"Anda memang istriku,tapi ingat....hanya di atas kertas, jadi jaga batasan Anda"
" baik.... begitu pun dengan anda, tolong jangan campuri urusan saya juga, apapun yang saya lakukan asal tidak merusak nama baik keluarga anda, tolong jangan hentikan saya"
bismillahirrahmanirrahim...
hadir lagi... si wanita lemah lembut, baik hatinya , baik adabnya , baik ucapnya....tapi ingat, Hanya untuk orang-orang yang baik padanya, apalagi pada keluarga nya...
Rukayyah... gadis bercadar yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kain kebesaran serta berwarna hitam, bahkan hanya kedua matanya saja yang terlihat.... terpaksa harus menerima perjodohan, karena wasiat kakeknya dulu, dan memang di lingkungan pesantren semua saudaranya menikah karena di jodohkan...hanya kakak laki-lakinya yang paling lembut hatinya mencari sendiri jodoh nya, siapa lagi kalau bukan Yusuf dan Zora....
nantikan kisah selanjutnya, semoga sukaaaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aksi Rukayyah
Malam hari, setelah urusan makan malam dan "ujian" mencuci piring selesai, Rukayyah mengunci pintu kamar tamunya. Ia tidak tidur; sebaliknya, ia sedang mengatur beberapa program di ponsel canggihnya, memanfaatkan waktu sunyi untuk mengecek koneksi jaringannya yang baru.
Tiba-tiba, ponselnya berdering dengan nada dering khusus yang jarang sekali berbunyi nada darurat yang hanya digunakan oleh klien-klien internasionalnya.
Rukayyah segera mengangkat panggilan video yang terenkripsi itu. Di layar, muncul wajah cemas seorang pria paruh baya dari Eropa, seorang direktur eksekutif dari sebuah perusahaan teknologi multinasional.
Direktur itu Berbicara dengan nada panik, menggunakan bahasa Inggris yang sangat cepat yang hanya dipahami Rukayyah “Nyai, syukurlah Anda menjawab. Kami dalam masalah besar! Perusahaan kami sedang dibobol secara masif. Ini bukan sekadar peretasan biasa.”(anggap saja pakai bahasa inggris ya, author tidak bisa soalnya hehehe).
Rukayyah, meskipun ia sedang mengenakan pakaian tidur sederhana, seketika berubah menjadi seorang profesional yang dingin dan fokus. Sebelum mengangkat telepon, tidak lupa Rukayyah memakai niqabnya.
Direktur :“Kami telah mencoba segala cara, tetapi tim siber kami tidak bisa bergerak! Si pembobol data itu terlalu kuat. Mereka menggunakan metode yang belum pernah kami lihat. Kami butuh bantuan Anda sekarang juga sebelum data penting kami jatuh ke tangan mereka!”
Permintaan bantuan mendadak ini adalah tantangan besar yang langsung menguji keahlian Rukayyah. Di satu sisi, ia adalah istri baru di rumah mewah yang penuh musuh, di sisi lain, ia adalah benteng terakhir bagi sebuah perusahaan global yang sedang diserang.
Rukayyah Menjawab dengan suara tenang, dalam bahasa Inggris yang fasih"Berikan saya aksesnya. Saya akan lihat seberapa kuat dia."
Rukayyah dengan sigap mengubah kamar tamu yang dingin itu menjadi markas operasi sementaranya. Ia mengeluarkan laptop canggih dan beberapa device pendukung dari koper kecilnya, alat-alat yang nilainya setara dengan seluruh isi kamar itu.
Dalam kegelapan kamar yang hanya diterangi oleh cahaya layar laptop, Rukayyah mulai bekerja. Jari-jemarinya yang lincah menari di atas keyboard dengan kecepatan luar biasa. Layar laptopnya dipenuhi rentetan kode asing, skrip programming, dan jendela terminal yang bergerak cepat.
Ia segera menyelami sistem pertahanan perusahaan asing tersebut.
"Pembobol ini memang kuat. Mereka menggunakan tiga lapis pengaman yang berbeda. Mereka pasti profesional, bukan sekadar peretas amatir" ucapnya pelan.
Rukayyah dengan tenang memecahkan sandi demi sandi, menganalisis pola serangan hacker lawan. Pengetahuannya tentang berbagai bahasa pemrograman dan protokol keamanan internasional memberinya keunggulan. Ia bertarung dalam pertempuran digital yang intens, mengadu kecerdasan dengan lawan yang tak terlihat.
Setelah setengah jam, Rukayyah berhasil menemukan celah. Ia tidak hanya memperbaiki sistem pertahanan, tetapi juga melancarkan serangan balik yang cerdas.
Ia mengirimkan balasan yang memaksa hacker lawan menarik diri secara paksa, meninggalkan jejak samar yang hanya bisa ia lacak.
Rukayyah berbicara kepada Direktur via headset: "Saya sudah mengunci mereka keluar. Perbaiki ******* Anda dengan parameter yang saya kirimkan. Anda aman, untuk saat ini."
Saat Rukayyah hendak mematikan laptop, ia mendengar suara samar di luar pintu kamarnya.
Suara langkah kaki yang berat, lalu berhenti tepat di depan pintunya. Itu suara Hilman, yang mungkin baru kembali setelah menelepon kekasihnya. Jantung Rukayyah berdetak lebih cepat. Ia langsung menekan tombol pintas, meredupkan cahaya layar laptop menjadi mode stealth.
Hilman hanya berhenti sebentar, lalu melanjutkan langkahnya menuju kamarnya sendiri.
Rukayyah menghela napas lega. Ia berhasil. Di malam pertamanya, ia telah menyelamatkan sebuah perusahaan multinasional dan berhasil menyembunyikan identitasnya. Ia mematikan laptopnya, menyimpan kembali semua peralatannya.
Kamar Rukayyah kembali sunyi. Di mata Hilman dan keluarganya, ia adalah gadis yang sedang tidur nyenyak. Padahal, ia adalah pahlawan yang baru saja memenangkan perang digital besar.
Jam 03.00 Rukayyah terbangun dengan perasaan puas setelah berhasil memenangkan pertarungan siber semalam....lalu ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tak lupa mengambil air wudhu, Rukayyah melakukan sholat malam, di lanjutkan mengaji sambil menunggu waktu tiba , rutinitas yang sudah biasa ia lakukan....., setelah selesai... Rukayyah mengambil ponselnya, Begitu ia menyalakan ponselnya, sebuah notifikasi bank muncul.
Wajah Rukayyah, meskipun tertutup cadar, menyiratkan senyum tipis yang dalam. Ia begitu senang melihat layar ponselnya menjadi deretan angka yang cantik. Di rekening banknya, terpampang jelas hasil kerja kerasnya semalam, transferan sebesar lima miliar rupiah (Rp 5.000.000.000,00) sebagai bayaran dari perusahaan asing yang ia selamatkan.
Uang sebesar itu bagi Rukayyah bukanlah alat pamer, melainkan alat untuk beramal. Kekayaan Hilman dan keluarganya tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan pundi-pundi yang ia miliki sendiri.
Saat itu juga, tanpa berpikir panjang, Rukayyah langsung bergerak. Ia tidak menggunakan uang itu untuk membeli pakaian mewah atau perhiasan. Sesuai kebiasaan lamanya,
Rukayyah segera mentransfer sebagian besar penghasilannya, nominal yang sangat besar, ke banyak sekali nomor rekening panti asuhan dan yayasan amal yang telah ia data sebelumnya.
Panti asuhan ini tersebar di seluruh kota besar maupun di daerah terpencil yang jarang tersentuh bantuan.
Rukayyah melakukan amal ini tanpa diketahui siapa pun, tanpa membutuhkan pengakuan. Di matanya, kekayaan sejati adalah kekayaan hati, dan tugasnya adalah memastikan hartanya membawa manfaat sebanyak mungkin.
Rukayyah pergi ke dapur besar itu, di mana para pelayan sedang sibuk menyiapkan hidangan mewah untuk Nyonya Selena dan Nyonya Patricia.
Rukayyah mengabaikan para pelayan yang menatapnya sinis. Ia hanya fokus menyiapkan hidangan sederhana di salah satu sudut dapur, khusus untuk suaminya, Hilman. Ia memasak nasi hangat, ikan goreng dengan rempah khas Pesantren, dan tumis kangkung tak lupa sambal , karena Zora sendiri tidak bisa makan kalau tidak ada pedas-pedasnya.
Ia menata hidangan itu dengan rapi di sebuah nampan, berniat membawanya ke meja makan untuk Hilman.
Tepat ketika Rukayyah melangkah menuju ruang makan, pintu depan terbuka dengan suara keras. Masuklah seorang wanita yang sangat modis, berpakaian super sexy seperti yang dideskripsikan Zora. Wanita itu adalah Rubby, kekasih Hilman dan sekretarisnya.
Rubby datang dengan percaya diri, membawa wadah makanan yang ditentengnya.
Rubby Berbicara keras, langsung mencari Hilman "Selamat pagi, Sayang! Aku datang! Aku memasak sarapan spesial untukmu pagi ini! Aku yakin kamu merindukan masakanku!"
Hilman, yang baru saja turun dan melihat pemandangan itu, segera menyambut Rubby, mengabaikan kehadiran Rukayyah yang berdiri membawa nampan sarapan buatannya.
Rubby baru menyadari Rukayyah, gadis bercadar yang berdiri kaku di sana, adalah istri baru Hilman. Wajah Rubby memancarkan kemarahan dan penghinaan.
Rubby Menatap Rukayyah dari atas ke bawah, sinis "Oh, kamu di sini? Baru tahu ada menantu yang berkeliaran di dapur. Hmm, sepertinya bau masakanmu itu terlalu sederhana untuk seleranya Hilman."
Rukayyah mengabaikan hinaan Rubby. Dengan tenang, Rukayyah berbalik, membawa nampan sarapannya. Ia tidak berniat membuat keributan di hari pertama.
"Lebih baik makanan ini untuk orang lain yang mau" gumamnya pelan.tapi di dengar oleh Hilman.
Ia berjalan ke arah pintu keluar, berniat memberikan hidangan sederhana namun bergizi itu kepada para penjaga yang bekerja keras di pos keamanan.
Namun, sebelum Rukayyah berhasil keluar, Hilman dengan cepat mencegahnya. Hilman meraih tangan Rukayyah, menghentikan langkahnya.
"Tunggu, Rukayyah. Kamu mau kemana? Jangan pergi." ucapnya mencekal lengan Rukayyah yang sedang memegang nampan.