Mei Lan, seorang gadis cantik dan berbakat, telah hidup dalam bayang-bayang saudari kembarnya yang selalu menjadi favorit orang tua mereka. Perlakuan pilih kasih ini membuat Mei Lan merasa tidak berharga dan putus asa. Namun, hidupnya berubah drastis ketika dia mengorbankan dirinya dalam sebuah kecelakaan bus untuk menyelamatkan penumpang lain. Bukannya menuju alam baka, Mei Lan malah terlempar ke zaman kuno dan menjadi putri kesayangan di keluarga tersebut.
Di zaman kuno, Mei Lan menemukan kehidupan baru sebagai putri yang disayang. Namun, yang membuatnya terkejut adalah gelang peninggalan kakeknya yang memiliki ruang ajaib. Apa yang akan dilakukan Mei Lan? Yuk kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Mula Kehancuran
Gedung pusat perusahaan Mei Pharmaceutical yang biasanya megah dan ramai, kini dipenuhi teriakan panik dan aroma kimia yang menyengat.
Asap tebal masih membubung dari ruang laboratorium utama tempat penelitian besar tentang obat herbal dan alat pendeteksi dini kanker yang selama ini digembar-gemborkan keluarga Mei akan “mengubah dunia medis.”
Tapi yang terjadi justru malapetaka.
Beberapa relawan yang baru saja menjadi subjek uji coba tergeletak tak sadarkan diri, sebagian bahkan dinyatakan meninggal akibat keracunan parah.
Para investor yang awalnya berwajah cerah kini menatap dengan wajah marah dan jijik, beberapa di antara mereka berteriak histeris menuntut pertanggungjawaban.
“Ini skandal besar!”
“Aku menarik semua investasiku! Keluarga Mei menipu kami!”
“Kalian akan bangkrut sebelum matahari terbenam!”
Teriakan-teriakan itu memenuhi aula perusahaan.
Di tengah kekacauan itu, Mei Long berdiri kaku di depan panggung, wajahnya merah padam karena amarah.
Di sampingnya, Lily terduduk lemas di kursi, menangis pelan, sementara Mei Lin, sang “bintang proyek”, berdiri pucat pasi dengan tubuh bergetar hebat.
Dylan, tunangan Mei Lan sekaligus rekan bisnis keluarga Mei, menatap tajam ke arah gadis yang dia cintai, rahangnya mengeras, matanya menyala penuh kemarahan.
Orang tuanya, Tuan dan Nyonya Wu, berdiri di belakang dengan wajah ngeri, tak menyangka reputasi mereka ikut tercoreng.
“Kau bilang penelitianmu akan mengubah dunia, Lin!” teriak Mei Long, suaranya bergema di seluruh ruangan. “Tapi yang kau hasilkan malah membunuh orang!”
Tubuh Mei Lin bergetar hebat, matanya berlinang. “A–Ayah ... aku ... aku tidak tahu kenapa bisa begini.”
Mei Rang, sang kakak laki-laki yang selalu menyanjung adiknya itu, kini menatap tajam dengan wajah penuh kekecewaan.
“Kau tidak tahu?” suaranya dingin. “Bertahun-tahun kau meneliti ini! Setiap kali Ayah bertanya, kau bilang yakin, kau bilang tak akan gagal. Lalu sekarang, kau bilang tidak tahu?!”
Masih teringat jelas, saat Mei Lin menunjukkan keajaiban medis di mana penderita kanker sembuh dengan obat milik Mei Lin. Tanpa mereka tahu, jika itu ciptaan Mei Lan.
Mei Lin menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan tangis. “Aku ... aku sungguh tidak tahu, Kak. Semua formula itu sudah kuperiksa! Semua berjalan baik-baik saja!”
Dalam hati Mei Lin berpikir, apa yang salah dengan hal ini. Padahal dia justru sudah meniru bahkan mencuri milik Mei Lan.
Lily, yang sedari tadi menangis, kini menatap kosong dan bergumam lirih. “Hancur sudah, semuanya hancur. Perusahaan harus menanggung ganti rugi jutaan dollar.”
Prang!
Mei Long menghantam meja di depannya hingga gelas-gelas pecah. “Ganti rugi?! Itu belum seberapa! Kau sadar apa yang kau lakukan, Lin?! Ini membunuh orang! Nyawa manusia, Lin!”
Dylan maju selangkah, suaranya dingin. “Karena proyekmu ini, perusahaan kami juga diserang media! Investor ayahku menarik diri! Kau tahu berapa besar kerugiannya?!”
Mei Lin mulai menangis histeris. “Aku tidak tahu! Aku tidak tahu! Aku tidak melakukannya dengan sengaja!”
Namun, karena semakin terdesak, mulutnya tiba-tiba mengucap sesuatu tanpa pikir panjang dia berkata, “Itu bukan salahku! Penelitian ini bukan milikku tapi Mei Lan. Aku hanya ... aku hanya mengambilnya! Ya! Ini pasti salah Mei Lan! Dia menjebakku!”
Suasana seketika membeku.
Semua orang menatapnya dengan wajah kaget.
Dylan memicingkan mata. “Apa maksudmu ini penelitian Mei Lan?” suaranya penuh tekanan. “Bukannya selama ini kau yang mengaku menciptakan semuanya?”
Mata Mei Lin melebar, papasnya tercekat. Sepertinya dia telah salah bicara. “A–aku maksudnya ... bukan begitu! Ini ... ini pasti sabotase! Ya! Mei Lan pasti menyabotase penelitianku!”
Mei Rang mengerutkan kening, matanya menyipit tajam. “Sabotase? Bagaimana bisa dia menyabotase kalau dia bahkan sudah tidak ada? Sudah berhari-hari dia tidak muncul. Ruang penelitianmu pun hanya bisa diakses dengan kartu izinmu sendiri!”
Ia mendekat, suaranya semakin menekan. “Katakan dengan jujur, Lin. Penelitian ini sebenarnya milik siapa?”
Tiba-tiba kelurga Mei dan Dylan teringat sehari sebelum mereka mengusir Mei Lan. Mei Lan dan Mei Lin bertengkar karena penelitian ini.
Mei Lin mengklaim penelitiannya tapi Mei Lan juga bersikeras. Tapi karena Mei Lin memiliki banyak bukti juha dukungan dari profesor tempat kuliah Mei Lin, mereka percaya pada Mei Lin. Terlebih mereka tahu, Mei Lin itu jenius dan Mei Lan bodoh.
Mei Lin kini terdiam, bibirnya gemetar, wajahnya semakin memucat. Semua orang menunggu jawabannya termasuk para investor yang masih bertahan di ruangan itu.
“Lin,” kata Dylan dengan nada dingin, “jawab. Jangan membuat dirimu makin hancur.”
Air mata Mei Lin jatuh deras, napasnya tersengal. Ia memegang dadanya yang terasa sesak, lalu tiba-tiba
“A–aku ...”
Brugh!
Belum sempat ia melanjutkan, tubuhnya goyah dan ambruk ke lantai.
“Lin!”
“Cepat panggil dokter!”
“Bawa dia ke rumah sakit!”
Semua orang panik. Dylan berjongkok, mencoba memeriksa nadinya. “Dia pingsan! Cepat bawa dia ke mobil!”
Lily menangis histeris, Mei Long mencoba menahan emosi, sementara Mei Rang hanya berdiri kaku dengan wajah gelap pikirannya masih berputar pada kalimat yang baru saja keluar dari mulut adiknya.
“Penelitian ini bukan milikku, tapi milik Mei Lan ....”
Kata-kata itu bergema di kepalanya.
*
*
Suasana di Rumah Sakit Global Prima Medical Center terasa tegang malam itu. Terlihat wajah-wajah panik keluarga Mei yang duduk menunggu di depan ruang gawat darurat.
Lily tampak gelisah, terus menggenggam tas tangannya erat. Mei Long duduk dengan wajah menegang, sementara Mei Rang berdiri dengan tangan bersedekap. Dylan terlihat mondar-mandir gelisah di depan pintu.
Tak jauh dari mereka, kepala pelayan keluarga Mei berdiri bersama supir pribadi mereka. Wajah wanita paruh baya itu tampak penuh kekhawatiran. Kebetulan mereka ikut ke peluncuran penelitian Mei Lin.
“Nyonya, Tuan Besar, Tuan Muda, dan Tuan Dylan.” suara kepala pelayan terdengar hati-hati. “Saya mohon maaf kalau lancang. Tapi ini semua jelas salah paham. Nona Mei Lin gadis baik, lembut, dan polos. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Ini pasti ulah Nona Mei Lan!”
Ia menatap semua orang bergantian. “Dari dulu bukannya kita sudah tahu, Nona Mei Lan selalu iri dengan prestasi Nona Mei Lin.”
Lily menghela napas panjang, lalu menatap suaminya. “Mungkin ... mungkin saja benar kata Ibu Zhou,” katanya pelan. “Sepertinya kita memang terlalu keras pada Mei Lin. Lagipula Mei Lan sudah menghilang sejak kejadian itu. Mungkin dia memang yang menyabotase penelitian Mei Lin.”
Mei Long mengangguk pelan, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
“Ya, masuk akal. Kalau dia ingin balas dendam, caranya seperti itu,” gumamnya.
“Sudahlah,” sahut Mei Rang. “Yang penting sekarang Mei Lin selamat dulu.”
Saat itu, pintu ruang perawatan terbuka, dan dokter keluarga mereka, pria paruh baya bernama Dokter Junki, keluar dengan wajah serius. Semua orang langsung berdiri.
“Dokter!” seru Lily buru-buru menghampiri. “Bagaimana keadaan Mei Lin? Dia baik-baik saja, kan?”
Dokter Junki menatap mereka sebentar sebelum menjawab, “Nona Mei Lin baik-baik saja.”
“Syukurlah!” Kepala pelayan menghela napas lega, bahkan sempat tersenyum. Tapi senyum itu langsung memudar ketika dokter Junki menambahkan kalimat berikutnya.
Lily dan yang lainnya tidak terlihat puas, lalu kembali mencecar sang dokter. “Anda yakin kan Dok? Bagaimana dengan jantung Mei Lin, bagaimana dengan DIP-nya?”
“Saya sangat yakin seratus persen. Tapi ada hal yang perlu kalian ketahui.”
Semua mata menatapnya heran.
“Hal apa yang perlu kami ketahui, Dokter?” tanya Mei Long dengan kening berkerut.
Dokter Junki menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, “Sebenarnya Nona Mei Lin tidak pernah memiliki penyakit jantung bawaan ataupun Defisiensi Imun Primer.”
Deg!
hadehh dewi turun dr kayangan membyangakan kek mana dgn sayap seperti kabut tipis secantik wow ..