NovelToon NovelToon
Surat Terakhir Ayah

Surat Terakhir Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Tegar adalah seorang ayah dari dua anak lelakinya, Anam si sulung yang berusia 10 tahun dan Zayan 6 tahun.

Mereka hidup di tengah kota tapi minim solidaritas antar sekitarnya. Hidup dengan kesederhanaan karena mereka juga bukan dari kalangan berada.

Namun, sebuah peristiwa pilu membawa Tegar terjerat masuk ke dalam masalah besar. Membuat dirinya berubah jadi seorang pesakitan! Hidup terpisah dengan kedua anaknya.

Apakah yang sebenarnya terjadi? Bisakah Anam dan Zayan melalui jalan hidup yang penuh liku ini? Jawabannya ada di 'Surat Terakhir Ayah'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya surat yang datang 1

Sebuah tendangan kaki lumayan keras mengenai sel tahanan. Sengaja mengagetkan penghuni lapas yang ada di dalamnya. Di dalam sel penjara ada sekitar enam sampai tujuh orang lelaki dewasa berbagai usia dan latar belakang kenapa mereka ada di sana. Sejauh ini, Tegar lah yang selalu jadi target sasaran kekerasan oleh sipir atau para napi lainnya di sana. Bukan tanpa alasan, Tegar terlihat paling lemah. Meski sebenarnya bisa membalas, tapi dia tetap diam diperlakukan semena-mena.

Malam ini ada pembicaraan tertutup di kantor polisi. Tepatnya di sebuah ruangan yang dipakai untuk gudang berkas. Ada empat polisi di dalam sana, dua lagi ada di luar ruangan. Tidak ada yang merasa curiga karena itu memang wilayah mereka. Siapa yang mau mencurigai polisi ketika berada di ruang arsip seperti itu?

"Dia masih tidak mau mengaku." Ucap seseorang tanpa seragam.

"Biarkan saja. Kita semua tahu, dia tidak bersalah. Hanya saja, kita harus menjaga reputasi agar penangkapan orang itu bisa mengalihkan perhatian masyarakat terhadap kasus meninggalnya sepasang muda mudi di ruas tol Cipularang minggu ini. Kecelakaan yang harusnya hanya kasus biasa itu ternyata menyeret nama anak petinggi di kepolisian. Hal itu karena anak dari atasan kita mengkonsumsi narkoba dan menabrak sisi samping mobil yang dikendarai muda mudi itu. Aaarrggghh, sial! Lagi-lagi kita harus melakukan semua ini! Menutupi kebenaran demi jabatan." Jelas salah satu dari mereka. Namanya Zambo.

"Kita harus tutup mulut rapat-rapat. Dengar! Ini memang menyalahi aturan, tapi jika mengobarkan satu orang bisa menyelamatkan banyak nyawa, maka korbankan saja orang itu! Lagi pula kita tidak mengenal siapa dia. Anak buah ku sudah menyelidikinya, dia hanya kuli pasar. Dan hidup dengan dua anaknya. Tidak masalah. Kita bisa menyantuni mereka nanti. Tapi, kita tidak bisa membiarkan orang itu bebas." Jelas, Agus. Panggil saja begitu.

"Untuk apa menyantuni anak orang yang tidak kita kenal? Justru karena mereka dari keluarga biasa saja, kita bisa buat ini semua seolah dia adalah pengedar narkoba yang butuh uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Anak mereka tidak akan menuntut apapun, jika tahu bapaknya seorang pengedar narkoba! Kita juga bisa mendongkrak nama kita karena dianggap berhasil menangkap salah satu target buruan sat narkoba!" Zambo, dia tersenyum licik menyakinkan ketiga temannya untuk tidak peduli pada nasib anak-anak Tegar.

Agus ikut tersenyum. Zambo lalu menyusun rencana yang sangat licik. Dia akan memindahkan Tegar ke lembaga pemasyarakatan di tempat para bandar narkoba diasingkan untuk menunggu vonis hukuman mereka. Rata-rata yang ada di sana adalah tahanan dengan tingkat kejahatan luar biasa. Hukum mati atau penjara seumur hidup menanti untuk para narapidana di sana, dan Zambo akan merekayasa kejadian seakan-akan Tegar adalah salah satu gembong narkoba yang sedang ditargetkan oleh kepolisian.

Sedangkan mereka sibuk melakukan rapat besar untuk menentukan hidup dan mati seseorang, Tegar kembali meminta tolong Aji untuk membawa surat yang baru dia tulis kepada anak-anaknya.. Tegar merasa sekarang ini dunianya dan anak-anaknya sudah berbeda meski masih menghirup udara yang sama. Dia dikurung dan dibelenggu kebebasannya.

"Apa kalian juga mengambil dompetku? Jika iya.. Di sana ada uang.. Uang halal. Hasil kerja ku menjadi kuli panggul di pasar dan upah sebagai supir beberapa hari yang lalu.. Jika diperbolehkan, tolong bawa juga uang itu untuk kedua anakku. Mereka pasti sangat membutuhkannya.. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana.. Aku tidak bersalah.. Tapi kalian tidak percaya padaku, yang bisa aku lakukan hanya berdoa, semoga ada keajaiban.. Ada sedikit harapan, sekecil apapun itu, agar aku bisa bebas dan kembali bersama anak-anakku." Lirih Tegar, suaranya hampir habis.

Dia tidak diberi makan dan minum seharian ini tapi tetap disiksa hingga fisiknya tak sanggup untuk berdiri. Kakinya gemetar, pandangan matanya berkabut, keringat bercampur darah ada di wajah dan bajunya, dia sudah tidak seperti Tegar yang gagah dan kuat. Dia lemah! Kekuatannya direnggut paksa darinya, bentuk kekuatan dari seorang ayah adalah anak-anaknya tapi, dia sudah kehilangan kesempatan untuk bisa berkumpul lagi bersama kedua anaknya. Itulah yang membuatnya di titik ini. Hancur! Dia membiarkan raganya di siksa, dia tak peduli dengan rasa sakit yang diberikan padanya, karena yang paling sakit bukan lah raganya tapi hatinya. Rindu tanpa bisa bertemu... Sungguh menyesakkan.

"Bagaimana kabar dan keadaan kedua anakku? Apa mereka menangis mencari ku?" Tegar masih berusaha berkomunikasi dengan Aji meski tidak ada respon sama sekali dari sipir itu.

Semua kata-kata Tegar tadi terdengar juga oleh narapidana yang lain, mereka ada yang iba, ada juga yang masa bodo dengan keadaan Tegar. Sebagian orang sudah hafal dengan cerita di balik sel penjara. Ada orang yang benar-benar bersalah dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan di hukum di balik jeruji besi, ada juga yang seperti Tegar ini. Hanya korban, tapi dipaksa menjadi tersangka. Dunia memang tidak adil, karena keadilan sejatinya milik Allah SWT.

"Aku akan ke tempat anak-anak mu nanti sepulang bekerja. Kamu makanlah. Minum dulu. Ini." Aji membukakan botol air mineral dan menyodorkan pada Tegar yang terduduk lemas.

"Tidak usah. Aku baik-baik saja." Ujar Tegar parau.

Aji tidak memaksa. Dia menaruh botol minum itu di dekat kaki Tegar. Terserah saja, mau diminum atau tidak.

"Ini.. Tolong berikan pada mereka.."

Tegar menyodorkan kertas yang sudah dia lipat. Seperti dulu. Dia mencium kertas itu dan memeluknya erat di depan dadanya. Aji menerimanya tanpa banyak berkata. Dia langsung menyembunyikan surat itu di balik seragamnya, jika ada orang yang melihat, dia akan mendapat hukuman nantinya.

Tidak terasa waktu pergantian shift tiba. Aji meninggalkan tempat itu, dia ingat jika harus pergi ke rumah Tegar untuk mengantarkan surat untuk anak-anak Tegar. Dompet berisikan uang dan KTP milik Tegar disita dan dijadikan barang bukti, tentu saja uang yang ada di dalamnya pun tidak bisa Aji ambil.

Tidak kehabisan akal, Aji akan memberikan uang pribadinya untuk kedua anak Tegar nanti bersama surat yang dia tidak baca. Dia hanya menyampaikan saja. Kali ini.. dia akan langsung pergi, tak ingin menunggu dan memberi penjelasan apapun juga jika anak-anak Tegar bertanya padanya. Tidak hanya tak nyaman, tapi juga ada rasa bersalah yang memeluknya erat.

Belum sampai di rumah Tegar, tapi Aji sudah memberhentikan motornya. Dia melihat ada dua bocah yang sedang berjalan di pinggir jalan. Yang satu membawa tas, yang satu membawa karung besar di punggungnya. Aji kenal siapa mereka, Anam dan Zayan.

Aji tak langsung mendekat, dia memperhatikan dari jarak jauh apa yang sedang mereka lakukan. Seperti menunggu momen sad di sebuah film, Aji juga ikut berdebar. Menebak-nebak apa yang akan mereka lakukan, meski dalam benaknya sudah terlintas apa yang akan mereka lakukan dengan benda besar di gendongan si sulung. Ya, Anam yang menggendong karung, sedangkan Zayan ada di dekatnya sedang membawa tas sekolah.

"Bang.." Zayan menarik kaos Anam dari samping.

"Iya Za." Anam menoleh.

"Apa kita bisa berhenti sebentar, kaki ku sakit bang. Pegel." Keluh Zayan langsung duduk di pinggir jalan, tepatnya di depan konter yang masih tutup.

"Iya, kamu istirahat aja dulu. Abang sambil cari botol bekas, siapa tau ada di sekitaran sini." Jawab Anam sedikit tersenyum.

Zayan ikut tersenyum. Tidak ada lagi Zayan yang merengek, dia hanya akan mengeluh jika benar-benar kelelahan seperti sekarang, empat hari tanpa kehadiran bapaknya seperti mengubah seluruh hidup mereka berdua. Anam masih sekolah, tapi sepulang sekolah dia akan memulung. Mencari botol bekas atau apapun itu yang bisa dijual ke pengepul barang bekas. Ide itu baru tercetus semalam, dan sekarang mereka merealisasikannya.

Mereka tidak punya pilihan selain ini. Tidak mungkin jika terus menunggu bapak mereka pulang tanpa melakukan apapun. Anam sudah melaporkan bapaknya yang hilang ke ketua RT setempat yang dijawab nanti akan dibantu cari. Mereka juga sudah tanya ke sana ke mari di tempat yang mungkin biasa Tegar datangi, tapi tetap nihil.

"Kenapa kamu ikut cari barang bekas di sini Za, nanti kamu kotor. Bau. Sana, duduk lagi aja." Larang Anam ketika Zayan ikut membantu mengorek isi tempat sampah.

"Nggak apa-apa bang. Udah nggak pegel kakinya. Bang.. Kita nggak akan kayak gini kalau bapak ada bareng-bareng sama kita kan? Bapak bakal marah kalau kita belepotan bau sampah gini."

Zayan masih bisa tersenyum. Anam tahu di balik senyum adiknya itu, Zayan menyimpan luka yang tidak dia perlihatkan.

"Iya. Untung seragam abang ditaruh di tas. Kalau enggak kan besok temen-temen abang ke bauan." Anam menoleh ke tas punggung yang Zayan gendong.

Mereka terlihat berbincang. Kadang juga diam. Entah apa yang mereka pikirkan, tapi terlihat jelas sorot mata lelah dan kesedihan di ke dua netra bocah itu. Aji lalu meninggalkan motornya di sisi jalan dan menyebrang untuk menyampaikan amanat Tegar pada kedua anaknya.

1
Riaaimutt
deuh suami ria jahat bgt sama anak kecil juga
untung nya suami ku orangnya baik hati bijaksana dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
klo sikapmu sprti itu trs, lama² anakmu juga ogah idup samamu..
arogan bener jadi manusia, udah kek Fir'aun bae
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
masih ada aja manusia yang hormat hanya karna hartanya🤦🏻‍♀️
🍊 NUuyz Leonal
susah sih kalau orang nya modelan kayak Aline ini semua semua di salah kan ke orang lain padahal dia sendiri yang membuat hidup nya seperti itu
🍊 NUuyz Leonal
sepertinya lebih berbahaya jika celine bersama kamu
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
heh alin berkaca lah sebelum terlambat bgt menyadari kesalahan mu😒😒😒dari tadi asik nyalahin orang dasar 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
sebenarnya sangkala itu kenapa benci banget sama zayan dan Anam yaa🤔🤔🤔🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
Dewi kunti
dipecat aj sopir yg gak tahu diri kong
Rahmawati
km sudah gk dianggap anak lagi line, mending km pergi aja, celine akan lebih terurus kl tinggal sm engkongnya
Rahmawati
ini knp kok sengkala benci bgt sm anam dan zayan,,
🍊 NUuyz Leonal
apapun bisa terjadi jadi jangan pernah melihat atau menilai apalagi membenci seseorang dengan kadar porsi yang berlebihan
𝐙⃝🦜尺o
si mandor so iye, gak tau apa2 mau tuduh sembarangan akhirnya dipecat kan
Rahmawati
bagus anam km pinter kl mau sukses
Was pray
belajar terus anam dan zian, harta dipakai habis , tapi kl ilmu dipakai bertambah
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
lagian, org kerja itu nyari duit..
bukan nyari muka
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
baru mandor tapi udah petantang petenteng
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
nam sibuk masak pak, gak bisa ikut olimpiade /Facepalm/
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍: kesian..
masih sekwildapa aja dari dlu😌
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: mana ada.. nam sibuk ngelus dada dan paha
total 2 replies
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚
aih bulu 😱
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: aih dah diganti kertas 🤭
𝐓𝐄𝐓𝐄𝐇 𝐇𝐈𝐍𝐘𝐀𝐈☝🏿🌚: typo Thor
total 4 replies
🍊 NUuyz Leonal
buktikan namza Klian pasti bisa
seperti kata kong abut berubah lebih baik untuk kalian sendiri
🍊 NUuyz Leonal
bulu 😳😳😳
bulu apa ini 🤔🤔🤔
🍊 NUuyz Leonal: bulu apa itu???
Dfe: apa apa?
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!