NovelToon NovelToon
Sayangi Aku

Sayangi Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Putri asli/palsu / Chicklit
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Sayangi aku.. Dua kata yang tidak bisa Aurora ucapkan selama ini.. Ia hanya memilih diam saat mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang- orang di sekitarnya bahkan keluarganya. Jika dulu dia selalu berfikir bahwa kedua orang tuanya itu sangat menyayangi dirinya karena mereka yang tidak pernah memarahi bahkan menuntut dirinya untuk melakukan apapun dan sangat berbanding terbalik dengan perlakuan ke dua orang tuanya pada kakak dan adiknya.. Tapi semakin dewasa Aurora menyadari bahwa selama ini ia salah.. Justru keluarganya itu sedang mengabaikan dirinya.. Keluarganya tidak peduli dengan apapun yang ia lakukan ...


INGAT !!! Ini hanya cerita fiksi dimana yang mungkin menjadi tidak mungkin dan yang tidak mungkin menjadi mungkin..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#8

Happy Reading...

.

.

.

Rora berjalan menuju taman yang berada di belakang rumah Elina. Sudah hampir tiga bulan tinggal disini sudah membuatnya hafal betul ruangan apa saja yang berada di lantai satu rumah Elina.

Rora mendudukkan dirinya di bangku taman yang berada di ujung yang menjadi tempat favoritnya. Ia berulangkali menghela nafas saat teringat kembali sindiran- sindiran yang di berikan Bara kepada dirinya selama dua minggu ini.

Jika bisa pergi, Rora pasti akan memilih untuk pergi dari rumah ini. Tapi bisa pergi kemana dia dengan kondisi cacat seperti ini. Bahkan keluarganya pun tidak ada yang mencoba untuk menghubunginya sampai sekarang.

"Sedang apa?" Tanya Dika yang langsung membuat  tubuh Rora mematung. "Apa aku boleh duduk disini?" Tanya Dika lagi. Rora masih memilih diam.

Rora meremat tongkatnya saat merasakan Dika yang memilih untuk duduk tepat di sebelahnya. "Kamu apa kabar?" Tanya Dika lagi meskipun ia tahu pertanyaannya tidak mungkin dijawab. "Dunia sempit sekali ya.. Di saat aku tidak bisa menemukanmu tapi ternyata sekarang kamu disini.. Tepat dihadapanku." Ucap Dika sambil menatap wajah Rora.

Dika menatap kedua mata Rora. Mata favoritnya yang dulu selalu berbinar tapi kini binar itu menghilang.

"Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan kamu Ra?" Tanya Dika dalam hati.

Dika meraih tangan Rora. "Apa kamu masih marah kepada ku? Apa kamu masih belum bisa memaafkan aku?" Tanya Dika.

Rora menggelengkan kepalanya sambil melepaskan genggaman tangan Dika. "Aku sudah memaafkan kamu.. Aku sudah memaafkan kalian.."

"Lalu kenapa kamu seperti sekarang? Kenapa kamu masih berusaha untuk menghindariku?"

Rora tersenyum tipis. "Bukankah dulu kalian yang ingin aku seperti ini?" Rora balik bertanya.

"Bukan begitu.."

"Lalu seperti apa? Apa kamu tahu? Beberapa tahun berteman dengan kalian membuatku sadar bahwa di dunia ini tidak ada yang benar- benar peduli padakuku, tidak ada yang benar- benar tulus menyayangiku.. Kalian semua sama saja dengan keluargaku.. " Ucap Rora menjeda ucapannya. "Aku juga tahu kalian bertahan untuk berteman denganku karena aku pintar. Kalian berteman denganku hanya untuk memanfaatkan kepintaranku.. Malam itu Aku mendengar semuanya.. "Ucap Rora sambil tersenyum miris.

"Rora.. "

"Aku sudah tidak marah.." Potong Rora. "Aku sudah memaafkan kalian. Jadi aku rasa kamu bisa pergi dari sini dan aku berharap kita tidak akan bertemu lagi." Ucap Rora lalu berdiri dari duduknya.

Dika meraih tangan. "Apa kamu mendengar aku berbicara? Apa kamu mendengar semuanya sampai selesai? Apa kamu mendengar bahwa aku mengiyakan ucapan mereka?" Tanya Dika. "Aku rasa tidak." Tebak Dika saat melihat Rora terdiam.

"Kamu memang tidak mengatakan apapun. Tapi satu hal yang aku tahu bahwa kamu diam dan tidak menyangkal ucapan mereka." Balas Rora lalu berjalan melewati Dika.

"Kalian disini." Ucap Elina menghentikan langkah kaki Rora. Elina berjalan mendekat lalu merangkul pundak Rora. "Tante pikir kalian berdua pergi jalan- jalan."

Bohong Dika.

"Rencananya seperti itu tante, tapi Rora tidak mau." Jawab Dika. "Dia takut tante tidak akan mengizinkannya."

"Sayang. Tante tidak apa- apa kalau kamu mau keluar bersama Dika. Dika keponakan tante.. Jadi tante percaya Dika pasti akan bisa menjaga kamu." Ucap Elina sambil mengusap lengan Rora.

"Tidak tante." Ucap Rora sambil menggelengkan kepalanya berulang- ulang. "Bukan seperti itu.."

"Jadi, Apa Dika boleh membawa Rora sekarang?" Tanya Dika.

"Tentu saja.. Tapi kembalikan dia dalam keadaan utuh." Ucap Elina.

"Tante boleh tidak kalau Rora di rumah saja.. Rora lelah.. " Tolak Rora.

"Apa kamu sakit?" Tanya Elina terlihat khawatir.

"Rora tidak apa- apa tante.. Rora hanya ingin beristirahat." Jawab Rora.

"Ya sudah kamu istirahat saja." Ucap Dika lalu ia mendekat dan berbisik pada Rora. "Tapi lain kali aku tidak menerima penolakkan."

Bara menatap sinis interaksi mereka bertiga dari balkon. "Istimewanya apa sih gadis buta itu?" Tanya Bara. "Tunggu.. Apa dia gadis yang sering Dika ceritakan dulu? Gadis yang sangat ingin dia lindungi tapi entah menghilang kemana?"

Tiba- tiba saja Bara tersenyum. "Jika iya, bukankah itu berarti menguntungkan untukku? Aku tidak perlu repot- repot memikirkan cara untuk menolak perjodohan ini. Lagi pula mama tidak akan menentang kalau Dika bersama gadis buta itu."

.

.

.

Selama tiga bulan ini Dika selalu menyempatkan dirinya untuk berkunjung ke rumah Elina untuk menemui Rora meskipun selalu penolakan yang ia dapatkan.

"Kamu tidak lelah?" Tanya Rora saat lagi- lagi Dika menghampiri dirinya.

"Lelah. Kenapa aku harus lelah jika aku tidak melakukan apapun?" Tanya Dika.

Rora menghela nafasnya. "Setelah bekerja bukankah seharusnya kamu langsung pulang untuk beristirahat?"

Dika tersenyum. "Apa kamu mulai peduli denganku?"

"Karena aku merasa terganggu." Jawab Rora sinis.

Dika mendengus kesal. "Padahal bukan jawaban itu yang ingin aku dengar."

Rora memilih diam. Sesungguhnya ia merasa senang dengan kehadiran Dika saat ini. Ia merasa tidak lagi sendirian. Beberapa hari ini Elina dan Devano pergi untuk mengurusi usaha mereka yang ada di Singapore dan terpaksa menitipkan Rora pada Bara. Tapi setelah kepergian Elina dan Devano, ternyata Bara pun ikut pergi dan meninggalkan dirinya.

"Apa kamu sudah makan?" Tanya Dika.

"Aku tidak lapar." Jawab Rora.

"Apa itu berarti kamu belum makan?" Tebak Dika. Rora hanya mengedikkan bahunya. Tanpa meminta persetujuan dari Rora, Dika meraih tangan Rora lalu membawanya berjalan keluar menuju dimana mobilnya terparkir.

"Kamu mau membawa aku kemana?" Tanya Rora setelah menaiki mobil Dika.

"Mencari makan." Jawab Dika singkat.

"Aku kan sudah bilang, aku tidak lapar." Tolak Rora.

"Tapi aku lapar.. Ayolah.. Paling tidak temani aku untuk makan malam." Bujuk Dika saat melihat Rora akan kembali membuka mulutnya.

Ingin menolakpun percuma karena Dika sudah melajukan mobilnya yang entah akan membawa dirinya kemana. Sepanjang perjalan Rora hanya bisa berulang kali menghela nafasnya. Jika seperti ini terus, ia harus bagaimana?

Bagaimana kalau rasa itu muncul lagi. Rasa yang sudah lama ia coba pendam. Sejujurnya rasa itu masih ada bahkan masih tetap sama. Tidak pernah berkurang sedikitpun.

Karena sibuk dengan pikirannya membuat Rora tidak menyadari bahwa mobil yang di kendarai Dika sudah berhenti.

"Rora." Panggil Dika. Ia menghela nafasnya saat Rora tidak merespon panggilannya. "Ayo turun." Ajak Dika sambil menggenggam tangan Rora lalu menariknya.

Rora bergeming dan melepaskan tangannya. Dika terkejut karena mendapatkan penolakan yang seperti itu.

"Aku bisa sendiri." Ucap Rora.

Dika kembali mendekat kepada Rora. "Kamu kenapa? Kamu marah? Atau kamu terkejut?" Tanya Dika. "Aku minta maaf jika sudah membuat kamu tersinggung.. Tapi sungguh aku sudah memanggil kamu berulang- ulang."

Sungguh saat ini Rora merasa ragu. Namun setelah berpikir akhirnya ia mengangkat kepalanya. "Jangan bersikap seperti ini. Aku takut kalau kamu bersikap seperti ini terus kepadaku maka orang- orang pasti akan salah paham. Mereka semua akan berpikir yang macam- macam."

"Berpikiran macam- macam yang seperti apa?" Tanya Dika tidak mengerti.

"Misalnya seperti... Kamu menyukaiku.. "

"Aku memang menyukai kamu." Ucap Dika

Rora terdiam sejenak karena merasa terkejut. Ia lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak.. kamu tidak mungkin mencintaiku.. Kamu hanya kasihan saja kepadaku."

"Aku memang menyukai kamu Ra.. Bahkan sudah dari dulu." Ucap Dika.

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan jejak...

1
🦁 R14n@
Typo kah koq ada mark dan haechan
🦁 R14n@
Bijaksana bener nih keluarga dika sdh tak melihat phisik dan status Rora, mereka terlalu menyayangi Rora
🦁 R14n@
Bisa juga km ya rora romantis wkwkkwkk
🦁 R14n@
Jgn berpaling dik, lbh baik bersahabat sm lyra pertahankan dan yakinkan lyra jgn sampai dia membenci rora
🦁 R14n@
Kan kan salah paham kan, Rora Rora km. Pantas utk dicintai
🦁 R14n@
Salah paham nih, jgn sampai ya thor ttp dika sm rora
🦁 R14n@
Akhirnya cinta dika tdk bertepuk sebelah tangan jgn pisahkan mereka thor ttp hubungannya aman Damai, bara buat menyesal dan kesakitan krn ulah pacarnya 🫢😃
🦁 R14n@
Sedih ikut berkaca kaca
🦁 R14n@
Salah lah moso km ga sadar awas km cemburu bila dika dekat sm Rora
🦁 R14n@
Knp yq mata Rora ternyata Rora sempat kuliah dan penglihatan bagus penasaran kelanjutannya
🦁 R14n@
Sedih smoga tante dan keluarganya baik sm Rora dan diperlakukan layak seperti anak tapi aku takut jadi beban gegara buta dan apa maksud dibalik dipilihnya Rora 🤔
🦁 R14n@: Semoga tidak ya
Suanti: jgn pula di jadi kan pengemis kasian kali
total 2 replies
guest1053527528
bikin penasaran Thor siapa ya kira2 semoga yg DTG bukan pencuri hehehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!