Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18 : Kenapa Anda Menyentuh Saya?!
Semenjak melihat sisi Mentari yang berbeda, berbeda pula cara berpikir dan cara memandang Edgar. Ia seperti terjebak dalam pilihannya sendiri yang awalnya hanya seperti sebatas perjanjian semata.
''****!! kenapa pikiran ini terus-menerus mikir yang kotor!'' umpatnya dalam hati saat sekilas melihat Mentari.
Edgar langsung masuk ke dalam rumah setelah melakukan jogging di pagi hari. Ia menghabiskan air mineral yang ia bawa tadi.
Untuk menutupi perasaannya yang sedang sulit dijelaskan, Edgar yang baru saja beristirahat beberapa menit setelah olahraga pagi, ia langsung melanjutkan menceburkan diri ke kolam renang agar lebih dingin.
Mentari membawakan salad buah yang ia buat kemarin untuk suaminya.
''Yang masih di kulkas buat kalian semua ya.'' ujar Mentari.
''Baik, Non..''
Mentari berniat membawakan salad itu untuk Edgar. Ia langsung beranjak ke kamar yang luas itu, mencari sosok Edgar. Tidak ada seseorang didalam kamar. Mentari menangkap pintu menuju balkon terbuka lebar.
''Mungkin tuan Edgar sedang disana..'' gumam Mentari.
Mentari melihat Edgar sedang berenang, karna takut mengganggu, ia hendak berbalik ke dalam.
''Ada apa?'' seru Edgar menghentikan langkah Mentari.
Mentari tersenyum, menunjukkan apa yang ia bawa.
''Saya kemarin membuat salad buah, Tuan.'' jawab Mentari.
Melihat hal itu, Edgar langsung menepi dan naik untuk menyudahi aktivitasnya.
Getaran pada hati Mentari menjadi semakin kencang saat Edgar yang menyudahi aktivitas berenangnya yang hanya mengenakan celana kolor saja yang melekat ditubuh pria itu, sehingga terpampang nyata roti sobek diperut Edgar.
Edgar meraih handuk berwarna putih dikursi untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
''Kenapa kau?'' tanyanya melirik pada Mentari yang enggan menatapnya setelah meletakkan salad buah itu diatas meja.
''Tidak apa-apa, Tuan.'' jawab Mentari.
Sebagaimana manusia normal, tentu saja Mentari merasa risih dengan pemandangan tubuh kekar pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.
Edgar terlihat cuek, ia menyantap salad buah itu dengan lahap.
''Aku mau berenang lagi, ambilkan aku minum di mini kulkas yang ada didalam kamar.'' pinta Edgar sembari meletakkan cup salad yang sudah kosong.
''Baik, Tuan.'' jawab Mentari.
Tak lama kemudian Mentari sudah mendapatkan apa yang diminta oleh suaminya, ia kembali ke balkon.
''Saya letakkan disini ya, Tuan?'' tanya Mentari berdiri disamping meja.
Edgar menoleh lalu menepi. ''Bawa sini..'' jawabnya.
Lantai disisi kolam renang itu sudah sangat basah karena Edgar yang ugal-ugalan saat akan menceburkan diri kesana sehingga airnya naik membasahi lantai.
''Ini, Tuan.''
Srrrreettt..
Aaaaaaa..!!
BYUURRRR
''MENTARI!'' seru Edgar panik.
Mentari terpeleset saat hendak menyerahkan botol minuman itu ke suaminya, ia yang tidak seimbang langsung masuk ke dalam kolam renang, sedangkan minuman yang belum sempat diterima oleh Edgar sudah terlempar.
Edgar pun panik melihat istrinya terpeleset.
''Mentari, kau tidak apa-apa?''
Mentari menggeleng sambil mengusap wajahnya yang basah, ia langsung berenang ke tepi yang diikuti oleh Edgar.
''Saya tidak apa-apa, Tuan. Untung saya bisa berenang meskipun tidak jago.'' jawab Mentari.
Edgar bernapas lega.
''Syukurlah.. maaf aku tidak berniat membuat kau celaka.'' ucap Edgar.
Mereka masih berada di pinggiran kolam renang.
''Saya yang tidak hati-hati, Tuan.'' ujar Mentari.
''Saya permisi..''
Belum sempat Mentari naik ke atas, Edgar menahan lengannya, sehingga ia tertahan didalam kolam berdua.
Jantung Mentari berdegup sangat kencang, ia melirik kebawah, dimana tangan Edgar menggenggam lengannya.
''Tu-Tuan..'' lirih Mentari gugup, ia berusaha melepaskan genggaman itu, tetapi tangan Edgar sangat kencang menggenggamnya.
Mentari memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap Edgar, sehingga tatapan mereka saling beradu pandang. Namun, Mentari langsung kembali menunduk.
''Anda mau apa, Tuan?'' tanya Mentari gugup.
Wajah Edgar semakin mendekatinya, deru nafas tak beraturan saling bersahutan. Mentari yang sudah kesusahan bergerak karena pinggangnya direngkuh oleh Edgar sehingga tidak ada jarak lagi diantara mereka.
Edgar menunduk menatap lekat wajah Mentari.
''Tu-Tuan..''
Mentari hanya bisa diam membisu, kedua matanya terbelalak saat bibir Edgar mendarat di bibirnya. Pria itu sudah tidak mampu menahan godaan yang ia rasakan sendiri. Mentari yang sudah tersadar mencengkeram bahu suaminya agar menyudahi aksinya itu. Namun, Edgar tidak menggubris, ia semakin memperdalam aksinya.
''TUAN!'' seru Mentari setelah berhasil membuat Edgar lepas.
Nafas mereka sama-sama terdengar tersengal-sengal.
Mentari menangis mendapatkan serangan mendadak itu, ia menatap benci pada suaminya sendiri. Didalam benaknya teringat sebuah kalimat yang dilontarkan oleh Edgar bahwa ia dinikahi hanya untuk menuruti permintaan maminya, artinya hanya sebatas status, tanpa menjalani dunia pernikahan yang normal.
Suara air kolam yang bersumber dari pergerakan kaki keduanya menjadi pengiring airmata Mentari dan ketegangan Edgar.
''Apakah anda lupa jika saya hanya alat untuk kebutuhan anda sendiri demi menuruti orangtua anda? apakah anda lupa jika anda tidak akan menyentuh saya?! Kenapa anda menyentuh saya?!'' Mentari melontarkan pertanyaan dengan menggebu-gebu.
Edgar terdiam, ia merutuki dirinya dalam hati, namun, ia juga tidak bisa membohongi apa yang dirasakannya.
Melihat Edgar tidak menjawab, Mentari menggunakan kesempatan itu untuk naik. Ia menangis tersedu-sedu di dalam kamar mandi, mencuci bibirnya berkali-kali dengan amarah, ia sangat benci dengan posisi ini. Kenapa lagi-lagi harus terjebak dalam pernikahan yang tidak normal.
''Apakah ini hanya mimpi?'' gumam Edgar seraya memegang bibirnya sendiri.
Mengingat luapan emosi Mentari membuatnya merasa sangat bersalah. Dengan melilitkan handuk dipinggangnya, ia langsung masuk ke dalam dengan maksud mencari keberadaan Mentari.
Lantai kamarnya basah karena tadi Mentari setengah berlari dalam keadaan basah kuyup, sehingga tetesan air jatuh di lantai.
''Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!''
Edgar dan Mentari sama-sama menjerit.
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,