Di dunia yang dikuasai oleh kekuatan, Xiao Tian menolak tunduk pada takdir. Berasal dari alam bawah, ia bertekad menembus batas eksistensi dan mencapai Primordial, puncak kekuatan yang bahkan para dewa tak mampu menggapai.
Namun, jalannya dipenuhi pertempuran, rahasia kuno, dan konspirasi antara alam bawah, alam atas, dan jurang kematian. Dengan musuh di setiap langkah dan sahabat yang berubah menjadi lawan, mampukah Xiao Tian melawan takdir dan melampaui segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1: Pengkhianatan di Puncak Langit
Langit yang Gelap, Hati yang Hancur
Malam itu, angin bertiup kencang di puncak Sekte Langit Suci. Awan hitam bergulung di langit, menutupi cahaya bulan seolah menandakan sebuah kehancuran yang akan terjadi. Di tengah aula utama yang luas, seorang pemuda berdiri tegap dengan jubah hitam yang compang-camping. Luka-luka kecil terlihat di sekujur tubuhnya, namun yang paling menyakitkan bukanlah luka fisik itu, melainkan rasa perih yang menghancurkan hatinya.
Xiao Tian, seorang jenius yang pernah dielu-elukan oleh sekte ini, kini berdiri di hadapan para tetua yang menatapnya dengan pandangan dingin dan penuh penghakiman. Sebuah keputusan telah dibuat. Sebuah vonis yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Namun, di antara semua orang yang hadir di aula ini, hanya dua orang yang benar-benar ia pedulikan—Chu Xian'er dan Yun Xia. Dua wanita yang selama ini ia percaya, yang ia anggap sebagai bagian dari dirinya. Dan malam ini, ia akan mengetahui apakah kepercayaan itu benar-benar salah.
Dengan suara serak, ia mengajukan pertanyaan yang selama ini menghantui pikirannya.
"Apakah benar? Apakah kalian benar-benar mengkhianatiku?"
Suasana di aula menjadi semakin sunyi. Seolah seluruh dunia berhenti berputar menunggu jawaban dari dua wanita itu.
Chu Xian'er menggigit bibirnya. Matanya bergetar, dipenuhi dengan konflik batin yang jelas. Ia ingin berbicara, ingin mengatakan sesuatu, namun kata-kata seolah tertahan di tenggorokannya. Di sampingnya, Yun Xia pun menundukkan kepala, air mata menggantung di pelupuk matanya.
Lalu, dengan gerakan yang amat berat, Chu Xian'er akhirnya mengangguk.
Yun Xia pun melakukan hal yang sama.
"Maafkan aku, Xiao Tian..." suara Yun Xia hampir tak terdengar, penuh dengan kepedihan.
Xiao Tian merasakan dadanya sesak. Jantungnya terasa seperti diremas oleh tangan tak terlihat. Ia berharap mereka akan menyangkalnya, berharap mereka akan berkata bahwa semua ini hanyalah kesalahpahaman. Namun, jawaban mereka lebih buruk dari yang pernah ia bayangkan.
Ia menggenggam erat tinjunya, menatap mereka dengan mata yang berkilat oleh emosi yang tak terbendung.
"Kenapa?" tanyanya, suaranya bergetar.
Tidak ada jawaban.
Chu Xian'er dan Yun Xia hanya menunduk, seolah tak sanggup memberikan alasan. Seolah tak ingin mengungkapkan kebenaran yang lebih menyakitkan.
Dan di saat itulah, suara berat seorang tetua sekte menggema di aula.
"Xiao Tian!" suara itu menggelegar. "Kau telah melanggar aturan sekte, membangkang, dan mencemarkan nama baik kami. Mulai hari ini, kau diusir dari Sekte Langit Suci! Pergilah, dan jangan pernah kembali!"
Sebelum Xiao Tian sempat bereaksi, kekuatan besar menerpa tubuhnya, melemparkannya keluar dari aula utama. Tubuhnya melayang di udara sebelum jatuh menghantam tanah berbatu di bawah puncak sekte.
Darah mengalir dari sudut bibirnya. Ia terbatuk, merasakan sakit luar biasa di tubuhnya. Namun, rasa sakit itu tak sebanding dengan luka yang ditorehkan oleh dua wanita yang ia cintai.
Dengan susah payah, ia menoleh ke atas. Di ambang pintu aula, Chu Xian'er dan Yun Xia masih berdiri di sana, menatapnya dengan mata yang dipenuhi kesedihan. Namun, mereka tak melakukan apa pun untuk menghentikan kejatuhannya.
Ia tertawa pahit.
Di satu sisi, ia ingin berteriak, ingin memaki mereka atas pengkhianatan ini. Namun di sisi lain, ia tak bisa membenci mereka. Bagian terdalam hatinya masih berharap ada alasan lain di balik ini semua.
Namun sekarang bukan saatnya untuk berharap.
Ia harus pergi.
Sekte ini tak lagi menginginkannya. Dunia ini telah membuangnya.
Dan jika dunia ini ingin melihatnya jatuh... maka ia akan kembali berdiri.
Dengan langkah berat, ia mulai berjalan, meninggalkan tempat yang selama ini ia sebut rumah. Satu-satunya tempat yang bisa ia tuju sekarang adalah rumah ibunya. Tempat terakhir yang mungkin masih menerimanya.
Tetapi ia bersumpah dalam hatinya—ini bukan akhir. Ini adalah awal dari kebangkitannya.
(Bab 1 bersambung...)