" Maaf Al, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita ini."
Sakit hati Alna, tiba-tiba diputuskan oleh sang tunangan yang merupakan seorang tentara. Tanpa ada alasan yang jelas, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun itu pupus begitu saja.
Sebenarnya Alna bukan lah korban "Hallo Dek!", karena dia juga merupakan seorang tentara. Ia dan Bimo berada di kesatuan yang sama.
Untuk mengobati sakit hatinya, Alna mengusulkan dirinya sendiri untuk pergi melakukan tugas sebagai seorang dokter di sarang mafia besar yang disinyalir mendanai perang. Tapi siapa sangka sang mafia malah jatuh cinta kepada Alna.
" Aku akan terus mengejarmu meskipun kau menolak ku. Aku bahkan rela membuang semua ini asalkan kau mau menerimaku." Ahmed Yusuf Subrata.
" Tapi aku adalah orang yang ingin menangkap mu." Alna Gyantika Kalingga
Bagaimana kisah cinta Mayor Alna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara dan Mafia 14
Jam makan malam pun tiba, pintu kamar Alna diketuk perlahan. Ia pun dari dalam langsung buru-buru membukanya dan keluar. Dengan tas dokternya, Alna siap untuk memeriksa Yusuf sesuai dengan yang dikatakan tadi.
Tapi sekarang ini Alna bukan diarahkan ke kamar Yusuf dan malah menuju ke sebuah ruang makan. Alna tahu kalau itu ruang makan karena banyak makanan yang tersaji di meja. Dan yang membuat Alna terkejut, banyak diantara makanan tersebut adalah makanan khas indonesia.
" Silakan duduk, Dokter. Sebentar lagi kita akan makan malam bersama."
" Eh, katanya saya akan melakukan pemeriksaan kepada Tuan?
Tap tap tap
" Apa Dokter begitu inginnya menyentuh dan melihat tubuhku ini?"
" Ya?"
Sontak Alna terkejut dengan kata-kata yang keluar dari bibir pria itu. Terlebih saat ini Yusuf berdiri tepat di depannya. Jarak wajah keduanya begitu dekat, bahkan Alna sampai bisa merasakan hembusan nafas pria tersebut.
" Tenang saja Dok, tubuhku ini bagus kok. Dokter pasti tidak akan kecewa."
Sreek
Alna memundurkan tubuhnya ketika Yusuf berbisik tepat di telinganya. Ia mengurutkan kedua alisnya karena heran dengan sikap Yusuf yang ia nilai seolah-olah sudah mengenalnya.
Bluk!
Alna duduk di sebuah kursi dan anehnya Yusuf menarik kursi yang ada di sebelahnya dan duduk di sana.
" Ini orang kenapa sih?" batin Alna.
" Dokter, silakan makan dengan nyaman dan banyak ya, biar bisa menghadapi kenyataan."
Alna tidak menggubris setiap apapun yang diucapkan oleh pria itu. Dia sungguh kesal, ingin segera selesai makan lalu memeriksanya. Setelah itu, dia ingin langsung kembali ke kamarnya.
Alna semakin kesal ketika Yusuf bukannya ikut makan. Pria itu malah hanya memerhatikan dirinya yang sedang makan.
Fyuuuh
" Anda tidak makan, Tuan?" Alna akhirnya bertanya sambil membuang nafasnya. Ia sungguh heran dan tidak tahu mengapa Yusuf bersikap seperti ini. Alna sambi mencoba mengingat, apakah mereka pernah bertemu sebelumnya, namun tidak. Alna yakin bahwa sebelum dia ditugaskan kesini, dia belum pernah bertemu dengan pria ini.
" Tidak. melihatmu makan saja sudah cukup membuatku kenyang kok. Aku suka cara kamu makan, Dok. Sungguh sangat manis.
Uhuk uhuk
Klontang
Makanan yang akan masuk ke tenggorokan seketika terasa akan kembali keluar. Alna terbatuk-batuk, sedangkan Ted, Gly dan Ameh Aatirah yang sedari tadi menatap Yusuf dengan wajah penuh heran dan tanya, pun sampai menjatuhkan sendok yang mereka pegang secara bersamaan.
Makan malam kali ini bukan hanya dihadiri oleh Alna dan Yusuf, melainkan mereka juga karena memang seperti itu biasanya.
uhuk uhuk
Alna memukul-mukul dadanya sendiri, rasa sakit karena tersedak makanan itu jelas terasa sekali.
Yusuf yang melihat Alna kesakitan reflek membantu dengan menepuk punggung Alna.
" Astaga Dok, tenang saja. Aku tidak akan mengambil makananmu."
Shaaah
Hmp!
Tatapan tajam langsung Alna berikan kepada Yusuf. Tatapan itu memilki arti, ulah siapa aku jadi begini, seperti itulah kira-kira.
Yusuf pun langsung menutup rapat mulutnya. Masih sambil menepuk punggung Alna, tangan yang satunya membuat isyarat meminta air kepada siapapun yang melihatnya.
Haaah
Ameh Aatirah meninggalkan kursinya, mengambil segelas air putih lalu memberikannya langsung kepada Alna.
Tersedak makanan atau minuman, sungguh hal paling tidak nyaman saat makan. Apalagi kelihatannya sangat sakit seperti itu.
" Dokter, coba diminum pelan-pelan."
Uhuk uhuk uhuk
Alna masih batuk, dan dia terlihat tengah berusaha keras untuk menetralisir nya. Hingga terasa sudah sedikit reda, Alna meminum air yang diberikan oleh Ameh Aatirah.
" Apa Anda, masih mau melanjutkan?"
" Uhuk uhuk, ti dak. Uhuk uhuk."
" Kalau begitu saya akan membantu Anda kembali ke kamar Dokter."
Teeeengggg
Setelah dapat bombastis eyes dari Alna tadi, kini Yusuf mendapatkannya dari amehnya. Yusuf hanya bisa melihat Alna yang dibawa pergi oleh Ameh Aatirah dengan tatapan pasrah.
" Kenapa Bos jadi seperti itu sama Dokter baru itu?"
" Hmm, entahlah. Tidak tahu."
Ted dan Gly hanya saling bicara pelan. Sepanjang makan, baik Ted maupun Gly hanya terus membatin atas apa yang dilakukan oleh tuan mereka terhadap dokter yang bahkan belum genap sehari bekerja.
Selama ini mereka tidak pernah melihat Yusuf berusaha dekat dengan wanita. Yusuf jelas acuh tak acuh dengan setiap wanita yang mencoba mendekati dirinya. Tapi dengan Alna ini, ada sesuatu yang lain. Yusuf terlihat sekali berusaha keras.
" Ted, Gly, selesai makan ke ruangan ku."
" Siap!"
tap tap tap
Suara Yusuf yang berat sekarang ini menunjukkan sesuatu yang serius. Mereka berdua dengan cepat menyelesaikan makan malam mereka dan segera ke ruang kerja milik sang Tuan.
Klaak
" Aku akan pergi ke markas, malam ini juga."
Ted dan Gly saling pandang. Tidak biasanya Yusuf pergi secara tiba-tiba seperti ini. Biasanya dia bilang setidaknya 2 atau 3 hari sebelumnya.
" Ada apa Bos, kenapa tiba-tiba?"
" Ada sesuatu yang mengganggu ku, Ted. Tentang apa yang ku minta padamu selidiki tempo hari."
Ted mengangguk paham. Sedangkan Gly, meskipun dia tidak sepenuhnya paham tapi dia tahu garis besarnya.
Gly sudah diberitahu oleh Ted tentang rumah mereka yang tiba-tiba di bom sebelumnya. Indikasinya adalah ada orang dalam yang berkhianat, atau ada mata-mata yang ditaruh di Black Hunter. Dimana orang tersebut pasti sangat cerdas sehingga bisa lepas dari mata Yusuf dan juga Ted.
" Kami akan siap-siap, Bos."
" Tidak. Kalian berdua tidak peru ikut. Aku akan pergi sendiri."
Apa!
Terang saja keduanya langung terkejut saat mengetahui bahwa Yusuf akan pergi sendiri. Mereka jelas tidak bisa membiarkan hal tersebut. Yusuf tidak bisa dibiarkan sendirian karena itu bisa akan jadi berbahaya.
" Katanya Bos curiga , jadi Bos nggak bisa pergi sendiri. Itu akan jadi peluang bagi oang itu untuk melukai Anda!" pekik Gly. Baru kali ini pemuda itu meninggikan suara kepada tuannya.
" Gly!"
Ted berteriak ke arah Gly, sebagai peringatan. Dia tidak boleh bicara degan anda tinggi kepada atasannya.
" Apa yang dikatakan Gly benar, Bos. Anda tidak bisa pergi sendiri. Saya tahu, Anda tidak bisa membawa kami pasti punya alasan tersendiri. Tapi jika Anda tidak bisa membawa kami maka bawalah yang lain untuk jaga-jaga. Karena jika benar ada pengkhianat atau penyusup di Black Hunter, maka markas pun bukan lagi tempat yang aman bagi Anda."
Yusuf terdiam, ucapan Ted dan Gly sepenuhnya benar. dia tidak bisa pergi sendiri memang.
" Baiklah, panggilkan Norman. Aku akan membawanya, dia juga mumpuni kok."
" Baik, saya akan memanggil Norman kemari."
Ceklek
Blaak
" Kenapa tidak bawa saja, Bos!"
" Tidak Gly, kamu tetap di sini. Kamu tetap harus di sini untuk menjaga mansion ini, dan terutama Ameh Aairah. Kamu tahu betul bahwa Ameh Aatirah adalah orang yang sangat berharga buatku. Jadi tugas menjaganya aku serahkan padamu karena kau bisa aku percaya."
Gly terdiam, ia tak lagi bisa bicara. Dan dia hanya bisa menatap tuannya itu dengan nanar.
TBC
semangat ya