NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Berondong Ku.

Di Nafkahi Berondong Ku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tunggu aku.

Akhirnya setelah perjalanan yang lumayan panjang, sampailah Devi dan Devan di sebuah pantai. Devi melonjak girang saat turun dari motor Devan, karena sudah lama sekali dia tak mengunjungi pantai. Terakhir kalinya dia ke pantai adalah saat Ibu nya masih sehat dan suka mengajak Devi jalan-jalan. Walaupun hanya berdua dengan sang Ibu, Devi sudah merasa sangat bahagia.

Ibunya bahkan sudah membuat rencana, saat uangnya terkumpul, dia akan mengajak Devi pergi, menjauh dari Ayah yang suka main kasar. Namun sebelum semua itu tercapai, Ibu malah meninggal dunia karena kecelakaan di jalan saat pulang bekerja.

Devi menangis sampai tiga hari tiga malam saat itu, apalagi ayahnya malah memanfaatkan situasi dengan meminta uang ganti rugi pada si penabrak dan menghabiskan uang tersebut di meja judi.

Jika mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu itu, rasanya Devi ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk melampiaskan rasa marah, sedih dan kecewanya pada hidup ini.

"Kenapa?" Tiba-tiba Devan menatapnya, membuat Devi terkejut.

Devi tersenyum, "kepengen teriak di laut boleh nggak sih?" ucapnya sambil menahan bibirnya yang sedikit bergetar. Bahkan rasanya matanya mulai terasa kabur karena ada air yang menggenang di sana.

Devan menarik tangan Devi lalu mengajaknya mendekati ke bibir pantai.

"Berteriak lah sepuasmu..." ucap Devan sambil melepaskan pegangan tangannya.

Devi berjalan terus menuju air laut yang tak terlihat ujungnya, hingga sebatas lutut. Lalu mengangkat tangannya dan berteriak sekencang-kencangnya. Angin yang begitu kencang dan ombak yang mendebur seakan menelan suara teriakan Devi, sehingga orang-orang yang berada di sekitar pantai tak bisa mendengar dengan jelas teriakan Devi.

Devi menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Rasa sesak yang tadi hinggap di hatinya, kini sudah sedikit berkurang. Devi menoleh dan menatap Devan sambil tersenyum lalu berjalan mendekati bocah tampan yaang sudah menarik hatinya ini.

Devan tersenyum melihat Devi, dia menjulurkan tangannya dan Devi pun meraihnya. Mereka kembali berjalan menyisiri bibir pantai sambil bergandengan tangan. Sesekali ombak kecil menyapu kaki mereka berdua membuat Devi merasa nyaman.

Devi menoleh ke arah Devan yang mengenakan topi dan kaca mata hitam, "dasar artis!" ucapnya sambil terkekeh.

Devan tersenyum sambil menggenggam erat jemari Devi.

Devi mengangkat tangannya yang di genggam Devan, "bisa di jelaskan... kenapa kita harus bergandengan seperti ini?" tanya Devi penasaran. Dia tak mau baper sendiri, tanpa tau apa yang sebenarnya di rasakan Devan padanya.

Devan menghela napas, "nikmati saja moment ini..." ucap Devan. "Dan tetap seperti ini tanpa bertanya sampai umurku cukup pantas untuk menjelaskannya..." ucap Devan sambil memandang langit, enggan menatap Devi.

Devi mengernyit, "Ya udah tau masih di bawah umur, kenapa udah nggak sabar?"

"Tiga tahun itu lama... bisa saja ada orang yang mendekatimu dan kamu dengan entengnya nerima dia!"

Devi mendengus, "nggak mau ah!?" Devi melepaskan pegangan tangan Devan.

"Siapa tau besok ada cowok ganteng nembak aku, sayang kan..." canda Devi sambil menyeringai jahil.

Devan menatap Devi tajam. Giginya mengerat membuat pelipisnya berkedut. Dia tampak marah.

"Nggak boleh!" sentak Devan, sifat kekanak-kanakannya langsung muncul. Hilang sudah kesan dewasa dan keren yang dia jaga sejak tadi.

Devi tergelak lalu berlari kecil meninggalkan Devan. Devan menggeram lalu mengejar Devi. Saat jarak mereka semakin dekat, Devan melingkarkan tangannya di perut Devi, membuat Devi berhenti dari lari kecilnya.

Devan memeluk Devi dari belakang, merapatkan dirinya sambil mengeratkan pelukannya. Dagu Devan menempel di bahu Devi, membuat Devi berdebar tak karuan.

"Pliss... tunggu aku tiga tahun lagi, nanti kita bisa jadi pasangan normal seperti orang-orang..." ucap Devan lirih sambil membenamkan wajahnya di leher Devi.

"Ka-kamu itu kan artis... selama tiga tahun ini siapa yang bisa jamin kamu tetep sama.. bisa saja kamu berubah, kan? siapa tau setelah ini kamu ketemu teman sesama artis yang menarik perhatianmu, ya kan?" ucap Devi lirih, jantungnya sudah berdebar hebat membuat seluruh tubuhnya gemetar karena pelukan Devan yang sangat erat ini.

"Nggak mungkin... aku tau diriku seperti apa," jawab Devan penuh kepastian.

Devi meraih lengan Devan yang melingkar iB perutnya, "kenapa kamu memilihku..." Devi tersenyum masam, "aku kan jelek, nggak cantik udah gitu miskin..."

"Siapa bilang? kamu cantik banget. Sejak pertama kali kita bertemu di rumah, aku langsung kepikiran kamu terus. Wajahmu nggak bisa hilang dalam pikiranku," ucap Devan.

".... " Devi kehabisan kata-kata. Bener ini bocah 15 tahun yang ngomong? kok pinter banget bikin Devi melayang sampai ke langit ke tujuh.

"Ja-jangan bohong, cantik dari mana..." ucap Devi tak percaya. Benarkah dia cantik? selama ini dia tak pernah merasa jika dirinya cantik. Cantik dari mana coba? kulit kuning langsat cenderung gelap, wajah pun kadang kelebihan minyak sampai mengkilap-kilap, lalu badan pun pendek nggak tinggi langsing. Coba definisi cantik dari mana dengan fisik standart begini!

"Senyum kamu cantik, mata kamu cantik, pipi kamu yang kadang merona juga cantik... aku suka..." gumam Devan sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Devi, wajahnya merona malu karena sudah bicara terlalu jujur apa yang ada di hatinya.

Devi tak bisa menahan senyum bahagianya. Dia di bilang cantik secara ugal-ugalan begini, bagaimana nggak meleleh coba. Kayaknya Devan saat dewasa nanti bakalan jadi playboy kelas kakap nih! bahaya! bahaya!

"Dev..."

"Hmmm?" Devi hanya bisa mendesah, terlalu larut dalam dekapan Devan dan rasa bahagia di hatinya.

"Jadi gimana? kamu mau kan?"

Devi mengangguk sambil melipat bibirnya menahan senyum yang selalu ingin mengembangkan lebar di sana.

"Boleh cium pipi?" tanya Devan lirih.

"Nggak!" larang Devi keras. "Semuanya baru boleh di lakukan setelah tiga tahun nanti!"

Devan melepaskan pelukannya lalu menggeser bahu Devi agar mereka bisa saling bertatapan, "semua boleh?" tanyanya dengan wajah yang terlihat bahagia.

".... " Devi terdiam, menyesal dengan ucapannya barusan.

"Mak-maksudku... cium pipi boleh, nanti setelah tiga tahun lagi," Devi nyengir lalu berjalan menjauhi Devan.

"Cium yang lain, boleh juga?" tanya Devan sambil berjalan cepat menyusul Devi.

"Nggak! cuma pipi!"

Devan menggigit bibir bawahnya sambil melirik Devi yang ada di sebelahnya.

"Bocil nggak boleh punya pikiran kotor!" ketus Devi sambil melirik tajam ke arah Devan.

Devan tergelak, lalu menggandeng tangan Devi dan kembali berjalan menyusuri pantai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!