Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.
Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.
Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.
Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.
Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab delapan
Marvin semakin terkesima dengan aura yang di pancarkan oleh ketiga anak kembar itu, apalagi melihat mereka yang satu sama lain saling mengasihi membuat hati Marvin semakin tertantang untuk mendekati mereka.
"Oh ya kalian rumahnya dimana?" tanya Marvin.
"Turun dari bukit ini rumah kita sudah dekat Om, palingan cuma beberapa meter saja," sahut Aruna.
"Berarti dekat banget ya," ucap Marvin.
"Deket banget, Om mau mampir," ajak Arash.
"Oh ya tentunya, minimal kasih tahu dulu ya letak rumahnya, baru deh kapan-kapan Om mampir," ucap Marvin.
"Baiklah kalau begitu Om," sahut Arash, yang terlihat begitu akrab dengan Marvin.
"Kalian bertiga main dulu ya di sini jangan kemana-mana, Om mau ninjau di dalam, nanti kalau urusan kerjaan Om sudah selesai Om mau ajak kalian main, gimana mau gak?" tanya Marvin.
"Mau banget Om," sahut keduanya, sedangkan si tengah hanya terdiam saja, dia memang tidak terlalu cepat akrab seperti adik dan kakaknya.
******
Sedangkan saat ini Anika sudah selesai rapat, dan saat ini dirinya sudah berada di perjalanan menuju pulang, di saat ada tugas tambahan seperti ini dirinya tidak bisa lagi mencari uang tambahan, karena waktunya yang terlalu sedikit belum lagi dia mengerjakan pekerjaan rumah yang sempat tertunda.
"Hah! Hari ini aku tidak bisa mencari uang tambahan lagi, deh untuk mereka," ucap Anika sambil menghempaskan nafas panjangnya.
Anika langsung membuka pintu rumahnya, dan hari ini dia melihat ketiga anaknya yang tidak ada di rumah seperti biasanya, akan tetapi Anika tidak risau karena dia tahu tempatnya anak-anak bermain, sambil menunggu anaknya pulang wanita itu mulai mempersiapkan menu makan malamnya yang sederhana.
Langka kecil itu mulai pergi ke dapur untuk memasak, kali ini tangan lentiknya itu mulai mengiris tempe dan juga sayur bayam, menu sederhana seperti inilah yang siap menemani malam mereka nanti.
"Sudah hampir selesai aku masak tapi mereka belum datang juga tidak seperti biasanya," gumam Anika sendiri lalu mulai menyimpan tempe gorengnya itu dan juga sayur bening bayam untuk sang anak.
Saat ini Anika mulai berjalan ke arah pantai untuk mencari ketiga buah hatinya akan tetapi dia tidak melihat penampakan ketiganya sehingga membuat Anika harus bertanya kepada akang nelayan yang biasa sandar di bibir laut.
"Kang, lihat anak saya nggak?" tanya Anika.
"Si kembar ya Bu?" tanya pelayan itu.
"Iya," sahut Anika.
"Sepertinya mereka berjalan ke arah bukit sana," tunjuk pelayan itu memberi tahu.
"Makasih ya Pak," sahut Anika lalu mulai berjalan menuju bukit.
Hari sudah mulai gelap kebetulan anak-anak itu libur ngaji makanya mereka menggunakan waktu sebaik mungkin untuk bermain sepuasnya, dan hal itupun di pahami oleh Anika, saat ini langkah kaki wanita itu sudah berada di depan bangunan besar, yang mengkin bangunan itu akan dibuat vila, menurut berita yang sudah beredar di masyarakat.
"Pak, lihat ketiga anak kembar gak yang bermain di sekitaran tempat ini?" tanya Anika dengan salah satu penjaga bangunan ini.
"Anak Ibu main di dalam bangunan sana, sepertinya ketiga anak Ibu sangat beruntung karena mereka bisa langsung di senangi oleh bos kita," celetuk penjaga itu.
"Apa! Bosnya Bapak menyukai ketiga anak kami?" tanya Anika dengan perasaan yang begitu khawatir.
"Iya Bu, Ibu tenang saja ya, beliau orang yang baik kok," jelas penjaga itu.
"Bukan begitu Pak, aku hanya gak mau saja anak-anakku bergantung dengan orang lain," sahut Anika yang merasa ketakutan.
Anika pun langsung berjalan ke dalam bangunan itu, di sini orang-orang semua masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing lalu Anika pun mulai menyapu pandangannya, dan ternyata di dalam sana ada sebuah rumah kecil mungkin untuk tempat singgah sang pemilik.
Entah mendapatkan dorongan dari mana, Anika pun langsung mencoba mengintip dari celah pintu tersebut, ternyata sang anak begitu asyik bermain dan bercanda dengan seorang pria yang posisinya sedang membelakangi dirinya.
Anika pun mulai memberanikan diri untuk memanggil anaknya karena memang tanpa terasa hari sudah mulai gelap sehingga membuat ibu tiga anak itu harus segera memanggil anaknya.
"Kakak ... Abang ... Adik ....," ucap suara lembut itu memanggil.
Seketika ketiga anak itu berhenti bercanda karena merasa tengah di panggil oleh ibunya.
"Adik, Abang. Sepertinya itu suara bunda," ucap Aruna.
"Iya benar sepertinya itu suara bunda," timpal Arash lalu mulai menghampiri sumber suara itu.
Saat ini ketiga anak itu mulai berlari dan menghampiri ibunya, lihatlah mereka begitu antusias bercerita kalau saat ini mereka mempunyai teman baru.
"Bunda maaf ya kita sudah buat Bunda mencari seperti ini," ucap si sulung.
"Gak apa-apa Nak, lain kali kalau main ingat waktu ya, inikan sudah mulai magrib, kalau kalian tidak ada pulang tentunya bunda khawatir Sayang," sahut Anika sambil memeluk putri sulungnya itu.
"Iya bunda Maaf ya," ucap Aruna.
Mendengar suara kecil itu meminta maaf Marvin tambah dibuat penasaran, karena dirinya sempat mengenali suara perempuan yang merupakan ibu dari ketiga kembar itu, karena tidak mau dihantui rasa penasarannya akhirnya Marvin mulai mencoba untuk keluar dan melihat sosok ibu si kembar itu.
Langkah Marvin saat ini terhenti ketika tahu wanita di luar sana yang merupakan sahabat dekat dari istrinya, akan tetapi hal yang membuat Marvin penasaran kenapa Anika menghilang begitu saja dari kota Jakarta.
"Anika ....," suara tegas itu mulai memanggil namanya.
Sejenak Anika mulai menengok ke depan, dan ternyata.
Deg!!!!
Jantung Anika serasa mau copot melihat wajah pria dihadapannya itu, dan seketika Anika tertunduk ke bawah dia tidak mau jika ketiga anaknya ini sampai mengenali keluarga dari ayah biologisnya yang sudah jelas-jelas menolak kehadiran mereka semenjak di dalam kandungan.
"Saya bukan Anika Pak, mungkin Anda salah orang," sahut Anika, sedangkan si kembar merasa bingung.
"Bunda kenapa bukannya Om itu benar menyebut nama Bunda," ucap Arash yang membuat suasana semakin menegang.
"Tapi Bunda gak kenal Om itu Nak, lain kali kamu tidak boleh bermain dengan orang sembarangan ya," pesan Anika lalu mulai mengajak anak-anaknya pergi, akan tetapi langkah Anika terhenti karena Marvin mulai menghadangnya.
"Anika tunggu!" teriak Marvin uang membuat langkah Anika terhenti.
"Jangan halangi jalan kita," pinta Anika.
"Mau kau mengubah nama ataupun identitasmu, aku masih bisa mengenalimu Nik, kita sudah bersama-sama sedari dulu, bahkan setiap hari setiap detik istriku selalu menangisimu, tapi apa setelah kita bertemu? Kenapa kau bersikap seolah tidak mengenaliku, apa sebenarnya yang membuatmu begini Nik, apa!" gertak Marvin yang tidak habis pikir dengan langkah yang diambil oleh perempuan yang merupakan sahabat dari istrinya itu.
Bersambung .....
ashlan meskipun itu bibi mu,,jika dia tidak bisa menerima Anak anak mu,,maka lempar saja ke kutub,,,kau dulu beraning menolak anak kandung mu,,,maka kau harus beraning menyingkirkan orang orang yg ingin menyakiti anak anak mu dan calon istri mu,,meski pun itu bibi mu sendiri atau siapa pun itu...
hehhh nenek sihir mikir donk kau lebih menjunjung anak angkat dan mendiang istri ashlan yg tidak memiliki keturunan keponakan mu ketimbang memilih yg kandung dan nyaris sempurna...Dunia terbalik memang😄😄😄😄
pantes Anika berat perasaannya, akan ada hambatan dari keluarga si Aslan.
semangat pagi thour,,,semangat up,ini lg nunggu sambil ngopi🤣🥰😘❤❤❤💪💪💪💪