Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Bisa Pulang
Part 29
Klik, Kayesa memutar handle pintu kamar mandi. Mata Kayesa terbelalak, dia tertegun sejenak, lalu berjongkok.
"Tuan! Bangun Tuan!" teriak Kayesa.
Dengan perasaan khawatir dan cemas, Kayesa menggoyang tubuh Zafran dengan kedua tangannya. Tubuh Zafran yang basah kuyup, terasa dingin saat Kayesa menyentuhnya.
"Apa Tuan demam," gumam Kayesa meraba dahi Zafran yang juga terasa dingin.
Kayesa kemudian menggosok-gosok telapak tangan Zafran dengan tangannya. Berharap aliran panas menyalur ke tubuh Zafran.
"Ya Tuhan. Bagaimana ini."
"Tuan! Tuan!" Kayesa mulai panik, dia kembali menggoyang-goyang tubuh Zafran.
Sayup Zafran mendengar suara penggilan Kayesa. Dengan sekuat tenaga Zafran berusaha mengerakkan tubuhnya, dia tidak ingin membuat Kayesa panik, karena keadaannya.
"Ayok Zafran bangunlah," batin Zafran menyemangati dirinya, dan berusaha memulihkan kewarasan yang telah memperbudaknya.
Nyut... Terasa berdenyut, kepala Zafran masih terasa pusing dan berat, bahkan dia belum sadar sepenuhnya. Mata Zafran terasa sangat berat, seperti ada benda yang bergelayut di kelopak matanya. Perlahan, tapi pasti, Zafran mulai membuka mata dengan paksa, setengah sadar, dia mengingat kembali apa yang baru terjadi.
"Agghhh." Teriak Zafran kesal, kala teringat perbuatan Alena.
Pandangan mata Zafran yang tadi buram, kini terlihat jelas. Dia berusaha bangkit dengan menumpukan tapak tangan ke keramik, lalu menyeret tubuhnya, agar bisa bersandar di dingding kamar mandi.
"Tuan! Tunggu sebentar," ucap Kayesa, lalu berlari ke luar menuju dapur dan kembali lagi dengan segelas air hangat kuku.
"Minum Tuan, agar Tuan bisa segar kembali," Kayesa menyodorkan bibir gelas ke bibi Zafran.
Dua tegukan air hangat, mampu membuat tenggorokan Zafran terasa lega. Zafran meremas kepalanya yang masih terasa pusing.
"Tuan! Ayok kita pindah ke kamar." Kayesa meraih tangan Zafran, membantunya berdiri. Tapi tubuh Zafran lunglai, saat dia berusaha bangun, dia kembali luruh ke lantai.
"Tuan! Tubuh Tuan lemas sekali."
"Aku lelah dan capek." Gumam Zafran.
"Zafran kecapean pasti karena habis menemani Kiano bermain seharian," batin Kayesa.
Perasaan Kayesa jadi tak nyaman, karena gara-gara menyenangkan anaknya. Zafran mengorbankan kesehatannya. Kayesa jadi merasa bertanggung jawab menjaga Zafran.
Sejatinya Zafran baik-baik saja, kepalanya terasa pusing, karena obat perangsang yang Alena berikan over dosis, efeknya membuat libido Zafran berkali-kali lebih dahsyat dari biasanya. Sementara lawan pemuasnya tidak ada, makanya dia harus bekerja sendiri untuk menyalurkan dan menuntaskan hasratnya yang menggebu. Jadi wajar dia tepar dan kelelahan, karena tenaganya habis terkuras.
Kayesa yang tidak tahu, apa yang sebenarnya terjadi, tentu panik melihat Zafran terkapar di lantai keramik dengan tubuh basah dan menggigil.
"Tuan pasti kelelahan, gara-gara menemani Kiano main." Gumam Kayesa penuh penyesalan, dan meminta maaf pada Zafran.
Mendengar penuturan Kayesa yang lugu dan polos, membuat Zafran tersenyum sendiri. Sudah jadi mak-mak, Kayesa masih terlihat seperti gadis tak tahu hal-hal yang berhubungan dangan obat perangsang dan gejalanya.
"Tolong lepaskan bajuku," ujar Zafran, untuk membuka kancing bajunya saja, Zafran seperti kehilangan tenaga.
Satu persatu Kayesa membuka kancing kemeja Zafran, lalu melepaskan baju dari tubuh Zafran, hingga terbentang dada bidang Zafran. Secepat kilat Kayesa memalingkan wajahnya.
"Kenapa? Apa aku terlihat jelek," ujar Zafran.
Lama bersandar, membuat tenaga Zafran mulai pulih, dia sudah bisa bangun. Walaupun pusing di kepala masih terasa, seraya memegang kepalanya. Zafran meminta Kayesa mengambilkan handuknya yang tergeletak di atas tempat tidur.
Tangan Kayesa menyodor handuk, tanpa membalikkan tubuhnya. Zafran menyambut handuk dari Kayesa.
"Pergilah keluar. Aku bisa ganti sendiri," ujar Zafran.
"Tuan yakin sudah kuat?" tanya Kayesa masih khawatir.
"Iya."
Mendengar jawaban tegas dari Zafran. Kayesa beranjak ke luar dari kamar Zafran. Walaupun hatinya masih merasa was-was, takut terjadi apa-apa dengan Zafran.
Sepeninggalan Kayesa, Zafran melepas semua atributnya yang basah, dengan handuk yang terlilit, Zafran keluar dari kamar mandi, lalu melemparkan tubuhnya di atas kasur.
Pusing di kepalanya semakin berat, untuk memulihkan sakit kepalanya, tak ada obatnya, selain istirahat dan tidur, seraya mendekap kepala dengan kedua tangannya. Zafran memejamkan mata yang memang sudah sangat berat, beberapa detik kemudian dia pun tertidur.
Sementara Kayesa sudah dua puluh menit berada di luar, tidak ada tanda-tanda Zafran keluar kamar. Kayesa menatap jam di layar ponselnya sudah menujukkan pukul dua puluh lewat sepuluh menit.
Dengan perasan cemas. Kayesa beranjak dari duduknya, perlahan berjalan menuju ke arah pintu kamar Zafran. Kayesa mengintip ke dalam kamar.
"Apa! Dia tertidur!" Gumam Kayesa, saat melihat Zafran di atas kasur, tertidur masih dengan menggunakan handuk, terdengar Zafran mengorok.
Melihat Zafran tertidur pulas, Kayesa kembali keluar, duduk di sofa. Seraya menarik nafas panjang, Kayesa menumpukan kepalanya di sandaran kursi sofa.
"Mungkin ku tunggu sebentar lagi," batin Kayesa.
Semenit, lima menit, setengah jam, Kayesa mulai bosan. Dia bangkit dari duduknya, kemudian kembali mengintip ke kamar Zafran.
"Astagfirullah." Kayesa mengucap, kala tanpa sengaja melihat handuk di tubuh Zafran terlepas, hingga sebagian tubuh Zafran terekspos.
Spontan Kayesa menarik diri, dia kembali lagi ke ruang tamu. Duduk sambil menumpukan siku di pada dan kedua tangan ke dagu. Tiba-tiba Kayesa tersenyum, dia menemukan ide cemerlang.
Kayesa mengambil selembar kertas di buku note yang tergeletak di bawa meja sofa. Kemudian matanya liar mencari-cari pena, tapi tidak ketemu.
"Mungkin di tas kerjanya tuan Zafran ada," batin Kayesa, lalu mengmbil tas kerja Zafran.
Perasaan ambigu merasuki jiwa Kayesa, saat tas kerja Zafran sudah berada di depannya. Tangan Kayesa terhenti kala ingin menarik resletingnya.
"Buka tidak," gumam Kayesa.
Keraguan menghantuinya, Kayesa meletakkan kembali tas kerja Zafran ke posisi awal. Tas itu salah satu privasi Zafran, tidak boleh sembarang orang membukanya.
Kayesa kembali duduk di sofa, meraup habis wajah dengan kedua tangannya. Menarik nafas panjang dan menghempaskannya dengan kuat, dia resah, perasaannya tidak karuan, berperang antara terus bertahan di sini atau pergi meninggalkan apartement ini.
Mata Kayesa menatap lembaran kertas di atas sofa, tadi dia berniat menulis pesan di situ, meninggalkannya untuk Zafran. Sambil berpikir bagaimana baiknya, Kayesa meraih tas tangannya, mencari sesuatu yang bisa dijadikannya alat tulis. Tapi hanya ada chager, kabel data, seperangkat make up.
Kembali tatapan Kayesa menuju tas kerja Zafran. Dia berdiri, berjalan ke arah tas itu. Kali ini dengan tekad yang bulat, Kayesa meraih tas kerja Zafran, menarik resletingnya, meraba, mencari sesuatu. Bahkan Kayesa mengeluarkan suruh isinya.
"Miskin sekali tuan Zafran. Pena saja tidak punya," batin Kayesa berputus asa.
"Ya Tuhan! Kenapa aku bodoh sekali." Kayesa menepuk jidatnya dengan kesal.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua puluh satu, lewat empat puluh lima menit. Kayesa meraih tas tangannya, dia memutuskan pulang dan meninggalkan Zafran.
Sebelum keluar dari apartement Zafran. Kayesa yang tadi ingin menulis pesan memo di atas kertas, tapi tak menemukan pena. Sekarang dia mulai menekan keyboard ponsel dan mulai menulis pesan.
(Tuan! Terima kasih untuk semuanya hari ini. Di karenakan Tuan tertidur sangat nyenyak, dan tidak ingin membangunkan tuan. Aku pamit pulang. Maaf ya tuan) pesan pun dikirim Kayesa via whatsapp, sudah terkirim centang dua, tentu saja belum berwarna biru, karena Zafran masih tidur.
Setelah mengirim pesan itu, Kayesa merapikan rambutnya dengan jari, kemudian mencantolkan tas dibahu, dia pun melangkah ke pintu ingin luar. Sekali lagi Kayesa tertegun.
"Aku kan tidak tahu pasword pintu ini. Bagaimana aku bisa keluar," gumam Kayesa, tubuhnya luruh ke lantai karena putus asa. Lama dia terduduk di situ.
"Zafran! Kenapa hidupmu selalu bikin susah aku," gerutu Kayesa sambil bangkit dari duduk dan kembali lagi ke sofa.
Dengan lemas, Kayesa menggulir layar ponselnya, menghapus pesan yang tadi dikirimnya ke Zafran. Kemudian Kayesa menelepon Maeka kalau dia pulang mungkin sangat larut atau mungkin besok pagi.
"Apa Kiano sudah tidur. Mae?" Tanya Kayesa lemah.
"Sudah Nya! Sudah dari tadi tidurnya. Kiano kayak terlalu capek habis bermain, maka tidurnya lebih awal." ucap Maeka.
"Apa tadi dia sempat rewel?"
"Tidak Nya!"
"Syukurlah," ucap Kayesa, lalu menutup panggilan teleponnya.
Seketika terbayang wajah putra kecilnya. Ini pertama kalinya, dia meninggalkan Kiano di malam hari. Walaupun Kiano tidurnya dengan Maeka, biasanya sebelum tidur di dongengkan oleh Kayesa.
"Maafkan bunda ya. Nak!" Guman Kayesa seraya merebahkan tubuh di sofa dengan menumpukan kepalanya di tangan sofa.
Mata Kayesa lurus menatap langit-langit apartement, dia mencoba berpikir dan mengulang kembali apa yang terjadi dengan Zafran.
"Apa tuan Zafran memiliki riwayat penyakit aneh dan bisa kambuh kapan saja," batin Kayesa, teringat lagi dengan jelas, bagaimana Zafran menggigil menahan rasa sakit.
"Semoga saja malam ini, dia tidur sampai pagi dan penyakitnya tidak kambuh," gumam Kayesa seraya merubah posisi tidurnya.
Berkali Kayesa merubah posisinya. Namun, mata yang dipaksanya terpejam, tak juga terlelap. Tubuhnya merasa gerah, walaupun ruangan ber ac. Kayesa merasa tubuhnya sangat tidak nyaman, karena seharian belum mandi dan ganti baju.
"Apa aku bisa tidur dalam keadaan seperti ini," gumam Kayesa, dia pun kembali duduk.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.