Entah sebuah kesialan atau keberuntungan karna Audrey mengandung anak dari seorang mafia besar dan pebisnis paling berpengaruh di Kanada. Sosok Lucas tidak tersentuh, bahkan tak seorangpun bisa mencampuri bisnis gelapnya. Dia pria yang memiliki wajah sempurna, namun tak sesempurna hatinya.
Kehidupan Audrey mungkin tak akan baik-baik saja jika berkaitan dengan Lucas. Lalu bagaimana Audrey akan menyembunyikan keturunan Lucas? Agar hidupnya tak bersinggungan dengan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Audrey sudah memakai kembali pakaiannya ketika Lucas keluar dari kamar mandi. Dia menatap pria itu dengan perasaan kesal karna merasa diperdaya seenaknya. Walaupun hal ini terulang lantaran Audrey sendiri telah menyebutkan nominal dan Lucas menyanggupinya. Jadi Audrey tidak bisa menolak, apalagi Lucas sangat pemaksa.
Lucas menoleh ke arah ranjang karna merasa diperhatikan. Dia menautkan alis melihat tatapan kesal di mata Audrey.
"Kenapa menatapku seperti itu? Apakah yang tadi tidak membuatmu puas? Aku bisa mengulanginya kalau kau mau." Lucas berkata dengan santainya. Terkadang menyadari kesalahan diri sendiri memang sulit.
Audrey semakin cemberut dan menatap sinis. "Dasar maniac!!" Geramnya.
Lucas hanya menyeringai tanpa menanggapi ucapan Audrey. Dia melepaskan kemejanya yang sejak awal dibiarkan menutupi lengannya selama ber cinta dengan Audrey.
Hampir sebagian lengannya dipenuhi noda merah. Bekas jahitan itu mengeluarkan banyak darah. Jika bukan karna Audrey memukuli lengannya, jahitannya tidak akan lepas dan berujung mengeluarkan darah.
Dari tempatnya duduk, Audrey berusaha melihat apa yang terjadi dengan Lucas. Tapi dia tidak bisa melihatnya karna Lucas berdiri membelakanginya. Audrey hanya bisa melihat gerakan tangan Lucas seperti sedang membersihkan sisa darah di lengan.
Audrey terlihat merinding. Dia bisa membayangkan separah apa luka yang baru saja didapatkan Lucas, sampai-sampai lengannya mengeluarkan banyak darah. Melihat hal itu, kekesalan Audrey perlahan meredup. Dia ingat ketika Lucas datang menolongnya dan segera membawanya ke rumah sakit ketika seorang datang menu suk perutnya. Rasanya seperti tidak punya hati jika Audrey tidak simpati pada Lucas.
"Sebaiknya langsung pergi ke rumah sakit atau panggil Dokter agar lukanya segera diobati." Ujar Audrey mengusulkan. Luka yang mengeluarkan banyak darah seperti itu jika tidak segera ditangani pasti akan semakin parah.
Lucas menoleh dengan sebelah alisnya yang terangkat. "Kau khawatir padaku?" Dia menatap Audrey heran. Lucas tau selama ini Audrey tidak menyukainya, bahkan lebih tepatnya benci padanya. Jika Audrey khawatir pada luka di lengannya, itu terdengar aneh.
Audrey menggeleng cepat meski ekspresinya terlihat bingung. Dia juga tidak mengerti apakah itu bentuk kepeduliannya pada Lucas atau bukan. Yang jelas dia sedikit merasa bersalah karna lengan Lucas berdarah setelah dia memukulinya. Meski Audrey yakin pasti sudah ada luka sebelumnya.
"Luke!! Kau di dalam?!!"
Dua orang yang sedang saling menatap itu dibuat terkejut mendengar gedoran dan suara dari luar kamar. Lebih terkejut lagi karna Audrey mengenali pemilik suara itu.
"Bibi Russel datang?" Tanya Audrey dengan ekspresi bahagia yang tidak bisa ditutupi. Ekspresi yang ditunjukkan Audrey seperti dia sedang merencanakan sesuatu dan hal itu terbaca jelas oleh Lucas.
Tidak mau keberadaan Audrey diketahui oleh Ibunya, Lucas segera menggendong Audrey dan membawanya ke ruang walk in closet di kamar itu.
Audrey sempat berteriak meminta tolong pada Russel, namun dia lupa jika kamar itu kedap suara. Sekeras apapun teriakannya, Russel tidak akan bisa mendengarnya.
"Diam lah! Kesabaranku cukup buruk." Bentak Lucas. "Kau hanya perlu mengasingkan diri dari orang lain sampai anak itu lahir. Jangan coba-coba berfikir meminta bantuan untuk melarikan diri. Jika kau patuh, kau akan kembali pada Ayahmu dalam keadaan utuh!" Lucas bicara penuh penekanan. Tatapan tajamnya cukup mengintimidasi dan membuat Audrey ketakutan sekaligus semakin benci pada Lucas. Pria di hadapannya itu benar-benar tidak seperti manusia.
"Apa kau bukan manusia?!! Aku membencimu!! Jika kau melihatku mengakhiri hidup, itu adalah karna kesalahanmu!!" Ancam Audrey. Lucas Sangat menginginkan anak mereka, jadi ancaman itu keluar begitu saja dalam pikiran Audrey. Dia yakin Lucas akan merasa terancam.
Lucas tersenyum miring. Dia tau Audrey hanya mengancam. Wanita seperti Audrey tidak akan berani mengakhiri hidupnya.
Melihat Lucas tersenyum mengejek, Audrey tidak tinggal diam. Dia segera meraih vas bunga di atas meja yang membenturkannya di dinding. Suara pecahan vas itu memenuhi ruangan dan membuat Lucas melebarkan matanya.
"Kau pikir ancaman ku hanya untuk menggertak?! Lihat saja apa yang akan aku lakukan dengan vas ini!" Audrey menangis dengan potongan vas yang tajam di tangannya.
Rahang Lucas tampak mengeras. Audrey tidak memikirkan anaknya dan itu membuat Lucas murka. Audrey benar-benar nekat. Semakin Lucas bersikap kasar, Audrey malah memberontak.
"Tenang dulu, kita bicara baik-baik." Lucas menurunkan nada bicaranya. Dia akan bersikap lebih lembut agar Audrey tidak berbuat nekat.
"Setelah aku seperti ini, kamu baru mengajakku bicara baik-baik? Tuan Lucas, bagaimana bisa kamu tidak punya hati?" Audrey menyeka air matanya. "Biarkan Bibi Russel masuk dan melihatku. Dia harus tau perbuatan putranya."
Lucas berdecak. "Jika kamu tidak sabar terikat denganku, akan segera aku kabulkan." Lucas berkata datar kemudian keluar dari walk in closet dengan langkah lebar.
Audrey menjatuhkan vas bunga di tangannya, dia segera keluar mengikuti Lucas.
Audrey berhenti beberapa meter dari pintu kamar ketika Lucas sudah siap membuka pintu. Pria itu sekali lagi menatap Audrey dengan tatapan tajam.
"Kau yang memintanya, tugasmu menjelaskan padanya bagaimana awalnya kita bertemu sampai aku membawamu ke sini." Ujar Lucas dingin.
Pintu kamar di buka oleh Lucas dan dia mendapati dua pelayan sendang berusaha membujuk Russel turun.
Ketika melihat Lucas keluar, dua pelayan itu membungkuk tak berani menatap Lucas. "Maaf Tuan, saya sudah menyuruh Nyonya besar untuk turun, tapi,,"
Pelayan itu belum selesai memberikan penjelasan tapi Lucas sudah mengibaskan tangannya agar mereka pergi. Keduanya segera pergi dari sana sebelum Lucas berubah pikiran dan marah padanya.
"Luke,, ada apa dengan lengan mu?" Russel terbelalak melihat luka sepanjang 10 senti di lengan putranya dengan bekas jahitan yang terlihat terbuka dan mengeluarkan darah.
"Orang itu belum tertangkap dan masih berusaha mengincar ku." Sahut Lucas. Russel langsung mengerti jika Lucas baru saja mendapat penyerangan dari musuh yang beberapa bulan lalu juga menyerangnya.
"Segera panggil dokter untuk menutup lukanya." Perintah Russel. Lucas mengangguk dan segera pergi dari sana tanpa mengatakan apapun.
Begitu Lucas pergi dari hadapannya, Russel terkejut dengan mata membulat sempurna. Dia menutup mulutnya saking tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"A-Audrey? Benarkah itu kamu?" Tanya Russel terbata. Dia mencari Audrey ke sana kemari, bahkan mengerahkan banyak orang untuk mencari keberadaan Audrey. Namun tidak satupun menemukan petunjuk. Audrey seperti menghilang ditelan bumi. Sekarang Russel tau alasannya. Ada Lucas di balik hilangnya Audrey. Putranya jauh lebih pintar menghilangkan jejak.
"Bibi,," Suara Audrey bergetar. Tangisnya kembali pecah. Dia melihat Russel seperti dewi penolong yang akan membebaskannya dari Lucas. Audrey yakin Russel memiliki hati yang lembut dan tidak segan untuk menolongnya.
Russel mendekat dan segera memeluk Audrey. "Bibi sudah lama mencari mu. Rumah itu kosong ketika Bibi datang. Ternyata Lucas membawamu kesini. Lucas tidak menyakitimu kan?"
Audrey baru ingin menjawab, tapi tiba-tiba dia merasakan sakit di perutnya dan membuatnya meringis kesakitan.
Russel segera melepaskan pelukannya untuk memastikan kondisi Audrey. Matanya membulat sempurna melihat Audrey memegangi perut dan darah segar mengalir dari pahanya.
Audrey mengikuti arah tatapan Russel, dia langsung tidak sadarkan diri di dekapan Russel setelah melihat darah di kakinya.
"Luke!!!" Teriak Russel panik.
Saat itu Lucas tidak benar-benar pergi, dia hanya bersembunyi di balik dinding untuk memastikan Audrey tidak bicara macam-macam pada Russel. Mendengar teriakan Russel, Lucas segera masuk ke kamar itu. Dia sempat mematung mendapati Audrey pingsan dan ada darah yang keluar dari area pahanya.
Tanpa mengatakan apapun, Lucas segera mengambil Audrey dan menggendongnya. Dia berlari ke arah lift, bahkan tidak sengaja menabrak bodyguardnya.
"Nick!! Siapkan mobil!!" Teriak Lucas.
gara2 lucas ini,, si Audrey banyk tekanan..
selalu semangat & sehat