Siapa sangka putri tertua perdana menteri yang sangat disayang dan dimanja oleh perdana menteri malah membuat aib bagi keluarga Bai.
Bai Yu Jie, gadis manja yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Dalam keadaan kritis, Yu Jie menyimpan dendam.
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian. Sabarlah untuk menunggu pembalasanku, ibu dan adikku tersayang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Mei Yin teringat akan kejadian dua tahun lalu. Ibunya meminta dia untuk menyampaikan pesan pada tabib Lim melalui pengawal pribadinya. Pria tua itu sangat mudah dibujuk. Dengan alasan ibunya akan memberinya hadiah lalu meminta tabib itu datang ke kediaman Bai.
Dia mengikuti saja perintah sang ibu. Namun, Mei Yin tidak tahu jika ada maksud terselubung pada pesan itu. Malam itu tabib Lim datang ke kediaman Bai sendiri. Bagi tabib Lim hal itu biasa dia lakukan. Pergi sendiri ke kediaman Bai.
Namun, tabib Lim tidak pernah sampai di kediaman Bai. Pria itu diculik dan ditawan di ruang bawah tanah kediaman ibunya. Mei Yin ingat, ibunya mengancam tabib Lim akan menyakiti anak luar nikahnya jika tidak mengikuti perintahnya.
Bodohnya, pria tua itu malah melawan. Mungkin dia merasa telah didukung penuh oleh keluarga Song yang waktu itu lebih berkuasa daripada keluarga Bai.
Karena tidak mengindahkan permintaan ibunya, tabib Lim harus menerima pil pahit. Dua hari setelah dia disekap, ibunya membawa putri luar nikah tabib Lim tepat dihadapannya.
Saat itulah Mei Yin melihat kuasa ibunya lebih hebat daripada ayahnya. Bahkan, lebih hebat dari keluarga Song. Tabib Lim yang sempat sombong itu langsung ketakutan mendapati kenyataan di depan matanya.
Meski ibunya bertutur kata halus, tapi Mei Yin yakin tidak mudah menghadapi wanita yang sudah melahirkannya hingga tercetuslah sebuah kesepakatan yang terdengar adil.
Ibunya meminta tabib Lim untuk menulis bahan-bahan ramuan obat agar di masa depan tidak menyusahkan tabib Lim. Jika tabib Lim tidak mau memberi salinan ramuan obat itu dengan terpaksa dia akan menyakiti putri luar nikahnya.
Ibunya juga berjanji akan melepaskan mereka. Lagi-lagi Mei Yin merasa bahwa alur yang dibuat ibunya tidak mudah. Usai salinan ramuan obat itu ditulis tabib Lim, ibunya langsung memerintahkan seorang pengawal untuk menghabisi nyawa tabib Lim dan putri luar nikahnya.
Sebelum dihabisi, ibunya dengan sengaja menggores wajah sebelah kiri putri tabib Lim dengan mata pisau. Tidak dalam namun meninggalkan luka yang cukup dalam.
Tubuh tabib Lim dan putrinya dibuang ke jurang. Setelah kejadian itu, beberapa hari kemudian terdengar berita bahwa tabib Lim menghilang. Parahnya lagi ibunya bersikap biasa saja seolah bukan dia dalangnya.
Membayangkan kejadian itu membuat Mei Yin bergidik ngeri lagi. Dia tidak mengira ibunya yang selalu bertutur kata halus memiliki sifat kejam. Pantas saja dia sangat lihai bersilat lidah. Ternyata turunan dari sang ibu.
Mei Yin tidak ingin tabib wanita itu mengalami hal yang serupa dengan tabib Lim. Bukan tanpa alasan. Mei Yin harus membuat tabib wanita itu mengikutinya agar dapat membuat ramuan kecantikan dan menjaga kesehatannya.
Selain itu, sangat sulit menemukan tabib hebat seperti tabib wanita itu. Mei Yin bertekad harus melindungi tabib itu dari ibunya.
"Baiklah ibu. Aku akan mencobanya," ucap Mei Yin mengalah.
Fang Yin tersenyum. Wanita paruh baya itu sangat bangga memiliki putri yang sangat penurut dan cantik. Mei Yin sangat mudah dia kendalikan. Bayangan akan menguasai istana pangeran keempat membuat wanita itu tersenyum.
Lima hari kemudian, seorang pengawal yang diutus untuk menyampaikan undangan kehadiran tabib wanita ke kediaman Bai telah tiba di kediaman Lin yang tak lain adalah kediaman Yu Jie.
"Permisi nona, ada seorang pengawal dari kota yang mencari nona ketiga," lapor Li Jing yang merupakan pelayan kepercayaan kediaman Lin.
"Suruh dia masuk!" seru Fang Hua usai menyesap tehnya.
"Baik nona," jawab Li Jing.
Li Jing undur diri dan dalam waktu tidak kurang dari dua sesapan teh, gadis itu kembali bersama seorang pengawal.
Fang Hua melirik sebentar lalu tersenyum licik. Pakaian yang dikenakan pengawal itu sangat dia kenali.
"Ada perlu apa?" tanya Fang Hua sambil meletakkan gelas tehnya.
"Saya utusan dari kediaman Bai," pengawal itu membuka suara lalu dengan berani melihat wajah Fang Hua.
Dengan susah payah pengawal itu menelan cairan bening di dalam mulutnya. Dia belum pernah melihat kecantikan alami seperti yang dimiliki gadis itu. Sungguh perjalanan panjang yang tidak sia-sia.
Nona muda yang duduk dengan anggun dihadapannya terlihat biasa saja. Dia tidak merespon saat dia menyebut keluarga Bai.
Biasanya jika mendengar nama keluarga Bai, orang kecil hingga bangsawan pasti akan berbondong-bondong berusaha mendekat, tapi tidak untuk nona muda itu.
Suasana menjadi hening hingga membuat pengawal itu merasa sedikit canggung. Apa karena keluarga ini memiliki seorang tabib yang sangat hebat hingga mereka sombong.
Dengan canggung, pengawal itu kembali membuka suara, "Nyonya Bai mengundang tabib Lin untuk ke kediaman Bai."
"Tabib Lin mana yang kau maksud?" tanya Fang Hua.
Pengawal itu mengumpat dalam hati. Bukannya dia sudah tahu tabib Lin yang dimaksud.
"Kami semua bermarga Lin. Lin mana yang kau maksud?" tanya Fang Hua tenang.
Astaga, nona muda ini benar-benar menguji kesabaranku! rutuk pengawal itu dalam hati. Suasana kembali hening.
Li Jing tersenyum melihat nona keduanya mempermainkan pengawal itu. Entah dosa apa yang dilakukan pengawal itu hingga nona keduanya mempersulit pengawal itu.
Selama dia mengikuti keluarga Lin, nona-nona mudanya tidak pernah mempersulit seseorang untuk bertemu dengan nona ketiga.
"Hmm, lucu sekali. Nyonya mu meminta tabib Lin datang ke kediamannya, tapi dia sendiri tidak tahu nama tabib Lin," sindir Fang Hua.
Pengawal itu tertunduk. Ingin menyanggah nona muda itu, dia juga salah. Nyonya nya juga salah karena tidak mencari tahu lebih dulu nama tabib itu. Alhasil dia dikerjai oleh nona muda Lin yang lain. Lagipula yang dikatakan nona muda itu benar. Lin mana yang dimaksud?
"Kakak!" seru Yu Jie dari balik pintu.
"Adik, mengapa kau keluar? Bagaimana dengan luka-lukamu?" tanya Fang Hua lembut.
Pengawal itu langsung menoleh ke sumber suara. Dia sempat terperangah melihat seorang gadis cantik yang berjalan dengan anggun memasuki aula.
Kecantikan gadis tadi saja sudah membuatnya susah payah menelan cairan bening di dalam mulutnya. Kali ini kecantikan gadis itu membuat dia mati kutu.
"Kau seperti tidak pernah melihat wanita cantik saja," sindir Li Jing pelan namun cukup terdengar oleh pria itu.
"Aku bosan berdiam diri di kamar terus. Jadi, aku mencari mu. Luka-luka ku sudah membaik," jawab Yu Jie datar.
"Hhh, kakak pertama sangat keras mengajarimu!" keluh Fang Hua.
Yu Jie terkekeh mendengar keluhan kakak keduanya, "Bagiku tidak apa-apa. Lagipula semua itu kakak pertama lalukan untuk kebaikanku."
Yu Jie lalu melirik pengawal yang berdiri mematung dihadapan kakaknya. Hal yang sama dilakukan oleh Yu Jie. Gadis cantik itu mengukir senyum mengejek di sudut bibirnya.
Fang Hua mengangguk pelan sambil mengedipkan mata. Yu Jie membalasnya dengan tersenyum. Seolah mereka berdua sedang berbicara menggunakan bahasa tubuh.
Li Jing kembali dibuat bingung oleh tingkah kedua nona nya. Apa ada masalah dengan pengawal itu?
lanjut up lagi thor
lanjut up lagi thor