Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Bertemu Kembali Dengan Sang Iblis
Dia tidak akan membiarkan rahasia ini menjadi konsumsi publik sebelum dia berhasil menyeret Alana kembali ke dalam sangkar emasnya untuk bertemu kembali dengan sang iblis. Kenzo melangkah lebar menyusuri koridor rumah sakit pribadi miliknya dengan wajah yang memancarkan aura kematian bagi siapa pun yang berani menghalangi jalan.
Alana perlahan mulai membuka matanya dan segera disambut oleh aroma pembersih ruangan yang sangat tajam serta cahaya lampu yang menusuk penglihatan. Dia mencoba menggerakkan tangannya namun dia menyadari bahwa pergelangan tangannya telah terikat oleh borgol besi yang dingin pada pinggiran ranjang.
"Kenapa kau membawaku kembali ke tempat yang sangat menjijikkan ini?" tanya Alana dengan suara yang sangat lemah dan serak.
Kenzo yang sejak tadi duduk di sudut ruangan yang gelap mulai melangkah mendekat hingga cahaya lampu menerangi wajah tampannya yang tampak sangat bengis. Dia menatap Alana dengan kilat kebencian yang mendalam seolah wanita di hadapannya adalah musuh terbesar yang harus dia hancurkan saat ini juga.
"Kau sudah berani mencoba membunuh pewaris tunggal keluarga Alfarezel dengan cara melarikan diri seperti tikus kotor!" geram Kenzo sambil mencengkeram rahang Alana dengan sangat kuat.
Alana meringis kesakitan saat merasakan kuku-kuku jari Kenzo menekan kulit pipinya hingga meninggalkan bekas kemerahan yang sangat mencolok. Dia tidak menyangka bahwa pria ini akan bersikap sangat kejam hanya karena sebuah kehamilan yang sebenarnya tidak pernah dia harapkan terjadi dalam hidupnya.
"Aku tidak pernah menginginkan anak ini, jadi lepaskan aku dan biarkan aku pergi sejauh mungkin dari kehidupanmu yang penuh kegilaan ini!" teriak Alana dengan sisa tenaga yang dia miliki.
Kenzo tertawa dengan nada yang sangat dingin dan meremehkan hingga bulu kuduk Alana berdiri karena merasa sangat ketakutan melihat reaksi pria tersebut. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Alana lalu membisikkan kata-kata yang membuat seluruh tubuh wanita itu seketika menjadi sangat kaku dan membeku.
"Kau tidak akan pernah bisa pergi karena mulai detik ini kau adalah properti berharga milikku yang harus dijaga selama dua puluh empat jam penuh," ucap Kenzo dengan suara yang sangat tenang namun sangat mematikan.
Alana mencoba melepaskan borgol di tangannya hingga kulit pergelangan tangannya mulai lecet dan mengeluarkan darah segar yang membasahi sprei putih tersebut. Namun Kenzo justru mempererat cengkeramannya pada rahang Alana dan memaksa wanita itu untuk tetap menatap mata elangnya yang sangat menyeramkan itu.
Dia segera memanggil kepala pengawal dan memberikan instruksi untuk memindahkan Alana ke sebuah ruangan khusus yang terletak di lantai paling bawah mansion miliknya. Alana terus berteriak histeris namun suaranya segera tenggelam oleh suara debuman pintu yang ditutup dengan sangat kasar oleh anak buah Kenzo yang berbadan tegap.
"Tuan Muda, apakah kita harus tetap memberikan obat penenang kepada wanita ini sesuai dengan instruksi dokter sebelumnya?" tanya sang pengawal dengan penuh hormat.
Kenzo hanya mengangguk pelan sambil terus menatap Alana yang kini mulai meronta-ronta di atas kursi roda yang sedang didorong secara paksa menuju mobil mewah. Dia merasa kepuasan yang aneh saat melihat penderitaan wanita yang telah berani mengusik ketenangan hidupnya sebagai seorang penguasa bisnis yang sangat dingin.
Alana merasakan suntikan dingin menembus kulit lengannya dan dalam hitungan detik seluruh pandangannya kembali meredup menjadi kegelapan yang sangat pekat. Dia tidak sadar bahwa ketika dia terbangun nanti, dia akan menghadapi sosok Kenzo Alfarezel yang dingin dan jauh lebih mengerikan dari sebelumnya.