Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB TUJUH
"Dia mau ikut ngumpul bareng kita tapi aku gak izinin, makanya dia ngambek." ucap Rudi kesal. "Padahal kita juga kan butuh waktu bersama teman, sahabat, atau siapa pun itu. Dia maunya ikut terus." gerutu Rudi mengeluarkan unek-uneknya.
"Posesif amat cewek kamu Rudi, kalau aku dah ku putusin." ucap Rika enteng. Dia paling anti pacaran kalau terlalu diposesifin - kayak ulat bulu nempel terus. Belum jadi pasangan halal dah berlebihan, pikirnya.
"Setuju." sahut Hasyim. "Baru pacaran dah terlalu posesif itu gak baik. Kita masih punya hak untuk diri sendiri. Kecuali pasangan kita itu wajar lah." jawab Hasyim memberi pendapat.
"Aku juga setuju. Semangat para jomblo." ucap Rika semangat. Dia memang jomblo tapi teman kencannya banyak. Rika hanya menganggap teman padahal teman lelakinya meminta lebih sekedar teman.
"Kamu gimana Hasyim. Mau kuliah ulang gitu maksudnya?" tanya Hera, setelah cukup lama diam dia bersuara kembali.
"Iya. Aku akan ambil jurusan Pertanian sesuai perintah orang tua. Biar mereka bahagia, iya gak? Jadi anak sholeh." jawab Hasyim sambil ketawa seolah bercanda.
"Kamu serius Hasyim? Dari Teknik ke Pertanian?" tanya Hera heran, sampai menggelengkan kepalanya. Padahal bagus jurusan Teknik di Kota M. Karena jurusan itu sangat berpeluang mendapat pekerjaan.
"Iya. Apa sih yang gak buat orang tuaku!" ucapnya serius. Biar gak nyambung, mau gimana lagi? Jalani saja." jawab Hasyim asal. Dia sudah merasa jalan hidupnya hanya untuk diatur orang tuanya jadi jalani saja.
"Kamu kenapa terlalu nurut Hasyim?" tanya Rika heran, dia paling Kepo masalah pribadi sahabatnya tapi bagusnya dia tidak suka menyebarkan kemana pun.
"Ya, supaya jadi anak sholeh Rika." jawabnya santai. "Kalau cita-cita sudah digagalkan oleh orang tua sendiri, sisanya kita jalani saja hidup. Apa yang mereka mau turuti supaya mereka bahagia." jawabnya santai tanpa beban.
Hasyim santai menjalaninya tapi justru Rika yang pusing, baginya cita-cita itu adalah impian berharga bagi seorang anak. Ketika cita-cita bisa diraih maka akan menjadi semangat dalam hidupnya.
"Huft." helaan nafas panjang keluar dari mulut Rika. "Kenapa kamu gak bujuk orang tua kamu Hasyim?" tanya Rika lagi menahan geram. Kok ada orang tua begitu, pikirnya.
"Semua sudah terjadi Rika, dua tahun telah berlalu dengan percuma." Jawab Hasyim santai tanpa beban - dari luar. Entah dalam hati dan pikirannya.
"Setahu aku, dan seingat aku. Waktu kita pulang ujian di SMA dulu, kamu daftar Pilot kan di Kota S. Terus kamu lulus! Setelah itu kamu dilarang sama Tante Setia pergi kesana karena orang tua kamu gak bisa jauh dari kamu, atau kamu gak bisa jauh dari mereka? Karena aku dengar sedikit cerita itu dari ibuku." sahut Hera cepat.
"Iya begitu lah." jawab Hasyim malas membahas yang telah lalu. Toh dia sudah tidak ada lagi kesempatan menjadi pilot, pikirnya.
"Kasihan. Kalau aku diposisimu, aku akan kabur Hasyim." celetuk Rika lagi. Sayang cita-cita yang diimpikan pupus begitu saja. Padahal sudah lulus, tinggal melanjutkan ke tahap selanjutnya.
"Gak mungkin kamu mau kabur kalau dibilangi mau jadi anak durhaka? Bukan hanya ibu yang tidak setuju bahkan ayah juga mendukung. Mereka kompak!" ucap Hasyim lagi.
"Astaghfirullah." Rika yang jarang istigfar langsung nyebut karena herannya. Dia pikir Hasyim tidak lanjut Pilot karena tidak lulus atau tidak mau ternyata larangan orang tua.
Semua menatap pada Rika heran, segitu geramnya hingga beristigfar. Kemudian mereka tertawa bersamaan demi menghilangkan penat.
"Katanya pengen ambil jurusan Keperawatan Rudi, lanjut dikampus ku yuk." ajak Hera mengalihkan pembicaraan. "Biar ada teman pergi dan pulang kampus - nebeng. He-he." imbuhnya.
"Enak ya! Cewek ku gimana?" tanya Rudi yang tidak bisa tanpa cewek.
"Buang saja. Ha-ha-ha." jawab Rika enteng sambil tertawa ngakak. Hasyim dan Hera pun ikut menertawakan Rudi.
"Kalian ini ya! Aku serius tahu. Tidak enak kalau tidak punya cewek." ucapnya santai tanpa beban. Bahkan cewek Rudi yang biasa mentraktirnya, sungguh menggeramkan bukan??
"Terserah deh Rudi." jawab Hera geleng kepalanya. Ada saja tingkah para sahabatnya, pikirnya. "Ayo pulang, dah jam setengah sepuluh nih. Belum lagi diperjalanan.
Cukup lama mereka mengobrol hingga waktunya pulang telah tiba. Hasyim masih ingin berkumpul tapi tidak mungkin bisa lama, pasti akan ditelefon oleh orang tuanya. Akhirnya mereka semua pulang ke rumah masing-masing.
"Hera, kamu sama Hasyim ya? Aku mau dibonceng Rudi." ucap Rika. Mereka tadi berangkat dengan dua motor, Rika bersama Hera, dan Rudi bersama Hasyim.
"Loh kenapa?" tanya Hera heran. Dia bisa bawa motor kalau matic.
"Aku mengantuk nih." ucap Rika beralasan. Rika naik diboncengan Rudi setelah mereka tiba diparkiran, bahkan membayar tukang parkir saja saat diatas motor.
"Kamu ini ya! Gak sopan tahu." tegur Hera, sedang Rika hanya cengengesan tanpa dosa.
"Terima kasih Mbak." ucap tukang parkirnya. Mereka mengangguk dengan senyum lalu pulang. Semenjak ketahuan jika Hera suka dengan Hasyim, dia merasa canggung padahal yang tahu hanya Rika.
Hasyim membonceng Hera dengan kecepatan sedang, sedangkan Rika dan Rudi sedikit membalap supaya cepat sampai.
"Kamu hobby banget balap-balap Rudi." tegur Rika agak kencang.
"Kan katanya ngantuk, makanya aku cepat-cepat." ucap Rudi yang fokus dengan kuda besi roda duanya.
"Ya kan dah gak ngantuk karena kamu balapan begini." ucap Rika asal.
"Okey pelan saja ya!" jawab Rudi memelankan laju kendaraannya hingga mengimbangi Hasyim dan Hera.
"Kalian kenapa? Kayak orang marahan saja." tegur Hera agak keras karena suara kendaraan.
"Dia nih, sudah hilang ngantuknya katanya." sahut Rudi. Motor mereka beriringan dijalanan, untung jalanan tidak macet.
"Iya hilang ngantukku." jawab Rika. Dia merasa bahwa idenya berhasil membohongi Hera supaya mau berboncengan sengan Hasyim. Tetapi niatnya Hasyim murni berteman.
Setibanya di rumah, banyak yang nongkrong di depan rumah Hera. Termasuk ibu Setia dan juga ibu Delima - ibunya Rika.
"Kok rame-rame ada apa ya?" gumam Hera heran. Pasalnya waktu dia tinggalkan rumah tidak ada acara apa pun. Kenapa sekarang ramai? Pikirnya.
"Iya ya. Ibuku juga ada, ibumu juga ada Hasyim. Mamamu tidak ada Rudi." ucap Rika mengabsen ibu-ibu yang kumpul.
"Itu anak-anak sudah pada pulang." ucap ibu Rosita menyambut kedatangan Hera and the gank.
"Lama juga keluar ini." protes ibu Setia. Berdiri hendak pamit pulang.
"Bu, ada apa ramai-ramai?" tanya Hera pada Ibu Rosita pelan.
"Itu, ada yang mau lamaran. Makanya disini kumpul cerita-cerita." jawab Ibu Rosita jujur. Tetangga pada pamit pulang karena sudah pukul 22.00. "Ayo masuk." ajaknya.
"Siapa mau lamaran bu?" Hera bertanya kembali, dia belum dengar siapa yang akan lamaran.
"Kanda Wandi. Tapi belum tahu juga pasti atau tidak. Kalau jadi kami ini diundang suruh mengantar." jawab Ibu jujur. Mereka sudah berada dalam rumah.
Rika dan kawan-kawan sudah pulang ke rumah masing-masing. Waktunya istirahat.
"Sana istirahat. Sudah sholat atau belum?" tanya ibu sambil mengambil minum di meja dapur. Hera mengekor dibelakang ibu Rosita.
"Iya bu. Belum sholat isya, tadi mau mampir di masjid tapi gak jadi karena sekalian pulang." jawabnya.
"Ya sudah sholat dulu baru tidur." perintah ibu menuju ke kamar menyusul sang suami yang duluan masuk.
...----------------...
Ketika sudah membaca karya Hani tentang Terpaksa Menikahi pasti tahu kisah Hasyim meski yang ditampilkan hanya masa perkenalan dengan Hana hingga menikah. Terima kasih yang sudah singgah ☆☆☆☆☆
cocok