NovelToon NovelToon
Writer'S Block

Writer'S Block

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan / Persahabatan / Romansa / Healing
Popularitas:728
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Dafy Kurniawan seorang penulis fiksi ternama. Karya-karyanya best seller dan berhasil diadaptasi menjadi film yang laris manis.

Setahun belakangan ia mengalami writer’s block. Kondisi dimana seseorang tidak mempunyai gagasan baru sama sekali.

Dafy bepergian melakukan kegiatan diluar kebiasaannya untuk mencari inspirasi dan ide-ide segar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Airport

Di Bandara

              “Bisnis”,

              “Di dekat jendela”,

              Dafy baru saja check in pesawat terbang untuk perjalanan berpetualang selanjutnya.

              Cuaca sedang baik. Langitnya biru dan sedikit berawan putih-putih. Jadi kenapa tidak untuk menempuh jalur udara.

              Tempat yang akan didatangi oleh Dafy adalah sebuah pulau yang sudah sangat termasyhur namanya di seantero muka bumi. Ia harus terlebih dahulu ke sana sebelum menyeberang lautan untuk sampai ke pulau menawan lainnya yang akan menjadi tempat tujuan utama berikutnya.

              Kapal yang dipesannya akan terbang pukul 14:30. Masih ada waktu sekitar satu jam lebih.

              Dafy terlebih dahulu pergi ke café yang berada di dalam airport sebelum ke ruang tunggu.

              Ia sekarang sedang duduk sendirian menikmati americano dan sepotong mille-feuille.

              Tanpa undangan tiba-tiba ada dua orang anak kecil yang menghampiri Dafy.

              “Om kenapa ada di sini?”,

              Dua anak kecil laki-laki itu bertanya kepada Dafy. Anak berusia 8 tahun yang datang ke café bersama adiknya. Mereka ke sana untuk membeli makanan.

              “Siapa kalian?”,

              “Apakah aku pernah bertemu dengan kalian sebelumnya?”, kata Dafy berlagak tidak kenal dengan mimiknya yang lucu pura-pura kebingungan.

              “Kalian pasti bukan berasal dari planet ini”,

              “Kalian berdua adalah dua makhluk alien yang sedang menyamar”, tuduh Dafy dengan tatapan mata penuh curiga.

              “Aku berasal dari matahari”,

              “Aku akan membawamu om tua yang kesepian”, kata anak satunya lagi sambil mengarahkan tangannya bagaikan sebuah pistol.

              Dua anak kecil itu kemudian tertawa.

              Tentu saja mereka saling mengenal. Anak-anak itu adalah anak dari Elizabeth. Editor sekaligus teman baik Dafy.

              Setelah beberapa pertanyaan rupanya keluarga Elizabeth juga akan terbang ke tempat yang sama. Di hari dan jam yang sama dan naik pesawat yang sama pula. Untungnya mereka berjauhan tempat duduk.

              “Sudah sana kembali ke orang tua kalian”,

              “Ingat, jangan bilang apa-apa kalau om Dafy juga sedang berada di sini”,

              “Apalagi bilang satu pesawat”,

              “Om Dafy sedang tidak bicara dengan ibu kalian”, kata Dafy.

              “It’s okey om”,

              “We keep your secret, but”, kata sang adik yang tampang dan cara bicaranya memang lebih tengil.

              “Iya besok kalau om ke rumah kalian ya”, janji Dafy.

              Akhirnya bocah-bocah itu berhasil diusir pergi dari hadapannya. Dafy kini berutang kepada mereka masing-masing satu mainan.

              Kue ini sungguh nikmat sekali. Rasanya seakan berlipat tidak seperti biasanya ketika ia memakannya. Mungkin karena tubuhnya yang sudah cukup lelah dan sedikit lapar setelah menuruni bukit dan langsung pergi ke bandara tanpa jeda.

              Di ruang tunggu beberapa menit sebelum masuk pesawat.

              Dari kejauhan Dafy melihat keluarga Elizabeth. Ada dua anak yang baru saja ia temui di café tadi. Ada juga Elizabeth bersama suaminya.

              Dafy sengaja menghindari bertemu dengan mereka meski sebenarnya ia kenal baik dengan keluarga itu. Hanya saja momennya yang tidak tepat.

              Anak pertama Elizabeth secara tidak sengaja melihat Dafy yang sedang memperhatikan mereka dari jauh.

              Dafy meletakkan jari telunjuknya menempel di bibir mulutnya yang tertutup rapat. Mengisyaratkan untuk diam dan tidak membocorkan rahasia keberadaannya.

              Begitu juga ketika masuk ke dalam pesawat menuju ke tempat duduknya. Dafy sengaja menjaga jarak dengan mereka.

              Dalam kurun waktu dua jam penerbangan itu Dafy menikmatinya dengan tidur siang.

              Ada kejadian yang sungguh menarik di saat Dafy tiduran manis di tempat duduknya. Percaya atau tidak percaya. Yang merasakannya sendiri pun juga bertanya-tanya.

              Sayup-sayup matanya yang mengantuk melihat burung terbang yang mengikutinya cukup lama di luar jendela.

              Sepasang burung merpati kupu-kupu. Matanya merah. Yang satu berwarna putih dan satunya lagi berwarna putih hitam.

              Mereka hilang begitu Dafy memejamkan mata.

*

              Mendarat.

              Turun dari pesawat. Para penumpang masih harus melewati security check point sebelum keluar dari airport.

              Pada saat itu Elizaberh melihat Dafy begitu pun juga sebaliknya. Lalu lihat yang dilakukan oleh Elizabeth.

              Elizabeth meletakkan jari telunjuknya menempel di bibir mulutnya yang tertutup rapat.

              Entah kedua anaknya yang bilang kepada ibunya kalau Dafy juga mengambil penerbangan yang sama. Atau memang perempuan yang penuh pengertian itu tahu betul bahwa sahabat lamanya sedang tidak ingin bertemu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!