"Maafkan aku mas, aku sudah berusaha untuk mencintai kamu, tapi nyatanya aku gak bisa, aku hanya menganggap ini hubungan balas budi.." Kinara menyodorkan sebuah map "Aku mohon lepaskan aku, agar aku bisa menjalani hidupku dengan pria yang aku cintai... tolong..
ceraikan aku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papa Arumi
"Kenapa kamu tidak memberi tahu kalau kamu sedang hamil?" Yoga memaksa Kinara untuk bicara di taman klinik.
"Untuk apa?" Kinara menatap rumput dibawah kakinya, melihat tanaman hijau itu lebih menarik dari pada menatap pria menjijikan di sebelahnya.
"Itu..dia anakku kan?" Yoga masih terkaget hingga kata-katanya masih sedikit tercekat.
"Memangnya aku kamu yang akan dengan mudah berhubungan dengan orang lain.." ya itu benar, Kinara tidak seperti itu, hanya dia manusia brengsek.
"Lalu kenapa kamu tidak memberitahuku.."
"Untuk apa?"
"Untuk apa..! Aku ayahnya Ra, aku berhak tahu.."
Kinara terkekeh, "Apa kamu lupa bahwa kamu memang tak mau punya anak dariku, ini memang kebodohanku saat aku tahu kamu selingkuh aku melepas kontrasepsi, berharap jika aku hamil kamu akan berubah dan menjadi lebih dewasa tanpa memikirkan nafsu semata, tapi nyatanya saat aku benar-benar hamil aku mendapatkan fakta bahwa kamu hanya menikahiku karena rasa kasihan, dan juga kamu tak menginginkan anak dariku maka dari itu kamu selalu mencegahku saat aku ingin memiliki anak.."
"Ra.." Kata-kata Kinara berhasil membuat Yoga diam tak bisa berkata-kata.
"Lalu untuk apa aku memberi tahu kamu.."
"Setidaknya kita bisa fikirkan untuk tidak bercerai demi anak kita.." Yoga tertunduk, entah apa yang harus dia bicarakan, nyatanya jawabannya juga tak masuk akal.
"Lalu bagaimana dengan Anita?" Yah.. itu juga yang ada di fikiran Yoga.
"Aku bukan perempuan yang mau di madu, lalu apa bedanya dengan bercerai.. usia kandungan kita bahkan sama, apa kamu segila itu.. aku hanya menunggu saat aku melahirkan maka aku akan melepas masa idahku, aku juga tak perlu kamu.. aku bisa membesarkan anakku sendiri."
"Kenapa bicara seperti itu.. bagaimana pun dia juga anakku.." lirih Yoga, Yoga mengusap wajahnya kasar.
"Tidak perlu, suatu hari jika anak ini ingin mencari ayahnya aku tidak akan melarang, tapi Yoga.." Yoga mendongak saat Kinara tak lagi memanggilnya dengan kata 'Mas' apa Kinara memang berniat menghapus semuanya, tapi itu juga memang pantas untuknya.
"...Selama itu belum terjadi tolong jangan lakukan apapun, hiduplah dengan baik bersama istrimu, bukankah ini yang kamu mau..
Yoga membuka mulutnya ingin bicara, namun lagi-lagi Kinara menghentikannya dengan kata- kata yang membuatnya terdiam "Jangan katakan kamu menyesalinya Yoga, karena semuanya sudah terlambat, dan luka yang kamu torehkan terlalu dalam buat aku.. bukan hanya dibohongi selama ini, tapi aku juga dibodohi dengan topeng.. aku bahkan berfikir apakah ini lucu untuk kalian, apa kalian menertawakanku di belakang, menjadi istri yang idiot dan bertingkah seolah aku benar-benar dicintai dan berkata dengan bangga 'Ini suamiku' nyatanya kalian memadu kasih dibelakangku"
"Aku ingin melupakan semuanya Yoga, Aku ingin hidup dengan baik, jadi tolong jangan ungkit lagi.. cukup sampai disini, cukup aku yang hanya tersakiti, jangan sampai kamu juga menyakiti Anita yang kini menjadi istri kamu.."
Kinara bangkit dan pergi, satu langkah, dua langkah.. Kinara sudah tak kuat lagi menahannya dan mempercepat laju kakinya hingga menemukan sebuah taksi.
"Taksi!" Kinara masuk dan menutup pintu, tepat saat pintu tertutup Kinara meluruhkan tangisnya.
Sungguh jika saja semuanya tidak seperti ini, Kinara ingin memeluk Yoga dan berkata dengan gembira "Suamiku aku sedang hamil, apa kamu senang, kita akan merawatnya dan menyayanginya bersama.." nyatanya yang terjadi meluluh lantahkan hatinya.
Kinara mengusap air matanya yang masih juga tak berhenti mengalir, dia sudah berusaha menahannya sejak dia duduk bersisian dengan Yoga, dan berusaha kuat.
Tapi Kinara hanya manusia biasa, dia punya rasa kecewa, sakit hati dan marah..
Saat satu persatu fakta terkuak dia tak bisa lagi menahannya..
Kinara terus menangis sepanjang jalan, hingga perasaan nya sedikit lega, ternyata tidak buruk meluapkan kemarahannya pada Yoga, setidaknya fikiran buruknya tak hanya bercokol dihatinya.
.
.
.
Seorang pria berjalan tergesa memasuki rumahnya dan berteriak dengan nada khawatir "Rumi!!, Arumi!!" Arumi melongokkan wajahnya di belakang pelayan yang berjejer, sang pria menghela nafasnya lega saat putrinya terlihat baik-baik saja.
"Bagaimana dia bisa pulang?" tanyanya pada petugas keamanan.
"Ada seorang wanita yang mengantarnya pulang Pak.."
"Ini terakhir kalinya kalian lalai dalam menjaga Arumi, lain kali jika terjadi sesuatu pada Arumi kalian yang akan bertanggung jawab, mengerti kalian!"
Rahangnya yang tegas dan gemelutuk menambah kesan mencekam bagi para pelayan yang berjejer menghadap sang majikan, Pria ini sedang bekerja saat mendengar bahwa putrinya telah menghilang, lalu dengan cepat dia pulang dan meninggalkan pekerjaannya, meneliti cctv dan melihat Arumi berjalan mengendap keluar gerbang.
"Papa..?" dengan takut- takut Arumi memunculkan dirinya.
"Ya, sayang.." Sang Papa berjongkok tinggi badannya yang memiliki tinggi badan 190 cm berjongkok demi putrinya yang hanya memiliki tinggi hanya 100 cm.
"Kamu terluka?"
Arumi menggeleng ".. Rumi marah karena tidak punya teman, jadi Rumi pergi dari rumah.. Rumi kesepian"
Sang Papa tertegun "Kamu kesepian" di rumah banyak pelayan bagaimana mungkin Arumi kesepian, bahkan dia menyiapkan dua pengasuh untuk Arumi.
"Arumi mau bersama Papa, dan Mama.. Arumi tidak mau sendirian, Papa"
Papa Arumi menghela nafasnya lalu memeluk Arumi dengan sayang, dia tak bisa berucap apapun, bayangan kehilangan putrinya membuatnya takut, dia bahkan langsung menghubungi komandan polisi demi agar menyebarkan anak buahnya dan mencari Arumi.
"Maafkan Papa.." Arumi menggeleng.
"Tante Kinara bilang, Arumi yang harus minta maaf,karena membuat khawatir.."
"Tante Kinara?" Papa Arumi melihat kearah penjaga.
"Perempuan yang mengantar Arumi pulang Pak" Papa Arumi mengangguk.
"Tante Kinara juga bilang kalau Rumi, tidak boleh pergi tanpa izin, kalau Rumi kesepian bilang Rumi kesepian, kalau Rumi tidak suka ditinggal Rumi juga harus bilang"
Papa Arumi mengusap rambut Arumi, "Anak baik memang harus seperti itu, maafkan Papa tidak bisa selalu menemani Arumi, karena kesibukan Papa.."
Arumi digendong dan dibawa kearah kamarnya, saat tuan rumah melangkah pergi para pelayan mendesah lega, kericuhan benar- benar terjadi saat Arumi menghilang, semua orang dibuat tegang dengan hilangnya Nona muda mereka.
Sang tuan bahkan mengancam membunuh satu persatu pelayan jika sampai putrinya tidak ditemukan.
Dikamar bernuansa princess itu Sang tuan rumah tak hentinya menghela nafasnya, dia terus mengusapi kepala sang putri bahkan saat Arumi sudah jatuh tertidur, entah kapan terakhir kali ia pergi tidur dengan putrinya, karena terlalu sibuk dia sampai lupa dengan semua itu.
Arumi memeluknya erat seolah takut dia meninggalkannya, dengan perlahan dia melepaskan tangan mungil itu dan beranjak bangun, sebelum pergi dia menyempatkan diri mengecup dahi Arumi.
Sang tuan memasuki ruang kerja, dan menekan satu tombol di sambungan telponnya "Bawakan aku rekaman CCTV.."
Tak berselang lama, penjaga keamanan datang dengan tergesa, tak ingin terlambat dan menambah daftar murka sang tuan, dia bergegas menghampiri tuannya yang duduk memejamkan matanya di sandaran kursi.
Tak perlu bicara hanya menengadah dan membuka telapak tangannya sebuah flashdisk berisi rekaman cctv sudah berada ditangannya.
Mengarahkan pada layar tipis komputernya dan mulai membuka file dan menemukan waktu tepat saat Arumi pulang kerumah, dahi nya mengkerut lalu matanya mengedip beberapa kali..
"Dia..?" tangannya menunjuk kearah layar komputernya, penjaga melihat dan mengangguk.
"Benar Pak, perempuan itu yang mengantar Nona Rumi pulang."
.
.
.
Like..
Komen..
Vote..
🌹🌹🌹🌹
kudungung banga wanita seperti itu ..
ketika tau dihiyanati ...
langsung putuskan ,mencari jln yg lebih baik kedepan x....