Pengorbanan Renata yang awalnya hanya menjadi seorang penyamar untuk menggantikan seorang wanita yang merupakan tunangan dari Bryan karena sedang koma berakhir menjadi sebuah malapetaka yang membuatnya kehilangan segalanya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Dipermalukan
Sang pejabat makin panik saat ada telepon masuk dari sang presiden yang memanggilnya secara langsung tanpa melalui sang ajudan.
"Pak Rion. Apakah kamu bisa datang ke istana sekarang?" tanya pak presiden.
"Apakah ada rapat dengan para menteri pak?" tanya pak Rion.
"Tidak. Aku hanya butuh kamu sekarang." Presiden langsung menutup teleponnya dan itu sangat membuat pak Rion makin gusar.
"Aduhh...! Ada apa ya? Kenapa pak presiden hanya memanggilku saja. Ah...! Mungkin saja pak presiden sedang membutuhkan aku saat ini," ucap pak Rion berusaha menenangkan hatinya walaupun saat ini ia sangat kesal dengan uangnya yang raib begitu saja.
Pak Rion meninggalkan kantornya ditemani oleh ajudannya. Siang itu kendaraan yang cukup ramai harus menepi karena mobil RI milik pejabat sedang melintas ke istana.
Sementara itu pak presiden melihat semua data laporan keuangan negara yang sudah di alirkan ke semua instansi pemerintah untuk dipergunakan sesuai dengan alokasi dana untuk kemaslahatan rakyat Indonesia tentunya. Tiba di depan halaman istana, pak Rion disambut oleh para petugas istana.
"Bapak diminta langsung masuk ke ruang bapak presiden," ucap salah satu petugas istana itu yang langsung mengantarkan pak Rion.
Pintu dibuka dengan cepat dan pak Rion memberi hormat kepada bapak presiden yang menatap datar wajah menyebalkan itu.
"Pak presiden. Apakah ada hal yang penting yang ingin anda tanyakan kepada saya?" tanya pak presiden.
"Yah. Aku memang ingin menanyakan laporan data keuangan negara yang sudah kamu gunakan," ucap pak presiden.
"Tapi saya tidak membawa flashdisk laporan keuangan di kementrian saya pak presiden," ucap pak Rion terlihat sangat pucat.
"Itu tidak perlu. Yang aku butuhkan sekarang ini adalah laporan data uang negara yang kamu kelola itu sudah memenuhi target kita yang sudah kita sepakati, bukan?" sinis pak presiden.
Pak Rion makin gugup dengan keringat dingin sebesar biji jagung. Padahal ruangan itu ber-AC dengan suhu mencapai 16 derajat Celcius.
"Begini pak presiden. Saya janji akan menjelaskan semua kepada anda tapi tidak sekarang karena saya tidak siap," ucap sang menteri itu membuat presiden makin murka.
"Berarti kamu tidak bisa kerja selama satu tahun ini bukan? Kalau begitu kamu saya akan pecat secara tidak hormat dan kamu akan dipidanakan karena kejahatanmu yang sudah melakukan money laundry ke beberapa tempat. Apakah kamu mau saya menyebutnya satu persatu?" sarkas sang presiden.
"Ini fitnah. Pasti ada oknum di dalam kementrian saya yang sudah memberikan laporan data keuangan palsu hanya untuk menyingkirkan saya," bantah pak Rion lalu melonggarkan dasinya.
"Oh, menurutmu begitu? Kamu merasa difitnah?" presiden terkekeh lalu menghampiri pak Rion yang tertunduk ketakutan setengah mati.
"Maafkan saya pak presiden. Tolong percaya pada saya. Saya bisa menghubungi asisten pribadi saya yang akan menjelaskan lebih rinci lagi tentang data yang pak presiden minta saat ini," ucap pak Rion hampir menangis.
"Tidak perlu. Aku sudah meminta KPK untuk menyelidiki harta kekayaanmu yang diduga hasil dari korupsi," sarkas pak presiden.
"Apakah pak presiden ragu pada kinerjaku?" tanya pak Rion berusaha meyakinkan pak presiden.
"Entahlah. Semua bisa dibuktikan nantinya oleh KPK. Dan satu lagi, jika kamu berusaha menyuap anggota KPK maka kamu salah besar. Aku sudah punya kartu kejahatanmu. Sekarang tinggalkan ruanganku dan kau saya pecat," ucap bapak presiden membuat pak Rion tercengang karena pak presiden memperlihatkan data laporan keuangan yang raib di tempat pak Rion mengabdi.
"Tapi, ini semua belum tentu benar pak presiden. Ini ...-" ucapan pak Rion terhenti karena wajah pak presiden nampak murka hingga membuatnya bergidik.
"Kau masih mau membela diri setelah apa yang kau lakukan untuk negara ini? Aku memilihmu agar kamu bisa mengabdi sepenuh hati. Namun yang aku temukan kamu lebih memilih memperkaya diri. Sekarang kau dan keluargamu serta orang-orang yang ikut berperan dalam pencucian uang akan dimiskinkan oleh negara. Dengan begitu kalian akan merasakan bagaimana akibatnya jika mencuri uang rakyat," tegas tuan presiden dan langsung menyuruh pak Rion pergi dari hadapannya.
"Sialan....! Bagaimana bisa pak presiden tahu kalau aku telah mengambil uang negara melalui money laundry?" batin tuan Rion yang sekarang sedang dikawal ketat oleh pihak keamanan menuju kantornya.
Bukan hanya pak Rion saja yang menerima perlakuan tegas dari pak presiden namun semua pejabat lainnya yang tidak amanah langsung ditindak tegas baik sang koruptor maupun harta kekayaan koruptor itu sendiri. Presiden bertindak sangat hati-hati dengan data laporan yang ada agar tidak terjadi kezaliman pada pejabat yang dipilihnya.
...----------------...
Waktu berlalu, keadaan Rania justru makin membaik dari hari ke hari. Ia mampu melewati masa kritisnya dengan penuh perjuangan dan tentu saja dengan doa orang-orang tercinta. Termasuk Renata dan Bryan yang tidak putus-putusnya memohon pertolongan Allah untuk menyelamatkan Rania.
Walaupun begitu, Bryan dan Renata tidak mau lagi menyinggung tentang Rania karena saat ini Renata lebih fokus pada kandungannya yang sudah memasuki usia kandungan tujuh bulan.
Saat itu Bryan dan Renata sedang diundang oleh salah satu pejabat untuk merayakan suatu acara kenegaraan. Pasangan suami-isteri ini begitu antusias menerima undangan itu.
"Apakah aku sudah terlihat rapi?" tanya Renata yang sedang memperbaiki tatanan penampilannya sebelum turun dari mobil.
"Sudah sayang. Kamu adalah tamu penting dan paling cantik malam ini," ucap Bryan saat melihat istrinya mengenakan Khimar.
"Terimakasih atas pujiannya tuan suami. Kalau begitu mari kita turun...!" ajak Renata.
"Baik ibu negara. Hati-hati....!" ucap Bryan yang sudah turun lebih dulu dan membantu istrinya turun.
Para among tamu menyambut kedatangan Bryan dan Renata. Namun mereka melihat Renata yang persis seperti Rania dengan memanggil Rania.
"Hai Rania...! Kapan nikahnya? Kok sudah melendung aja," ucap beberapa teman Rania yang turut hadir di acara itu.
"Maaf...! Istri saya bukan...-" ucap Bryan menggantung di udara.
"Yah. Dia bukan Rania tapi seorang pelakor yang menyamar menjadi Rania," ucap salah satu kerabat angkat Rania membuat Renata terkejut.
Bryan mencari anak buahnya yang langsung paham dengan tatapan sang bos." Maaf nona...! Tolong tinggalkan tempat ini karena anda sedang tidak sopan pada tamu kehormatan kami," ucap salah satu pihak keamanan presiden.
"Tidak. Dia bukan siapa-siapa di sini. Aku adalah sahabatnya Miranda. Kamu tahukan siapa Miranda?" geram Inaya saat tubuhnya di giring keluar oleh petugas keamanan itu.
"Acara ini bukan milik sahabatmu Miranda tapi acara ini adalah milik tuan Suryadi," ucap petugas itu yang memastikan Inaya pergi dari pesta itu.
Sementara itu para gadis lainnya menatap ke arah Renata dengan wajah sinis. Mereka saling berbisik-bisik satu sama lain dan tertangkap juga oleh Renata.
"Pelakor syar'i nih ye...!" ledek yang lainnya namun Renata tidak ambil pusing.
next Thor
ditunggu selanjutnya...