merasa sebagian dari jiwanya pergi. Menempuh perjalan hampir Empat puluh menit, akhirnya Dira tiba di rumah Alby.
Setelah mengucapkan salam. Nadira pun melangkah masuk ke rumah. Ternyata Alby tengah duduk di meja makan. Sepertinya Ia baru saja menyelesaikan makan malamnya. Tak ada sapaan antara mereka berdua. Nadira pun naik menuju kamarnya di lantai dua. Nadira membersihkan diri. Lalu merebahkan badannya di atas ranjang. Tak sadar, Nadira ketiduran. Sampai sebuah panggilan, menyadarkan Nadira dari tidurnya.