NovelToon NovelToon
SABDA ARIMBI

SABDA ARIMBI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

INTERVIEW MANTU

Kemarin terlihat meragukan pekerjaan Sabda, namun saat bertemu welcome banget, serasa menyambut tamu agung dengan segala hidangan yang ibu punya. Bahkan Mbak Yatni pun sampai geleng-geleng dengan persiapan ibu, tamunya padahal cuma satu.

"Ayo, Nak Sabda, silahkan dicicipi gak perlu sungkan!" Ibu mempersilahkan Sabda dengan ramah, si Arimbi hanya mencibir.

"Kayaknya ibu yang ngebet dilamar deh, lamar ibu aja deh Sap!" cicit Arimbi, Sabda sampai mendelik, mulut Arimbi memang minta ditabok beneran.

"Sembarangan!" ibu spontan menonyor pipi sang putri. Bisa-bisanya sang ibu malah minta dilamar ini loh maksudnya apa.

"Lagian, Bu. Sapi," ucap Arimbi yang langsung dibungkam sang ibu, betapa tak sopannya Arimbi menyebut nama Sabda, dengan panggilan Sapi.

"Maaf ya, Nak Sabda! Arimbi mulutnya kebangetan," ucap Ibu dengan meringis tak enak sang putri mengganti namanya begitu saja.

Sabda dengan sopan hanya mengangguk seraya tersenyum, "Oh tidak apa-apa Ibu, panggilan saya memang dengan teman SMA juga begitu."

"Eh, tetap gak boleh. Nanti kalau sudah menikah, panggilannya harus diganti. Biar lebih sopan, Mas atau Sayang!" ucap Ibu menasehati layaknya orang tua. Tapi apa responnya, dua anak mahasiswa semester akhir itu malah sengaja memalingkan muka sembari berlagak muntah. Ibu sampai melongo.

"Kompak bener?" ucap ibu tak habis pikir anak dan calon mantunya segesrek ini.

Sedangkan Sadewa yang mengintip di balik sela-sela partisi ruang langsung tertawa ngakak, namun buru-buru membungkam mulutnya, takut dimarahin mama.

"Harus diubah panggilannya ya, gimana kalau sudah punya anak, masa' iya tetap memanggil seperti itu, kan gak baik," ucap Ibu menasehati keduanya. Menatap Arimbi yang datar lalu beralih ke Sabda yang mengangguk patuh. Tak lama ibu menghela nafas berat, sepertinya Sabda lebih mudah diatur ketimbang anaknya sendiri.

"Kalau Sabda dipanggil Sapi, eh mohon maaf ya. Maka Arimbi biasa dipanggil apa?" Sabda menelan ludahnya kasar, ini bukan areanya. Kalau jawab jujur bisa-bisa langsung ditolak jadi mantu. Mati gue, bimbang Sabda. Melirik sebentar pada Arimbi yang tampak menikmati dirinya yang sedang terpojok. Asyem.

"Siapa Nak Sabda?" ini juga si ibu kenapa kepo sekali sih soal panggilan, padahal point utama yang ingin beliau tanyakan adalah keseriusan Sabda melamar Arimbi, kenapa melenceng begini.

"Zub..Zubaedah!" ucap Sabda terbata, ia sengaja memilih nama panggilan Arimbi selain Mbek. Khawatir langsung diblack list kalau menyamakan nama anaknya dengan suara kambing. Tapi dia lupa kenapa Arimbi dipanggil nama itu oleh beberapa teman perempuannya di sekolah. Terlebih, yang membuat Sabda mengerutkan dahi, kenapa Arimbi dan sang ibu kompak melongo dan mendelik, kan panggilan lain Arimbi itu lebih sopan dari Mbek?

"Astaghfirullah, itu nama saya, Sabda!" ucap Ibu pusing tiba-tiba, nama beliau Rahayu Zubaedah, ternyata menjadi nama panggilan untuk anak perempuannya di kalangan teman sekolahnya, dan sekarang dipanggil langsung oleh calon menantunya. Ya Allah, sakit tak berdarah ya begini. Mau marah tapi ini sama calon mantu, kalau gak marah kok ya mereka kebangetan. "Bisa-bisanya kalian ini memanggil nama orang tua kalian buat lelucon!"

Arimbi menahan tawa sembari memegang perut, sedangkan Sabda gemetar sekali lagi. Apalagi ibu Arimbi terlihat tak terima, padahal sejak tadi memanggil Nak Sabda, eh sekarang Sabda aja. Hufh, fix gagal jadi calon mantu jalur nama panggilan nih. Sial.

Sedangkan Sadewa, jangan salah. Ia sampai masuk kamar dan meluapkan tawanya sekeras mungkin. Tak tahan dengan kerandoman mereka yang ada di ruang tamu. Bisa-bisanya bertemu calon mertua dan calon menantu membuka aib sendiri. Kenapa dunia sekonyol ini sih.

"Kalau kayak gini, enaknya direstuin menikah gak ya!" pancing Ibu yang sebenarnya ingin tertawa juga, melihat Sabda yang mulai gusar tak nyaman.

"Direstuin, Bu!" jawab Sabda lirih sembari mengangguk dan meremat tautan tangannya , gugup.

Ibu menghela nafas, seolah release emosi dari tingkah konyol keduanya. "Nak, Sabda Ibu mau tanya, apa benar Nak Sabda ingin melamar Arimbi?" tanya beliau kembali, sudah mode kalem.

"Iya, Bu! Saya serius melamar Arimbi," ucap Sabda masih belum berani menatap ibu Arimbi. Hatinya juga tak siap kalau diminta mundur.

"Sebenarnya ibu juga senang kalau putri ibu ada yang melamar, hanya saja ibu juga harus tahu siapa yang akan menjadi suami Arimbi kelak, wajarkan apa yang saya lakukan sebagai ibu?"

Sekali lagi Sabda mengangguk, setuju. "Wajar, Ibu!" jawab Sabda sopan.

"Sekarang Ibu mau tanya kepada Nak Sabda ingin menikahi Arimbi, mengingat usia kalian juga masih mudah. Tidak ingin bekerja dulu? Meniti karir sesuai cita-cita? Karena setelah menikah yang dipikirkan tidak hanya mewujudkan mimpi, tapi bagaimana bertanggung jawab menjalani kehidupan lebih besar bersama pasangan."

"Iya ibu saya mengerti, alasan saya ingin segera menikahi Arimbi, karena saya ingin punya teman hidup yang bisa menjadi tempat saya untuk pulang."

"Maksudnya?"

"Saya sejak kelas XI sudah ditinggal papa saya, Bu. Beliau meninggal karena kecelakaan. Sedangkan Ibu saya menikah dan ikut suami baru di Batam. Sehingga saya hidup sendiri."

"Ya Allah!" ucap Ibu prihatin, Arimbi hanya diam, tak ada gestur clamitan ketika mendengar kehidupan Sabda. "Lalu makan dan kebutuhan kamu bagaimana? Ditanggung ibu kamu?"

Sabda menggeleng. "Untuk sekolah diberi oleh papa tiri saya, tapi kalau kebutuhan harian, saya mencukupinya sendiri."

"Maksudnya?"

"Saya bekerja, Bu!"

"Sejak kapan?"

"Sejak ditinggal mama menikah lagi."

"Ya Allah, Nak Sabda!"

"Saya kerja serabutan, yang penting halal dan bisa dibuat makan."

Ibu menghela nafas berat, "Sekarang juga masih kerja serabutan?" sebenarnya ini adalah pertanyaan inti dari pertemuan kali ini, dan menjadi penentu Sabda layak menjadi suami Arimbi pada poin finansial.

"Iya masih serabutan, Bu!" tak mungkin ia menjelaskan dengan detail beberapa sumber cuan yang ia kerjakan.

"Tapi uangnya udah ratusan juta!" sahut Arimbi menambahkan agar sang ibu tidak meremehkan kerja serabutan versi Sabda.

"Serabutannya apa sampai ratusan juta?" tanya ibu mode penasaran, karena setahunya serabutan itu tak tentu, dan hanya diupah harian dan biasanya tidak banyak. Tapi pengakuan Arimbi kok sampai ratusan juta.

"Udah gak usah ditutupi, Sab. Tunjukkan penjualan produk digital kamu ke Ibu, salah satu aja. Nanti kalau lihat saldo kamu, bisa sawan ibu aku, pamer ke tetangga dapat menantu kaya," Arimbi sejak tadi diam, tapi sekali bicara langsung bikin Ibu menabok lengan sang putri.

Sabda tak mau gegabah, bisa saja ibu Arimbi berbeda dengan karakter san putri, apalagi pemikiran orang tua terhadap IT belum tentu juga nangkep. "Benar begitu?" tanya ibu memastikan.

"Alhamdulillah, iya bu!"

"Jadi untuk memberi makan Arimbi mampu?"

Sabda tersenyum tulus, "InsyaAllah sanggup bu!"

"Ibu sebenarnya gak masalah dapat menantu dari kalangan apa saja, yang penting seiman dan mau bekerja serta tanggung jawab terhadap keluarga, itu saja. Karena mau bagaimana pun ibu juga manusia biasa yang pasti menginginkan anak-anaknya lebih mapan dari kehidupan ibu sendiri."

"Iya, Bu."

"Sekarang bagaimana dengan orang tua kamu?" pertanyaan yang sulit dijawab Sabda, karena ia sudah tidak berniat berhubungan lagi dengan keluarga baru mama. Uang transfer papa sudah dihentikan lama, dan sampai ia lulus pun sang mama dan papa tirinya sudah tidak pernah chat lagi.

"Saya tetap mengabari mama saya kalau akan menikah, meminta restu beliau, hanya saja saya mohon maaf Ibu, kalau mama saya mungkin tidak akan datang. Kami sudah tidak berkomunikasi hampir tiga tahun."

"Ya Allah, Nak," sungguh Ibu Arimbi merasakan iba pada Sabda, harus berjuang tanpa ditemani sang mama.

"Semoga ibu kamu merestui Arimbi menjadi menantunya. Karena, menikah itu tidak hanya saling cinta dengan pasangan. Tapi ada restu orang tua dan keluarga yang menyertai pernikahan."

"Iya, Bu!" jawab Sabda tak ada bantahan.

"Ibu menyerahkan semua keputusan pada Arimbi, Nak Sabda. InsyaAllah ibu akan merestui siapapun calon suami Arimbi," ucap Ibu kemudian menatap sang putri.

1
Yunita Dwi Lestari
lanjut kakak
Yunita Dwi Lestari
suka suka /Kiss//Kiss/
lanjut kak
Sheva Linda
bagus bgt ceritanya, karakter Sabda keren, gentle, baik... paket komplit pokoknya
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/ lanjutt kak
Yunita Dwi Lestari
/Heart//Heart//Heart//Heart/
gojam Mariput
wkwkwk.....sabda gr tuh
gojam Mariput
seindah itu masa kuliah
gojam Mariput
kangen masa2 itu, udah puluhan tahun berlalu. kk othor bikin aku muda lagi nih
Lel: othornya juga sedang mengenang masa muda
total 1 replies
gojam Mariput
serunya masa remaja
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak /Heart/
Yunita Dwi Lestari
lanjut kak/Heart/
gojam Mariput
suka banget sama karakter sabda yg strong, manly , visioner
Yunita Dwi Lestari
lanjut kaaakkk /Heart//Heart/
Yunita Dwi Lestari
semangat kak
Yunita Dwi Lestari
kereeen kak
semangat terusss ya /Heart/
Yunita Dwi Lestari
bagus kak 😍😍
lanjut ya kak
semangat
Lel: terimakasih
total 1 replies
Yunita Dwi Lestari
bacaan ringan tp menarik. tidak melulu ttg org pemilik perusahaan n CEO.
Yunita Dwi Lestari
lanjut ya kak. cerita nya ringan tp asik bgt. dr segi bahasa jg menarik.
Lel: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!