Kepergian wanitanya menyisakan luka yang teramat dalam bagi Agra. Dari sekian banyaknya waktu yang ia tunggu, hanya pertemuan yang ia harapkan,
Setelah pengingkaran janji yang sempat ia terima, pertemuan masih menjadi keinginannya dalam setiap tarikan nafasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misshunter_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Ular
"mas.. Bangun" Kiara menggoyangkan bahu suaminya pelan "ish kamu tidur apa pingsan sih mas!" gerutu Kiara
karna gemas suaminya belum bangun juga, Kiara pencet hidung mancung Agra, supaya suaminya terbangun dan benar saja
setelahnya Agra terperanjat dengan nafas megap megap, "Astaga.. Mas pikir mas beneran tenggelam sayang" adunya pada Kiara yang saat ini tengah cekikikan
"ya lagian udah aku bangunin dari tadi juga, kamu nya gak bangun bangun! Tidur jam berapa sih semalam?"
Agra usap muka bantalnya, untuk mengumpulkan kesadaran sepenuhnya "mas lupa sayang, gak lihat jam"
Agra malah teringat dua pesan yang ia terima semalam, yang sukses membuatnya dongkol sampai pagi ini, apa dia tidak tahu kalau Agra sudah lebih dari satu minggu menahan untuk tidak mengeksekusi istrinya? Bikin otong cenat cenut saja. Batin Agra
bagaimana tidak cenat cenut, pesan kedua yang Agra terima berupa foto seorang wanita lebih tepatnya asisten pak Albern tengah berpose setengah telanjang
Kiara gerakan telapak tangannya didepan wajah Agra ke kiri dan kenan, "mas..?" panggilnya "MAS AGRA!!"
"Ha?"
"kamu melamun? Dipagi pagi begini?"
Agra menggeleng ragu, "ng- nggak, nggak sayang, mana ada" netranya baru menemukan rambut istrinya yang basah "kamu habis keramas?"
"iya mas rambutku udah lepek banget"
Agra melirik jam yang menempel di dinding kamarnya, masih ada waktu pikirnya "sayang.." Agra singkirkan anak rambut yang menghalangi wajah istrinya "kamu mau mandi lagi sama mas?" ajaknya
Kiara menggeleng,
"loh kenapa?" mau dong mas pengen nih batin Agra
"aku tahu isi kepala kamu mas Agra, mandi yang kamu maksud bukan cuma mandi doang, tapi ada maksud lain benarkan?" terka Kiara
Agra cengengesan merasa tertangkap basah, "ya namanya juga udah lama sayang, masa kamu gak pingin gitu?"
"ya sih udah lama tapi aku tetep gak bisa mas!"
Agra mengerutkan keningnya dalam, merasa curiga
Kiara terkekeh melihat ekpresi suaminya "jangan mikir macem macem, aku lagi datang bulan" pungkas Kiara menjawab kecurigaan Agra
"Arrgh.. Ayolah!!" sahut Agra frustasi
"udah sana buruan mandi, aku tunggu dibawah" Kiara berlalu, ia akan membuatkan kopi terlebih dahulu untuk suaminya
setelah beberapa menit berlalu Agra muncul dengan pakaian yang Kiara siapkan sebelumnya
"bagus" puji Kiara
Agra sematkan kecupan singkat pada puncak kepala istrinya "kamu selalu tahu selera mas"
Kiara tersipu,
"kamu ada agenda apa hari ini?" ujar Agra disela kunyahannya
"gak ada sih mas selain terapi habis itu pulang"
"mau mas temani?"
"gak usah aku bisa sendiri mas"
Agra mengangguk kecil, menghargai keputusan istrinya
saat Agra sampai dikantor, sungguh pemandangan yang tak ingin ia lihat malah sudah terhidang tak jauh dari hadapannya
Stella tersenyum kearah Agra dengan melambaikan tangan, "hallo pak Agra, saya datang lebih pagi atas permintaan pak Albern" ujar Stella saat Agra sampai dihadapannya
Agra mengangguk menanggapi, setelahnya keduanya berjalan bersisian dengan Stella yang berusaha menempel pada Agra
tentu Agra tak nyaman dengan hal itu, begitupun saat didalam lift, lift yang kosong memudahkan Agra untuk menjaga jarak namun Stella selalu ingin berdiri disamping Agra
hingga sampai diruangan Agra, sungguh kesempatan bagi Stella karna Rehan saat ini tidak ada disini,
Setelah pembahasan proyek kerja sama cukup, dengan berani Stella menggoda Agra terang terangan
"kenapa bapak tidak membalas pesan saya semalam?" ia mainkan rambut panjangnya
"saya sudah memiliki istri dan sungguh saya tidak berminat dengan mu Stella"
"apa bapak yakin? saya bisa memenuhi semua fantasi se ks pak Agra"
Agra terkekeh "saya percaya, karna para jalang memang harus memiliki keahlian itu. Memenuhi hasrat setiap pelanggannya" itu yang sering Kiara katakan padanya dulu
"bapak ingin mencoba sesuatu yang baru? Dengan mulut saya mungkin?" goda Stella sembari memainkan bibir tebal dengan gincu merah merona
"apa pak Albern juga sering memakai jasa kamu Stella?"
"tentu, pak Albern selalu puas dengan pelayanan saya. Harga yang sepadan"
Stella semakin berani, ia menghampiri Agra duduk menyandarkan bokong gempalnya pada meja kebesaran Agra
ia perlihatkan bawahan dress yang tinggi, mungkin jika terangkat sedikit lagi seluruh isi celana Stella akan terlihat
Agra menelan ludah susah payah, disuguhi pemandangan begitu benar benar mengguncang keimanan nya
Stella tersenyum kecil saat menatap jakun Agra yang naik turun, kita lihat seberapa kuat Agra bertahan
Stella benahi high heels nya sengaja menunduk, menampilkan buah dada nya yang besar dan menantang
"bangunlah Stella!" perintah Agra, ia tak tahan melihat pemandangan dihadapannya sekarang. Agra menekan mati matian sesuatu yang mulai sesak didalam sana
sudah Agra katakan ia terlalu banyak lembur akhir akhir ini dan hasratnya sama sekali tidak tersalurkan,
jadi wajar sajakan kalau disuguhi seperti ini, harimau mana yang tidak menginginkan jika dihadapannya terhidang daging segar
Stella bangkit, ia tarik ikat rambutnya. Menggerai rambut panjang yang bergelombang
"saya perhatikan ada yang jauh lebih sesak disana pak" tunjuk Stella dengan mata yang bergerak turun ke selangkangan Agra
Agra benahi duduknya, menyilang. Sembari menyembunyikan yang dapat tertangkap oleh mata Stella
Stella semakin mendekat, berbisik ditelinga Agra dengan suara menggoda dan sedikit basah "apa bapak ingin mencobanya disini?"
tampak terlihat sekilas seperti Stella yang tengah mencium pipi Agra, tiba tiba saja pintu ruangannya terbuka
"Mas Agra, aku bawa i- ini—"
brukkk....
Papper bag yang Kiara jinjing terjatuh, bersamaan dengan Agra yang menoleh dengan wajah pucat pasi,
"Sayang.. kamu— kamu ada disini?" Agra dorong tubuh Stella hingga hampir terjungkal "i—ini, ini gak seperti yang kamu pikirkan sayang"
Kiara tak menggubris Agra, tatapnya langsung tertuju pada wanita yang saat ini berdiri angkuh tak jauh dari suaminya "Stella?"
Stella terkekeh "Oh hai Ki, kita bertemu lagi. Gak nyangka ya" ujar Stella tenang. Stella dan Kiara yang dahulu berteman saat masih menjadi anak mamih
"lo ngapain disini? Apa lo tengah berusaha menggoda suami gue?"
"pak Agra ini suami lo? tapi seingat gue pak Agra bilang dia masih lajang" dusta Stella
Agra menoleh dengan tatapan nyalang "Saya tidak pernah mengatakan begitu, saya pria beristri!!"
"tidak papa pak Agra jika tidak mau mengakui, hanya saja tidak bisa dipungkiri waktu semalam yang kita habiskan cukup berkesan bagi saya. Terima kasih ya Ki, lo mau berbagi suami sama gue"
"jangan ngomong sembarang kamu, saya dan kamu tidak ada hubungan apa apa. Semua murni hanya sebatas kerja sama antara saya dan pak Albern" Agra berusaha membela diri, karna memang begitu adanya
Kiara bergeming, sama sekali ia tak terpengaruh oleh ucapan Stella, karna Kiara sudah tahu kehidupan di dunia malam yang hanya dijadikan tempat pembuangan saja
"ohya satu lagi, pak Agra memintaku untuk melahirkan penerusnya, dia bilang kalau istrinya tak bisa mengandung anak darah dagingnya" dusta Stella lagi, meskipun memang benar adanya Kiara tak bisa mengandung sekarang ini
dada Kiara tiba tiba sesak mendengar kalimat itu, padahal sedari tadi ia tak ingin menggubris ucapan Stella sama sekali,
membayangkan jika Stella yang akan mengandung anak Agra dan melahirkan keturunannya, sungguh tak bisa Kiara terima
dengan cepat cairan bening meluncur tanpa diminta, Kiara usap kasar dengan bibir yang mulai bergetar
"jangan dengarkan dia sayang" mohon Agra
Kiara bergerak menghampiri berdiri dihadapan Stella, sedetik kemudian
Plaakkk....