Dibalik Pernikahan Hi Ma

...HAPPY READING...

 Mela keluar dari ruangan dengan wajah sendu nya. 

“Maaf, pasien drop karena ada kandungan obat yang tidak bisa diterima dengan baik oleh pasien. Dan untuk kesadaran nya , saya tidak bisa memprediksi itu kapan. Kami para tim dokter masih akan berusaha untuk beberapa hari kedepan.”

“Apa!Enggak, enggak boleh, tolong lah kan kamu dokter pribadi keluarga kami seharusnya kamu bisa memprediksi ketidak cocokan ini dan bisa menyadarkan istri ku.”

“Jika pun dia sadar, aku tidak yakin akan ingat dengan kamu.”

Axell mengusap wajah nya kasar, ia frustasi harus bagaimana lagi agar Hira sadar. 

Tanpa mengatakan apapun Axell melangkahkan kaki masuk kedalam ruangan. Sampai tak sengaja menyenggol lengan Dokter Mela hingga sedikit terpental . 

Dirga yang baru saja tiba melihat kejadian tersebut , ia merasa heran karena baru kali ini melihat tingkah laku CEO nya itu. Biasanya ia lihat wajah tegas dan punggung yang berdiri tegak seperti tidak ada celah untuk sisi dirinya yang lemah lembut bahkan sisi cengeng nya tidak terlihat sama sekali. 

“Aduhh Kucing jantan nya ngamuk nih kayaknya, kabur dulu arghh,”Baru ingin beranjak pergi ponselnya berdering notif dari Axell. 

“Hadehh baru juga dihindari sudah minta, Dirga selidiki obat itu. Bos, bos kapan aku istirahat huhu," Gumamnya.

Walaupun sambil merengek ia tetap menjalankan tugas nya, segera mengabari pihak pembuat dan pengiriman untuk meminta sampel dan kandungan didalam obat tersebut. 

...Ruang rawat VVIP 1...

Ruangan bernuansa cat putih dengan beberapa alat medis serta bau obat yang menyengat diindra penciuman. Ruangan yang khusus dibangun untuk keluarga besar nya kala sakit kini telah terpakai untuk istrinya sendiri. Ia melangkah kan kaki mendekat ke ranjang Hira, duduk di kursi samping ranjang.

“Hira, bangun yuk aku terima kalau kamu lupa atau apa lah itu sama aku. Yang penting kamu bangun dulu” Mencium punggung tangan Hira . Bulir bening membasahi pipinya, ia sejenak terhanyut dalam tangisan diam hingga tanpa sadar ia tertidur di samping tangan Hira.

Keesokan harinya seseorang masuk kedalam ruangan dan menepuk bahunya pelan, ia sedikit tersadar. Perlahan membuka kedua matanya dan melihat seseorang tersenyum manis dihadapan nya, ia memeluk erat tubuh wanita paruh baya itu. 

Umma datang untuk menjenguk menantu nya dengan wajah sendu. Ia melihat Axell yang begitu terpukul atas kejadian ini, mencoba menguatkan nya. 

“Sabar ya, kita tunggu sampai dia bangun. Insya allah Hira akan kembali pada kita.”

Setelah memenangkan anaknya ia juga menemani Axell dirumah sakit karena ia takut anaknya juga akan jatuh sakit. Kebiasaan Axell yang tak bisa dirubah adalah tidak makan jika ada masalah. 

Ting… 

Baru saja Axell memejamkan kedua matanya ada notif whatsapp dari asisten nya . 

“Tuan obatnya beneran ditukar tapi kami belum tahu pasti siapa pelakunya yang jelas memakai pakaian serba tertutup.”Ruang rawat inap

“Terus Selidiki, jangan sampai gagal kali ini.”

Setelah selesai ada notif pesan baru dari seseorang yang ia tidak kenal. 

...Pesan unknown ...

Hai bro apa kabar, nanti ketemu yuk di cafe Sena 

^^^Siapa ya, apa saya kenal kamu? ^^^

Saya Vincent adik kamu dari istri kedua ayah mu. 

Axell terdiam bahkan otaknya saja sulit mencerna apa yang ia baca barusan,anak dari istri kedua ayahnya  berarti Vincent kembali pulang setelah beberapa tahun menetap di Italia. 

“Umma”panggilnya sedangkan Umma baru saja selesai menjalankan ibadah shalat dhuha, sedikit terkejut karena tadi ia lihat Axell sudah tidur dan badan nya sedikit demam. 

“Astaghfirullah Axell, pelan-pelan Nak jangan kenceng-kenceng nanti ganggu Hira.”

Menganggukan kepala “Iya Umma maaf, ini Vincent kembali ke sini , nanti aku mau ketemu dia. Alhamdulillah ya Umma akhirnya kita bisa bertemu lagi setelah dia menetap di Italia.”

“Alhamdulillah nanti temui lah adik mu itu, biar Hira Umma yang jaga, sekarang istirahat dulu ,kamu ini kecapean sampai demam.”

Waktu berjalan dengan cepat tak terasa langit sore mulai menyapa dengan senja yang nampak begitu cantik,Axell telah menunggu Vincent. Lelaki bertubuh tinggi dengan otot yang pas di tubuhnya serta hidung mancung, kulit putih bersih  serta dagu yang tegas menyapa Axell dengan senyuman merekah.

Sejenak Axell terpaku melihat perubahan tubuh adik nya sampai ia tak yakin jika itu Vincent. Memeluknya dengan erat sambil berbincang hangat kalau dilihat-lihat Vincent ini benar-benar mirip dengan Ayah nya. 

“Aku dengar kamu sudah menikah dan sekarang istrimu ada di rumah sakit, apa itu benar?”

“Iya itu benar dia mengalami tabrak lari kemarin malam dan sekarang masih koma.” Menundukan kepala dengan wajah sendu nya.

Vincent menepuk bahu Axell pelan seraya tersenyum tipis , “Aku seorang dokter dan aku akan membantumu.”

“Dokter ?sejak kapan kamu jadi dokter? Bukannya kamu suka dengan seni? ”

“Sejak Ummi dan Abah meninggal aku dan  disekolahkan oleh nenek hingga ke tingkat kuliah. Aku meninggalkan dunia seni"

Axell ber “oh” ria sambil menganggukkan kepala. Memang benar setelah sikis Vincent terganggu nenek dari pihak ibu nya itu membawa nya ke Italia, setau nya dia berobat bukan masuk ke jenjang perkuliahan. 

Tapi ternyata ia meneruskan pendidikan nya disana.

Setelah berbincang-bincang Axell pamit pulang terlebih dahulu karena ada kabar terbaru dari rumah sakit. 

Saat tiba disana ia melihat Umma sedang menangis di depan ruangan . 

“Umma ada apa?” Umma tak menjawab beliau hanya terus menangis sambil dipeluk Aira . 

“Kak, kak Hira udah gak ada harapan lagi kata dokter,kondisinya semakin menurun.” Jawab Aira.

Dari kejauhan seperti biasa ada yang memantau alur kehidupan Axell.

"Mulus sekali rencana ku, tapi kenapa dia belum mati juga! " gerutunya seraya tersenyum sinis.

Axell terdiam sejenak, terpaku di tempat ia berdiri dengan bulir bening yang mengalir membasahi kedua pipinya.  Sedangkan dokter Mela menundukkan kepala nya.

“Enggak! Mel kamu bisa sembuhkan dia kan?”

Mela menggelengkan kepala nya  dan disaat itu juga Axell harus memilih sebuah keputusan yang mungkin akan terdengar tidak masuk akal. 

“Baiklah aku sendiri yang akan merawat nya, aku akan bawa pulang Hira!”

“Kamu jangan gila Axell!” Tegas Mela. 

“Aku tidak gila karena yang aku ingin istriku sembuh itu saja!” Deru tangis nya mulai terdengar. 

“Kamu kan sudah menyerah jadi biar kan aku yang merawat istri ku sendiri!” Lanjutnya. 

Tiba-tiba Dirga datang dengan beberapa orang dari pihak medis untuk menangkap Mela. Dirga membungkukkan tubuhnya ke hadapan Axell sebagai bentuk salam dan hormat nya. 

“Saya izin Tuan untuk menangkap dokter Mela karena telah menukar obat tersebut.”

“Apa! Kamu!” Sorot mata nya mulai tajam, setajam mata elang yang ingin memangsa. 

“Kalian ikuti aku! Dirga jangan sampai dia melarikan diri!”

Dirga menarik lengan Mela dan berjalan dibelakang Axell sampai di taman belakang rumah sakit. 

Mela segera berlutut di hadapan Axell ia minta maaf atas keteledoran nya dan ia mengaku tidak menukar obat tersebut karena obat itu diberi oleh Seli.