NovelToon NovelToon
Penebusan Ratu Malam

Penebusan Ratu Malam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Ra

Di tengah gelapnya dunia malam, seorang Gus menemukan cahaya yang tak pernah ia duga dalam diri seorang pelacur termahal bernama Ayesha.

Arsha, lelaki saleh yang tak pernah bersentuhan dengan wanita, justru jatuh cinta pada perempuan yang hidup dari dosa dan luka. Ia rela mengorbankan ratusan juta demi menebus Ayesha dari dunia kelam itu. Bukan untuk memilikinya, tetapi untuk menyelamatkannya.

Keputusannya memicu amarah orang tua dan mengguncang nama besar keluarga sang Kiyai ternama di kota itu. Seorang Gus yang ingin menikahi pelacur? Itu adalah aib yang tak termaafkan.

Namun cinta Arsha bukan cinta biasa. Cintanya yang untuk menuntun, merawat, dan membimbing. Cinta yang membuat Ayesha menemukan Tuhan kembali, dan dirinya sendiri.

Sebuah kisah tentang dua jiwa yang dipertemukan di tempat paling gelap, namun justru belajar menemukan cahaya yang tak pernah mereka bayangkan.

Gimana kisah kelanjutannya, kita simak kisah mereka di cerita Novel => Penebusan Ratu Malam.
By: Miss Ra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Arsha menghabiskan sisa sore itu, berjam-jam, di kamar kerjanya. Meja kerjanya dipenuhi kertas-kertas proposal lama, grafik perkiraan biaya, dan cetak biru rencana pengembangan Pesantren Al-Falah. Secara lahiriah, ia sedang memenuhi tantangan satu bulan dari Kiyai Hafidz untuk membuktikan dirinya layak memimpin.

Namun, di balik tumpukan berkas Pesantren yang sah, ia menyembunyikan peta kota Jakarta yang sudah ditandai, dan catatan kecil yang memuat detail operasional The Scarlet Lounge, jadwal bos Jefri, jam-jam sepi, dan potensi titik masuk atau keluar lainnya.

Ia harus membuat blueprint ini sempurna dan meyakinkan. Bukan hanya untuk memenangkan kepercayaan Abahnya, tetapi yang lebih penting, agar ia memiliki alasan kuat untuk kembali ke Jakarta dan bernegosiasi langsung dengan donatur 'potensial' yang, dalam skenarionya, hanya bisa ditemui secara langsung. Ini adalah alibi utama yang ia butuhkan.

Ia menghela napas, jemarinya menekan keyboard laptop. Ia sedang mengolah data defisit anggaran yang dilebih-lebihkan dan memproyeksikan kebutuhan dana yang fantastis. Data-data yang ia butuhkan sangat banyak dan rumit.

"Aku harus menciptakan krisis administrasi yang hanya bisa diselesaikan dengan kehadiranku sendiri di Jakarta," gumam Arsha, matanya menatap tajam ke layar laptop. "Krisis yang tak bisa diselesaikan hanya dengan surat menyurat atau delegasi."

Pikirannya terbelah. Satu sisi sibuk menghitung berapa meter kubik beton yang dibutuhkan untuk asrama putri baru, sisi lain sibuk menyusun langkah terperinci untuk menghindari Jefri yang licin. Pakaian Gus-nya terasa semakin berat.

Ketika ia sedang berkutat dengan proyeksi dana dan data santri, sebuah ketukan terdengar di pintu kamarnya.

" Den, Rafka, Ummi menyuruh Aden turun. Ada tamu datang. Mereka baru saja sampai," suara asisten rumah tangga terdengar lembut dari luar.

Arsha mengerutkan kening. Tamu? Di tengah ia sedang dikejar tenggat waktu, pikiran yang kacau, dan rasa bersalah yang mencekiknya? Ini adalah gangguan yang ia tidak harapkan.

"Baik, Mbok. Sebentar," jawab Arsha. Ia buru-buru menutup laptopnya, mematikan layar, menyembunyikan semua catatan rahasianya, dan merapikan kembali pakaian Gus-nya yang longgar. Ia menarik napas dalam, memaksakan keteduhan kembali ke wajahnya.

~

Di ruang keluarga ndalem, suasana sudah ramai dan hangat. Kiyai Hafidz dan Ustadzah Halimah menyambut hangat kakak laki-laki Ustadzah Halimah, Om Dinar - seorang pengusaha sukses, beserta istrinya, Tante Hilya. Mereka adalah keluarga yang tinggal di Jakarta, kota yang akhir-akhir ini menjadi satu-satunya fokus rahasia Arsha.

Dan di antara mereka, berdiri seorang gadis muda yang tampak sangat cantik, anggun baru saja pulang dari Pesantren Kairo.

Namanya Safira. Ia adalah sepupu Arsha, putri Om Dinar. Usianya hampir sebaya dengan Arsha. Gadis itu mengenakan gamis modern yang sopan, tetapi ada aura perkotaan yang melekat kuat padanya.

Saat Arsha turun dari tangga, langkah kakinya yang pelan membuat keheningan singkat menyelimuti ruangan. Semua mata tertuju padanya. Arsha terlihat sangat berbeda di rumahnya, aura kewibawaan dan kesalehan melekat kuat, kontras dengan citra penyidik rahasia yang ia perankan di Jakarta.

"Nah, ini dia jagoan Abah sudah datang. Sini, Nak, Syafira dan Om Dinar sudah menunggu," seru Kiyai Hafidz dengan wajah ceria, bangga melihat putranya yang tampak begitu berwibawa.

Arsha memasang senyumnya yang paling teduh, dan yang paling profesional. Ia menyalami Om Dinar dan Tante Hilya dengan takzim, mencium tangan mereka. Lalu, ia menoleh ke Safira, menjaga jarak fisik dan emosional yang ketat.

"Assalamualaikum, Safira. Sudah lama sekali tidak bertemu," sapa Arsha dengan nada yang sangat formal, seolah berbicara kepada rekan kerja senior.

Safira terperangah. Ia sudah lama mendengar desas-desus tentang ketampanan, kecerdasan, dan kesalehan Gus Rafka, tetapi melihatnya secara langsung, dengan baju koko putih, peci, dan aura keteduhan yang dingin, membuat jantungnya berdetak tak karuan.

Masya Allah. Dia benar-benar seperti pangeran dari kisah Islami. Tapi, kenapa dia begitu dingin dan kaku? pikir Safira. Ia melihat ketampanan Arsha yang sempurna, namun ekspresinya datar, menunjukkan tidak ada ketertarikan sama sekali pada pertemuannya.

"Waalaikumsalam, Mas Gus Arsha," balas Safira, suaranya sedikit tercekat karena gugup. Ia bahkan salah menyebut gelar Arsha, menggabungkan 'Mas' dan 'Gus'.

Om Dinar tertawa, "Lihat, Fir. Sepupumu ini sekarang sudah menjadi Gus sejati. Kapan terakhir kalian bertemu? Mungkin saat Syafira masih SD, ya? Dia dulu suka sekali mengganggu Rafka."

"Ah, iya, Om. Sudah lama sekali," jawab Arsha, nadanya tidak menunjukkan antusiasme sama sekali, yang ia rasakan hanyalah gangguan terhadap fokusnya. Ia tidak tertarik mengorek kenangan masa lalu.

Selama obrolan ringan berlangsung, Arsha berusaha keras bersikap sopan, tetapi ia hanya memberikan jawaban singkat dan padat. Ia terus mengalihkan pandangannya, matanya selalu menoleh ke arah ruang kerjanya, seolah-olah pikirannya tertinggal di sana, di tengah tumpukan data Pesantren dan rahasia Ayesha di Jakarta.

Sementara itu, Safira tidak bisa berhenti mengamati Arsha meski tidak memandangnya. Bagi Safira, yang terbiasa dengan kehidupan pria-pria metropolis yang ramah, cepat akrab, dan sering genit, sikap dingin dan cuek Arsha justru terasa eksotis dan sangat menarik.

Dia tidak peduli padaku. Dia bahkan tidak melihat mataku lebih dari satu detik. Dia hanya fokus pada tanggung jawab pesantrennya. Aura Gus-nya sangat kuat dan mengintimidasi, batin Safira, rasa kagumnya semakin menjadi-jadi. Ia merasa tertantang oleh ketidakpedulian Arsha.

Tante Hilya, yang peka dan mengendus peluang perjodohan, mencoba mencairkan suasana dengan mengaitkan Arsha dan Safira.

"Rafka," Tante Hilya memulai dengan manis, "Tante dengar kamu sedang sibuk menyusun rencana besar untuk Pesantren? Blueprint besar, ya?"

"Iya, Tante. Sedang dikejar waktu, insyaallah," jawab Arsha sopan.

"Nah, Safira ini kan lulusan Desain Grafis dari Kairo Rafka. Dia jago membuat presentasi dan layout yang menarik. Kenapa kalian tidak bekerjasama? Dia pasti bisa membantumu mempercantik blueprint itu agar lebih menarik bagi investor kota."

Mendengar ide itu, mata Safira berbinar, senang karena Ibunya telah memberikan pintu masuk. "Iya, Mas Gus Arsha. Aku bisa bantu. Aku punya kenalan banyak juga di Jakarta, kalau Mas perlu bantuan koneksi atau presentasi ke klien perusahaan. Aku juga tahu bagaimana membuat presentasi yang menjual."

Tawaran ini sangat menarik bagi Arsha. Safira adalah 'orang Jakarta', profesional, dan yang terpenting, kehadirannya adalah alasan yang sah dan netral. Ia bisa dijadikan alibi kuat untuk negosiasi atau 'validasi data' di Jakarta.

Namun, Arsha tetap menanggapinya dengan sangat hati-hati dan dingin, menjaga jarak profesional yang tebal, memastikan Safira tidak merasa terlalu dekat.

"Terima kasih atas tawaran Ustadzah Tante Hilya," Arsha mengoreksi Tante Hilya dengan panggilan hormat 'Ustadzah', untuk menekankan jarak dan batasan formal di lingkungan Pesantren. "Dan terima kasih, Safira."

"Tapi, blueprint ini masih dalam tahap konseptual dan pendataan dasar. Ini adalah tanggung jawab saya sepenuhnya. Saya tidak bisa melibatkan pihak luar sampai data inti selesai dan valid. Mungkin, setelah konsepnya matang, dan jika memerlukan sentuhan visual yang profesional, saya akan menghubungi Safira untuk urusan visualisasinya. Jika itu memang diperlukan, dan jika Abah mengizinkan."

Respons Arsha adalah penerimaan bersyarat yang sangat dingin. Ia berhasil memanfaatkan tawaran itu untuk potensi alibi di masa depan, tetapi pada saat yang sama, ia menolak kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan sepupunya.

Safira, meskipun sedikit kecewa karena penolakan yang terasa seperti dinding es itu, justru makin mengagumi ketegasan Arsha.

Dia bahkan menolak bantuan gratis demi menjaga profesionalitas dan fokus pada tugasnya. Dia tidak mau diganggu. Dia benar-benar fokus pada tujuan, pikir Safira. Ia bertekad, ia akan mencari cara agar Arsha benar-benar membutuhkan bantuannya dan melihat betapa berharganya ia sebagai rekan kerja.

Kiyai Hafidz tersenyum puas. "Bagus, Nak. Kerjakan dulu bagianmu. Jangan ragu mencari bantuan profesional, tapi tanggung jawab ada di pundakmu."

Arsha mengangguk. Sekarang, ia memiliki alat baru dalam permainannya. Safira, si penghubung kota yang profesional, yang kini terikat padanya dalam lingkaran profesional yang dingin dan terkendali. Alat untuk kembali ke Jakarta sudah berada di genggaman.

...----------------...

Next Episode...

1
🌹Widianingsih,💐♥️
duhh .. Arsya..jangan jatuh cinta pada Ayesha, nanti akan mendatangkan masalah besar
🌹Widianingsih,💐♥️
benar-benar cobaan berat bagi seorang Gus , bagaimana nanti jika ada yang tau. ...pasti fitnah besar yang datang !
duh Gusti nu maha agung.... selamatkan keduanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!