NovelToon NovelToon
Cinta Setelah Luka

Cinta Setelah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Poligami
Popularitas:91.4k
Nilai: 5
Nama Author: Shann29

Aliya harus menelan pil pahit saat tunangannya ingin membatalkan pernikahan lalu menikahi Lisa yang tak lain adalah adik kandung Aliya sendiri. Demi mengobati rasa sedih dan kecewa, Aliya memutuskan merantau ke Kota, namun siapa sangka dirinya malah terjerat dengan pernikahan kontrak dengan suami majikannya sendiri. “Lahirkan anak untuk suamiku, setelahnya kamu bebas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Fajar mulai menyingkap tirainya. Cahaya matahari yang lembut menembus gorden tipis, mengisi kamar dengan nuansa keemasan. Aliya menggeliat pelan, lalu meringis. Rasa perih yang masih membekas di tubuhnya membuatnya sadar pada kenyataan: malam tadi, untuk pertama kalinya, ia benar-benar menjadi seorang istri.

Tubuhnya masih tertutup selimut tebal, namun rasa hangat yang melingkupinya bukan hanya karena kain, melainkan juga karena tubuh Angkasa yang terbaring di sisinya. Lelaki itu tidur lelap, dada bidangnya naik turun teratur, wajah tegasnya terlihat lebih damai saat tertidur.

Aliya mencoba beranjak, mengangkat tubuhnya perlahan agar tidak membangunkan suaminya. Namun, gerakan kecil itu justru membuat selimut bergeser, dan tanpa sengaja tubuhnya yang polos sedikit terbuka. Saat itulah Angkasa menggerakkan kepalanya, kelopak matanya perlahan terbuka. Suara beratnya terdengar serak, namun jelas.

“Mau ke mana?” tanyanya, lirih tapi penuh wibawa.

Aliya tertegun. Ia membeku, wajahnya memanas seketika. Dengan cepat ia menarik selimut, berusaha menutupi dirinya. “A-aku mau bersih-bersih dulu, Mas,” jawabnya pelan, hampir berbisik.

Mendengar itu, Angkasa mengangkat kepalanya, menatap lekat Aliya dengan mata yang baru saja terbangun. Ada sesuatu dalam tatapannya—campuran antara kepemilikan, kelelahan, dan rasa enggan melepaskan.

“Semalam setelah… kita menyatu, aku memutuskan satu hal,” ucapnya, nadanya berat tapi mantap. Ia mengusap wajahnya sebentar, lalu kembali menatap Aliya. “Mulai dari malam itu, ini adalah kamarku juga. Aku akan tidur di sini kapanpun aku mau.”

Aliya menunduk dalam, tak sanggup menatap balik. Kata-kata Angkasa membuat dadanya berdebar. Ada sisi dirinya yang merasa canggung, namun ada juga yang tak bisa menolak rasa hangat di balik kalimat itu.

Angkasa turun dari ranjang, lalu memunguti pakaian yang tercecer di lantai. Aliya menunduk semakin dalam, pipinya merah padam. Lelaki itu berpakaian dengan tenang, lalu berkata tegas, “Segeralah bersihkan diri, lalu turun untuk sarapan bersamaku.”

Aliya hanya mengangguk kecil. Suaranya tercekat, tak sanggup keluar.

Di kamarnya sendiri, Angkasa berdiri lama di depan cermin. Rambutnya sedikit berantakan, namun sorot matanya penuh makna. Ia mengingat jelas setiap detik malam tadi: bagaimana Aliya awalnya gugup, bagaimana ia sendiri sempat kehilangan kendali, lalu akhirnya menemukan kelembutan yang tak pernah ia bayangkan. Dan satu hal yang pasti, Angkasa lah yang pertama kali menyentuh Aliya, merenggut kegadisannya, berbeda saat dirinya dulu menyentuh Tania yang mengisyaratkan jika bukan Angkasa pria yang pertama menyentuh Tania.

“Dia berbeda,” gumam Angkasa pada dirinya sendiri. “Sungguh berbeda.” Imbuhnya kembali. “Aku rasa aku tidak bisa berhenti untuk menyentuhnya.”

Ada sesuatu dalam diri Aliya yang membuatnya terikat—bukan sekadar kewajiban, bukan pula sekadar kontrak. Lebih dari itu, ada rasa yang belum berani ia definisikan, tapi jelas semakin kuat mencengkeram hatinya.

Aliya akhirnya turun ke ruang makan. Langkahnya sangat pelan, hampir seperti menahan diri agar tak menimbulkan suara. Rasa perih di tubuhnya membuat ia berjalan hati-hati. Saat tiba, ia mendapati Angkasa sudah duduk rapi di kursi, membaca sekilas berkas yang dibawa dari kantor.

Namun begitu mendengar langkah kecilnya, Angkasa menoleh. Ia menatap Aliya dari ujung rambut hingga kaki, lalu menahan napas singkat. Rasa bersalah menyelinap di dadanya—ia tahu betapa rapuh wanita itu saat ini.

“Tidak usah melayaniku,” ucapnya pelan, nada suaranya lebih lembut dari biasanya. “Duduklah. Kamu ingin sarapan apa?”

Aliya terdiam sejenak. Ada rasa aneh di dadanya ketika mendengar nada suara Angkasa yang berbeda—lebih hangat, lebih manusiawi. Ia menggenggam jemarinya di pangkuan, lalu menjawab ragu, “A-aku ingin sup ayam saja.”

Angkasa mengangguk, lalu berdiri. Dengan tangannya sendiri, ia mengambilkan sup ayam, menuangkannya ke mangkuk, dan meletakkannya di depan Aliya.

Aliya tertegun. Ia tak menyangka seorang pria seperti Angkasa, yang dikenal dingin dan tegas, mau melayaninya seperti itu. Tangannya bergetar saat meraih sendok.

Mereka makan dalam diam. Aliya menunduk, matanya hanya terfokus pada mangkuk. Sementara itu, Angkasa tak berhenti menatap wajahnya, memperhatikan setiap gerakan kecil, setiap helaan napas.

Hening itu akhirnya pecah oleh suara berat Angkasa. “Soal semalam…”

Belum sempat ia melanjutkan, Aliya cepat menyela. “Tidak apa-apa, Mas. Itu memang sudah kewajibanku.”

Kata-katanya terdengar lirih, seolah ia sedang menenangkan dirinya sendiri.

Angkasa mengerutkan kening. “Kewajiban?” ulangnya. Ia menghela napas panjang, menatap lebih dalam pada Aliya. “Aku melakukannya bukan hanya karena anak. Aku melakukannya… karena aku ingin. Karena aku menginginkanmu.”

Aliya terdiam. Wajahnya memerah, jantungnya berdetak kencang. Namun ia hanya mengangguk, berusaha menyembunyikan gejolak hatinya. “Iya, Mas. Tidak apa-apa.” Suaranya lirih, penuh kepasrahan.

Angkasa mengusap wajahnya sebentar, lalu bersandar di kursinya. Ia tahu Aliya masih menjaga jarak, namun dalam hatinya ia sudah bertekad untuk tak lagi membiarkan wanita itu merasa sendirian.

Setelah sarapan, Angkasa meletakkan sendoknya, lalu berkata tegas, “Seharian ini, beristirahatlah di kamar. Tidak perlu mengantarku ke teras atau menyambutku pulang. Aku hanya akan menghadiri rapat, lalu pulang cepat.”

Aliya hanya mengangguk. Ada rasa lega karena ia bisa beristirahat, tapi juga rasa canggung yang tak mampu ia ungkapkan.

Tanpa diduga, Angkasa mendekat. Ia berdiri di belakang kursi Aliya, menundukkan kepalanya, lalu mencium puncak kepalanya dengan lembut.

“Tunggu aku di rumah,” ucapnya singkat, namun penuh makna.

Aliya membeku. Hatinya berdetak tak karuan. Ia menggenggam sendok erat-erat, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.

Saat Angkasa melangkah pergi, meninggalkan rumah, Aliya masih duduk kaku di kursinya. Tubuhnya mungkin lemah, tapi hatinya bergetar hebat. Ada sesuatu yang berubah sejak malam tadi—sesuatu yang ia sendiri belum berani namakan.

Angkasa berjalan keluar rumah dengan langkah tegap, namun dalam hatinya ada rasa baru yang mengalir. Rasa yang membuatnya ingin pulang cepat, bukan hanya karena rumah itu miliknya, tapi karena di dalamnya ada seseorang yang kini mulai mengisi ruang kosong di hatinya.

“Aliya Sahara…” gumamnya dalam hati. “Kamu tidak akan pernah bisa pergi lagi dari sisiku.”

1
Cicih Sophiana
Angkasa izinkan Aliya membawa orang tua nya pulang kasian kan mereka... tinggalkan Lisa dgn suami nya biar tau rasa mereka...
Cicih Sophiana
lihat lah anak yg di pilih kasih sekarang dia bahagia mendapatkan suami yg luar biasa... dia baik dia kaya raya dan sangat mencintai Aliya...
Cicih Sophiana
menantu tersayang yg di bela belain sampai anak kandung nya yg pergi... ternyata maling
Cicih Sophiana
🤭😪😭😭😭😭😭
Cicih Sophiana
hari ini pas malam minggu jg thor...
selamat malam minggu.. sehat dan bahagia sll thor
Cicih Sophiana
panggil daddy dan mommy nak..
Cicih Sophiana
tenang Angkasa Aliya mu dan calon anak mu sedang di lindungi daddy Samudra...
Cicih Sophiana
Aliya mungkin di lindungi daddy Samudra... semoga aja itu betul
Cicih Sophiana
siapa itu yg membawa Aliya... apa daddy Samudra..???
Cicih Sophiana
bagus Aliya pergi dulu untuk melindungi kandungan mu... Angkasa itu orang yg uang nya melimpah pasti akan dgn mudah menemukan mu suatu saat nanti...
Cicih Sophiana
ya udah sana Tania pergi yg jauh biar Angkasa tambah bucin sama bumil nya...
Cicih Sophiana
menurut aq sih lebih pergi dulu dari situ... cari tempat lain dulu untuk menghindari mak lampir Tania... kamu pasti di temukan kembali sama Angkasa Aliya... tenang aja krn Angkasa sdh mencintaimu
Cicih Sophiana
istri kontrak yg di cintai itu lah Aliya... wanita yg tersakiti tp sabar semoga kebahagiaan selalu bersama mu Aliya..
Dian Fitriana
update
Miss. Shann (IG: miss.shann29): Maaf kak, aku baru senin bisa update nya. Aku mendadak harus ke luar kota dan lumayan jauh, Nenekku meninggal dunia.
total 1 replies
Cicih Sophiana
Tania bilang klo dia mandul Sa... itu kesempatan kamu untuk melepaskan Tania... krn dia pasti bohong
Cicih Sophiana
keren👍Aliya tdk boleh pergi sama Angkasa... berarti Aliya sdh menjadi istri sesungguh nya
Cicih Sophiana
akhirnya Aliya seutuh nya menjadi istri Angkasa... semoga mereka tak terpisahkan dgn masalah apa pun
Cicih Sophiana
ayo tuan Angkasa kamu akan menyesal klo Aliya pergi...
Cicih Sophiana
yes... Angkasa mulai merasa nyaman dgn ada nya Aliya
Cicih Sophiana
semoga Angkasa dan Aliya jodoh yg sesungguh nya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!