NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Balapan di Lereng Maut

​"Mas Damian! Cepat! Mas tidak mau kan kita jadi pengisi berita duka pagi ini?" Aruna muncul di ambang pintu kamar 404 dengan napas tersengal-sengal, memegang sebuah alat pemadam api ringan seolah itu adalah senjata pemusnah massal.

​Damian segera melepaskan Lukas yang terbatuk-batuk di lantai, lalu meraih lengan ibunya, Elena, dengan lembut. "Ibu, ini Damian. Kita harus pergi. Sekarang."

​Elena menatap Damian dengan mata yang mulai sedikit fokus, meskipun ketakutan masih membekas di wajahnya yang pucat.

"Damian? Anakku?"

​"Iya, Bu. Dan ini... ini Aruna. Istriku," ujar Damian singkat sambil menarik Elena keluar.

​"Halo, Ibu Mertua! Maaf ya perkenalannya di tempat menyeramkan begini. Nanti saya ceritakan semua lelucon saya di mobil!"

Aruna menyambar tangan Elena yang satunya, dan mereka bertiga berlari menyusuri koridor.

​Di belakang mereka, Lukas bangkit berdiri dengan wajah merah padam. "Kejar mereka! Jangan biarkan mobil itu keluar dari gerbang!"

​Sesampainya di halaman, suasananya persis seperti pasar tumpah yang baru saja ditabrak badai. Puluhan pengemudi ojek online berdebat dengan para penjaga yang berusaha mengusir mereka. Klakson motor bersahutan, menciptakan kebisingan yang menguntungkan pelarian mereka.

​"Tiara! Di sini!" Aruna melambai pada sebuah mobil SUV hitam yang mesinnya sudah menderu.

​Tiara, yang duduk di kursi kemudi dengan wajah pucat karena ketakutan, berteriak, "Cepat masuk! Aku sudah hampir pingsan karena menahan pipis!"

​Damian membantu Elena masuk ke kursi belakang, disusul oleh Aruna. Begitu pintu tertutup, Damian langsung mengambil alih kemudi dari Tiara. "Pindah ke samping, Tiara. Biar aku yang bawa."

​"Oh, silakan Mas Damian! Tolong bawa kami menjauh dari tempat berhantu ini!" Tiara melompat ke kursi penumpang depan dengan kecepatan kilat.

​Mobil itu melesat, menabrak barikade kayu di gerbang samping. Namun, di kaca spion, terlihat dua mobil sedan hitam milik anak buah Lukas sudah membuntuti mereka. Mereka mulai melepaskan tembakan.

​DOR! DOR!

​"AAAKHH! Mereka menembak! Mas Damian, kenapa hidup kita jadi film Fast & Furious begini?!" Aruna berjongkok di lantai mobil sambil menutupi kepala Elena dengan bantal kecil.

​"Tetap di bawah, Aruna!" teriah Damian. Ia memutar kemudi dengan tajam, membawa mobil meliuk-liuk di jalanan pegunungan yang curam dan licin karena embun malam.

​"Mas, mereka semakin dekat!" Tiara berteriak sambil melihat spion samping. "Apa kita punya senjata?"

​"Hanya ada tas belanjaan Ibu saya di bagasi!" Aruna teringat sesuatu. "Tiara! Di tas itu ada lima kilo tepung terigu yang baru saya beli kemarin! Lempar ke luar jendela!"

​"Apa? Tepung?" Tiara bingung.

​"Cepat! Buka jendela sedikit, robek bungkusnya, dan hamburkan!" perintah Aruna.

​Tiara menuruti perintah gila itu. Ia merobek plastik tepung terigu dan menghamburkannya ke arah mobil pengejar. Di tengah kegelapan malam dan kecepatan tinggi, tepung itu menciptakan awan putih pekat yang menempel di kaca depan mobil pengejar, membuat pandangan mereka tertutup total seketika.

​CIIIIIIIIEEEET! BRAAAAK!

​Salah satu mobil pengejar kehilangan kendali dan menabrak pembatas jalan. Mobil kedua terpaksa berhenti mendadak agar tidak menabrak rekannya sendiri.

​"Hah! Rasakan itu! Power of bahan kue!" Aruna bersorak kegirangan sambil tetap memeluk Elena.

​Damian melirik Aruna dari spion tengah. Sebuah senyuman bangga terukir di wajahnya. "Kamu benar-benar jenius dalam hal-hal yang tidak masuk akal, Aruna."

​Setelah memastikan tidak ada lagi yang mengejar, Damian membawa mereka ke sebuah vila kecil milik kenalan lamanya di kaki gunung, jauh dari radar Gavriel Group. Suasana mendadak menjadi sangat sunyi saat mereka turun dari mobil.

​Elena menatap langit malam yang bersih. Ia menarik napas dalam-dalam, menghirup udara bebas untuk pertama kalinya setelah lima belas tahun. Ia menoleh ke arah Aruna, lalu perlahan mengulurkan tangannya.

​"Terima kasih, Nak... Kamu siapa tadi?" tanya Elena dengan suara sangat lembut.

​"Aruna, Bu. Panggil saja 'Menantu Paling Berisik'," jawab Aruna dengan mata berkaca-kaca. Ia menyalami tangan Elena.

"Ibu sekarang aman. Di sini tidak ada Lukas, yang ada cuma mi instan dan kita semua."

​Elena tersenyum, sebuah senyum yang sangat mirip dengan senyum tulus Damian.

Damian menghampiri ibunya, memeluknya erat, dan untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, Aruna melihat air mata jatuh di pipi sang predator.

​"Kita akan memulai semuanya dari awal, Bu," bisik Damian.

​Namun, saat mereka masuk ke dalam vila, ponsel Damian bergetar. Sebuah pesan singkat dari Lukas masuk.

​"Kamu menyelamatkan ibumu, tapi kamu lupa satu hal, Damian. Aku masih memegang saham mayoritas perusahaan Maheswari. Besok pagi, aku akan meratakan kantor ayah mertuamu dengan tanah."

​Aruna yang ikut membaca pesan itu langsung terdiam. Humornya mendadak menguap. Lukas belum selesai. Ia baru saja mengganti target dari "menghancurkan mental" menjadi

"menghancurkan segalanya".

​"Mas..." bisik Aruna.

​Damian menatap Aruna dengan mata yang kini berkilat penuh tekad. "Besok, kita tidak akan lagi hanya bertahan, Aruna. Besok, kita akan merebut kembali tahta Gavriel dari tangan orang tua itu."

​Aruna mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. "Meratakan kantor Ayah? Mas, itu bukan sekadar bangunan! Di sana ada kenangan Ayah sejak muda, ada kursi yang sudah reyot tapi tidak mau Ayah ganti karena katanya itu 'kursi hoki'. Lukas tidak boleh melakukannya!"

​Damian mematikan layar ponselnya dengan gerakan tenang yang justru terasa mengerikan. "Dia tidak akan bisa menyentuh satu bata pun jika dia tidak lagi memiliki kekuasaan atas Gavriel Group. Malam ini, Lukas baru saja melakukan kesalahan fatal dia menunjukkan rasa takutnya dengan mengancam fisik."

​"Tapi Mas, dia punya saham mayoritas! Bagaimana caranya kita menang? Saya tidak punya uang sebanyak itu, tabungan saya cuma cukup buat beli gorengan se-kecamatan!" Aruna mulai mondar-mandir panik di ruang tamu vila yang kecil itu.

​Damian menarik Aruna agar berhenti bergerak. Ia menangkup wajah istrinya, membuat Aruna terpaksa menatap ketenangan di mata pria itu. "Uang bukan satu-satunya mata uang di dunia ini, Aruna.

Ada bukti, ada rahasia, dan ada... sekutu."

​Damian kemudian menoleh pada Tiara yang masih terduduk lemas di sofa sambil memeluk bantal. "Tiara, kamu bilang ayahmu bekerja di firma hukum yang menangani sengketa warisan keluarga Gavriel sepuluh tahun lalu, kan?"

​Tiara mengerjap. "I-iya, Mas. Ayah sering bilang ada dokumen yang 'hilang' tentang pembagian harta mendiang kakek Mas Damian. Kenapa?"

​Damian tersenyum miring senyum predator yang sudah menemukan leher mangsanya.

"Karena Lukas tidak pernah benar-benar memiliki saham mayoritas itu secara sah. Dia memalsukan surat wasiat kakekku saat Ibu 'dihilangkan'. Jika dokumen asli itu muncul, Lukas bukan hanya akan kehilangan perusahaan, dia akan masuk penjara karena penipuan aset berskala besar."

​Aruna langsung mengerti arah pembicaraan ini. Matanya berbinar kembali. "Jadi, tugas kita sekarang adalah menjadi detektif ala-ala film aksi? Mas Damian jadi tokoh utamanya yang keren, Tiara jadi asisten teknis, dan saya jadi... umm, bagian sabotase dan penyedia konsumsi?"

​"Kamu," Damian mengecup dahi Aruna singkat, membuat jantung Aruna hampir melompat keluar dari tenggorokannya. "Kamu adalah senjata rahasia kita. Lukas tidak akan pernah menyangka bahwa gadis yang 'hanya memikirkan mi instan' adalah orang yang akan membongkar brankas rahasianya besok pagi."

​Malam itu, di bawah temaram lampu vila, rencana "Kudeta Cantik" mulai disusun. Aruna tidak lagi merasa seperti tawanan. Ia merasa seperti seorang ratu yang sedang menyiapkan strategi untuk menyelamatkan kerajaannya meskipun kerajaannya saat ini hanya berisi mi instan, martabak, dan seorang suami mafia yang ternyata sangat butuh pelukan.

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!