NovelToon NovelToon
Putriku, Ditawan Preman 1M

Putriku, Ditawan Preman 1M

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Pengasuh / Kontras Takdir / Slice of Life
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: Bu Alisa

"Assalamualaikum, ini pak Ahmad. Bapak, anak anda sedang tidak baik-baik saja. Bila anda mau bertemu langsung, dengan anak anda... Serahkan kepada saya 1M secepatnya, jangan banyak alasan. Ketemu di depan gedung Serbaguna"

"Apa! Apa maksud mu! Siapa kau!! "

....

Ahmad Friko, pengusaha sukses setelah ia mengadopsi anak panti asuhan, yang diberi nama Rara, pak Ahmad bekerja dengan serius sampai terkadang lupa dengan kewajibannya untuk mengurus anak. Hingga saat ia bangkrut, ia mendapat pesan dari seseorang bahwa anaknya sedang di sekap, ditawan dan dimintai uang satu milliar, yang jumlahnya tak biasa. Apa yang akan dilakukan Ahmad setelah ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bu Alisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8-Putriku, ditawan preman satu miliar

Selamat membaca kawan-kawan, jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Okey? ᕦ(͡°͜ʖ͡°)ᕤ

.

.

Sudah tiga hari juga, Kiya tak mendapat kabar temannya sama sekali, tak ada izin sekolah maupun kehadiran Rara, biasanya mondar-mandir di kampung ini tapi tak biasanya juga. Kiya melihat rumah Rara ditutup, dikunci, bahkan gerbangnya di gembok dan dikunci. Mungkin Rara keluar pergi kemana, Kiya tak tahu dimana sebenarnya gadis itu pergi. Rara juga tak memberitahunya sama sekali, Kiya harap Rara segera pulang karena Kiya sudah merindukan gadis itu.

Sudah beberapa hari, baru saja belum satu minggu Kiya ingin sekali bermain dengan temannya itu, tapi selalu anak cowok itu menunggu di depan atau di kolong gang, tak ada yang keluar atau masuk ke rumah Rara. Mungkin Rara benar-benar keluar pergi kemana begitu, tanpa anak itu sadari Rara sedang tak baik-baik saja bahkan membutuhkan dirinya yang saat ini sekarat dikurung di dalam kamar.

Kiya kembali pulang, tak menemukan apa-apa. Anak itu akan kembali ke rumah, setelah pulang sekolah dia disini menunggu Rara keluar atau pulang dari luar, tapi tak ada apapun yang Kiya tunggu selama 25 menit itu. Kiya pun terpaksa pulang ke rumah, dan siap-siap untuk shalat dhuhur.

Sepanjang Kiya berjalan, dalam hati anak itu terus berpikir, apalagi memikirkan Rara. "Dia dimana ya... " pikirnya, terus dia ulang-ulang. Tak sengaja Kiya berpapasan dengan Winda, mamanya yang baru saja dari rumah tetangga, berpapasan dengan anaknya. Winda langsung mencekal tangan anak itu, "Kamu habis kemana? "

Kiya sekilas menoleh, kalau ia memberitahu baru saja dimana dirinya berada pasti mamanya marah atau tak suka. "Dari... Em... Aku tadi habis jalan-jalan... "

"Gak ke rumah dia kan! " tanya Winda menatap anaknya sedikit curiga, Kiya menggeleng hanya mamanya saja yang melarang anaknya bermain dengan anak yang orangtuanya benci. Bukan masalah membawa penyakit, tapi Kiya sudah bosan ikut protes pada mamanya yang tak ingin menurut pada dirinya.

Kiya berjalan dahulu, Winda menyusul. "Kalau begitu... Kamu mau gak minum es buah? "

"Ini lho, tadi mama dikasih es buah... "

"Oh." jawab Kiya sekilas, tak minat bicara bahkan menatap mamanya tak mau. Winda langsung merasa bicara dengan batu, "Tapi mau gak? Kalau gak mau, biar mama makan aja sendiri. "

Kiya berhenti berjalan saat keduanya sudah sampai di depan rumah, anak itu tak menoleh sedikitpun atau memberi eskpresi yang membuat Winda puas. "Hm.Makan aja sendiri, Kiya kenyang. " kata anak itu, Winda melotot tak percaya sang anak, anak darah kandung nya sendiri bisa bicara seperti itu padanya. Winda sedikit teringat perkataan dingin anaknya menurun dari siapa, "Persis sekali dengan ayahmu, sampai saat ini. Kalian berdua tak perlu di tes DNA lagi. " ucap Winda ikut masuk ke dalam rumah, mengikuti anaknya yang sudah melepas sepatu dan ditaruhnya di rak.

...

Sindy keluar dari mobil sopir jemputnya setelah ia pulang sekolah, anak itu masuk ke dalam rumah lewat bagasi setelah dibuka pintunya oleh sopir pribadi Sindy. Gadis itu mencopot kerudungnya segera, "Mom! "

"Assalamu'alaikum!! "

"Mom!! " seru Sindy, mengusap wajahnya menggunakan jilbab. Gadis itu menaruh sepatunya di rak kayu, lalu masuk ke dalam melewati kolam ikan dan menemui mom nya yang ada di dapur belakang sendiri, Sindy mengeluh kepanasan. AC dapur langsung Sindy nyalakan untuk memuaskan diri, keringat membasahi wajah Sindy.

"Waalaikumsalam.Sudah pulang? "

"Ayo cepat ganti baju, setelah ini ikut mama. "

Sindy langsung berdiri, mom nya datang dengan daster kuning dan stocking hitam di kedua lengannya. Rupanya mom Sindy habis mencuci baju, terlihat dari mom nya yang basah kuyup. "Yes mom. "

"Kemana? "

"Mau ajak Sindy kemana mom? "

"Siang-siang begini? "

"Ayolah, nanti kamu juga tahu. " ucap mom nya Sindy yang bernama bu Ratih.

Mom Ratih, seorang wanita ibu rumah tangga yang setiap hari hanya di rumah saja. Mereka kaya raya, ya seperti komplek ini yang isinya tempat keluarga kaya, Dad nya Sindy bekerja di perusahaan, dan Sindy sudah terbiasa dijemput setiap hari dengan mobil mewahnya. Sindy terbilang cukup pintar, anak itu suka dengan mata pelajaran bahasa Inggris, dan lancar mengaji. Sindy sering mengikuti mbak-mbak darusan di masjid.

Mom Ratih yang mengajarkan anaknya biasanya, hingga Sindy bisa lancar mengaji ya karena wanita itu. Kini Ratih memasak oseng-oseng tempe, pak Abdul, sopir pribadi rumah ini masuk kedalam melewati belakang. "Nyonya, "

Salam Pak Abdul, sudah tua terbilang orang yang sudah lama bekerja di rumah ini di samping wanita itu. Ratih tersenyum, "Pak silakan duduk, makan dulu pak... "

"Oh.. Terimakasih nyonya, tapi saya sudah kenyang. " jawab Pak Abdul menolak malu. Tetapi Ratih memaksa, bukan namanya sedekah kalau tidak memberi apalagi pak Abdul sudah dianggap keluarga sendiri, rasanya Ratih tak enak kalau tak mengajak pak Abdul sopir mereka selama 6 tahun bekerja disini tidak diajak makan.

"Mom, Sindy mau ke kamar dulu ya. Siap-siap, " ucap Sindy senang, karena dirinya akan di ajak keluar entah jalan-jalan, atau pergi ke tempat apa. Ratih mengangguk, "Ya nak sana, ganti baju cepat ya. Habis ini dad kamu pulang, "

"Nyonya memang mau kemana panas-panas begini? " tanya Pak Abdul penasaran, sambil menyantap masakan sedap majikannya. Ratih menoleh sedikit, "Ini pak, suami saya mengajak saya sama Sindy keluar. Katanya mau ke hotel yang baru dibangun itu lho, "

"Nah suami saya di ajak kesana sama temannya yang mempunyai hotel itu, katanya ada drama kecil-kecilan saat pembukaan... "

"Oh begitu. " angguk pak Abdul mengerti, pria itu menyantap nasi bersama oseng-oseng tempe kecap ke dalam bibirnya yang berkumis tebal. Ratih menaruh beberapa makanan ke dalam wadah bekal, niat wanita itu akan diberikan kepada temannya sekali mampir ke rumah mertua yang tak jauh dari hotel. Wanita itu menoleh sedikit ke arah sopir rumahnya, "Pak, saya boleh minta bantuan sebentar saja. "

"Bapak tolong jaga rumah saya ya selagi saya keluar, saya ada banyak kegiatan, mungkin saya, mas sama Sindy pulang telat. Bapak boleh pulang, tapi tolong rumah digembok ya pak, akhir-akhir ini banyak banget berita maling bobol rumah, "

"Oh siap nyonya, tenang saja. "

"Makasih ya pak.. " ucap Ratih tersenyum hangat. Sindy berlari keluar dari kamarnya, menuju ke mamanya dan menggandeng lengan daster mom nya. "Mom.. Mom.. Sindy sudah siap! " seru Sindy, ia tak pakai jilbab karena musim terlalu panas untuk gadis itu. Ratih menaikkan sebelah alis, "Kok cepet banget, "

"Iya dong hehe. "

"Sindy gitu lho, kan selalu cepet mom. Ayo mom, dad kapan pulangnya? "

"Apa masih lama?? "

Mom Ratih mengangguk tertawa kecil, terhibur dengan anaknya. "Hm, mungkin kurang beberapa menit lagi, tadi dad kamu telepon mom kurang beberapa menit bakal sampe rumah. "

"Yeayy! Keluar... "

"Enak ya mom, Sindy pulang lebih awal, juga di ajak keluar, nanti Sindy beli es cream roll yang viral itu ya mom! "

"Plisss! "

"Boleh.. " jawab Ratih menyanggupi.

"Yeayy! "

"Tapi gak boleh ke mana-mana ya, harus sama mom and dad kalo ke mana-mana... Harus izin sama kita, "

"Oke? "

Sindy mengangguk menyetujui. Keduanya menunggu sang kepala keluarga pulang ke rumah menyusul mereka, Sindy sendiri tak sabar ingin menikmati es cream roll yang viral itu. Hm lidahnya sudah berair sendiri, "Mom... "

"Tadi kata bu guru besok Sindy harus bawa kerajinan mom. "

"Kerajinan? "

"Mendadak sekali, nanti mungkin... Kita pulang malam, "

"Gak papa mom! "

"Besok Sindy libur aja... Hehe... " ucap Sindy sambil melet usil, Ratih meletakkan kotak makanan ke dalam wadah kantung cokelat yang sudah di siapkan, lalu merangkul Sindy untuk keluar dapur. Ratih membawa kantung berisi makanan buatannya ke ruang tamu, di sepanjang jalan Sindy bahagia sendiri.

"Gak apa sayang, "

"Kamu juga kan capek habis perjalanan. Tak usah masuk sehari juga gak masalah buat mom. "

"Yeayy!!! Thankyou mom!! " seru Sindy bahagia memeluk leher mom nya erat. Ratih ikut bahagia anaknya bahagia, saat pelukan Sindy dilepaskan Ratih sedikit menghela nafas. "Tapi ada satu tugas yang harus kamu kerjakan, tolong ya nak... Antarkan cookies ini ke rumah Kiya.. "

Sindy terdiam, melihat sebungkus cookies buatan mom nya kemarin masih ada sisa. Sindy sedikit menggembungkan pipi, "Buat apa mom? Kiya aja gak pernah ngelihat Sindy! " seru Sindy mengalihkan wajah, tak mau memberikan kue itu ke rumah tetangganya.

Ratih kaget dengan reaksi anaknya. Padahal hubungan Ratih dengan mba Winda sangat baik, sebelumnya kedua anak mereka saat balita juga sama-sama berhubung dekat. Tapi mengapa anaknya seperti ini? Ratih khawatir sendiri, memegang kedua lengan anaknya pelan. "Ada apa sayang? Apa Kiya nakal sama kamu? "

"Not mom, but... " ucap Sindy terjeda, tak tau harus berbicara darimana. Gadis itu takut kalau mom nya tahu dia tak menyukai Rara disekolah, Rara bau, menyebalkan, semua itu sebutan khas yang selalu Sindy lontarkan. Sindy pokoknya tak mau mengantarkan cookies yang dibuat mom nya tanpa alasan. "Hm. Pokoknya Sindy gak mau! "

"Gak apa sayang, gak perlu Kiya yang nerima... Kan ada tante Winda, " ucap Ratih membujuk, tetap saja Sindy tak ingin melakukan perintah mom nya, karena perkataan Kiya beberapa hari yang lalu yang membuat Sindy tak lagi menggoda atau mendekati Kiya, malah Sindy benci kepada Kiya karena telah merusak hati manis kecilnya itu.

"Ya sudah kalau kamu tak mau. Biar mom saja yang antarkan ya, kamu di rumah baik-baik, kalau ada apa-apa minta bantuan ke pak Abdul. Oke? "

Sindy mengangguk tanpa banyak alasan. Lalu gadis itu melihat kepergian mom nya yang terpaksa mengantarkan kue sendiri keluar, Sindy tak merasa bersalah sama sekali, karena gadis itu hanya mementingkan egonya saja.

Ratih menghela nafas lelah, heran dengan sifat anaknya. Huh~heran dengan sifat anak-anak zaman sekarang seperti ini semua, penuh kebingungan Ratih langsung memencet bel rumah mba Winda. Ting-tong, tak berselang lama pintu rumah dibuka Kiya.

Ratih tersenyum melihat kehadiran anak itu, "Ini... " saat Ratih akan memberikan kue nya pada anak itu, malah yang dipanggil mamanya, Kiya masuk ke dalam kembali memanggil mbak Winda membuat Ratih sedikit kecewa. Winda yang mendengar Ratih, tetangga sebelahnya datang menemui segera keluar, gelagapan dengan jilbabnya. "Eh mbak Ratih... "

"Assalamu'alaikum mbak Winda.. "

"Bagaimana kabarnya mbak, lama ya kita tidak bicara... " seru Ratih saat Winda dengan cekatan membukakan gerbang, Ratih dipersilakan masuk kedalam. Tapi dia juga tak punya waktu banyak, karena ia akan keluar. "Mbak... "

"Wah, waalaikumsalam... Alhamdulillah mbak, saya baik-baik saja. Eh benar juga ya, kita lama gak ngobrol, jadi kangen... Padahal baru beberapa hari saja ya, memang kita itu bagai saudara di belah pinang.. " basa-basi Winda menerima pemberian Ratih yang langsung diterima.

Ratih mengangguk kecil, tersenyum senang dihadapan Winda. "Alhamdulillah, saya juga senang mendengarnya mbak. Eh, bagaimana Kiya? "

"Dia... Makannya udah banyak? "

"Oh kalau itu.. " Winda mendekat untuk berbisik, "Masih susah, tapi Kiya sekarang alhamdulillah mau makan walau porsi nya sedikit, bagaimana Sindy? "

"Apa dia selalu mengajak Kiya anak saya main? "

Tanya Winda antusias, tak melarang anaknya bermain dengan Sindy karena telah percaya dengan tetangga sebelahnya. Sedangkan tak bisa menghindar dari kenyataan bahwa anaknya lebih suka bermain bersama Rara, si anak kumel yang ada di ujung komplek sana. Winda heran, tapi yah bagaimana lagi. Untung saja beberapa hari ini Rara tak muncul lagi, Winda berharap anak itu tak usah muncul selamanya sekalian.

"Yah begitu lah... Pasti dong mbak Winda, Kiya kan selalu bermain sama Sindy, Sindy suka ngajak Kiya juga. Tapi... "

"Kenapa tiba-tiba ya, Sindy menjauhi Kiya? "

"Apa! " kaget Winda sengaja mengeraskan suara, terkaget-kaget dengan ucapan yang Ratih sampaikan pada wanita itu. "Memang... Memang kenapa bisa begitu? " tanya Winda penasaran, sekaligus menggenggam tangan erat karena anaknya tak bisa merubah sifat sama sekali.

Winda mengumpat dalam dada, "Maaf banget lho mbak Ratih, kalau anak saya sering begitu. Sama persis seperti ayahnya, heran saya. "

"Tapi nanti saya marahi saja dia, suruh minta maaf ke Sindy kalau bisa sujud lima puluh kali! " seru Winda terdengar kasar. Ratih langsung menggeleng resah dengan perlakuan wanita itu pada anaknya, "Tak perlu mbak, tak apa. "

"Namanya juga anak-anak, biasa bertengkar juga biasa tenang lagi. Maklum lah, nanti pasti Sindy baikan lagi, marahnya mesti ngilang kemana gituh. Kiya pasti di ajak main lagi... "

"Gak apa mbak, mereka masih kecil. Jangan terlalu memaksa mereka begitu, kalau mbak seperti ini kepada anak mbak, pasti mbak lah yang malah gak disukai anak mbak karena kita sebagai orang tua harusnya mendidik, bukan memberikan ajaran negatif. "

Winda mendadak kaku, dirinya sama sekali tak bisa berucap pada ceramah mbak Ratih yang tiba-tiba, dan mengangguk saja menuruti. "Em... Benar juga mbak... Hehe maaf ya mbak, gak bakal saya ulangi. "

"Dan ini kue nya makasih lho mbak, makasih banget... Saya gak tahu harus bilang bagaimana, "

"Iya sama-sama, mari mbak "

Ucap Ratih akan pergi dari rumah Winda karena suaminya sudah di depan gerbang sana menunggu dirinya. Winda mengangguk, "Ya mbak, saya juga sama-sama. Btw mau kemana ini mbak? "

"Kesannya terburu-buru gitu? "

"Oh iya saya mau keluar, mungkin saya juga pulang malam. Tolong beritahu ke Kiya ya buat titip izin Sindy tidak masuk ke sekolah besok, "

"Owalah, ya mbak. "

Keduanya saling melambaikan tangan, anaknya sudah menunggu dari depan gerbang sana, mereka bertiga serasa keluarga bahagia dari balik gerbang rumah Winda yang sedikit menatap iri melihat ketiganya sering keluar ke mana-mana,

"Weh.. Enak sekali itu ya, bisa banget Holiday ke mana-mana, andai itu gue. Hm, sekomplek gempar lihat gue sekeluarga liburan di

hawai. "

Ucap Winda tak menyadari bahwa ucapannya adalah rasa cemburu. Wanita itu masuk ke dalam rumah mengabaikan ketiganya yang bercanda gurau, sebelum Ratih masuk ke dalam rumah untuk berganti baju.

Winda ikut berkata, "Senang banget kayaknya... "

Bersambung...

1
Joshou
hello guys
Joshou
hello guys tinggalkan komentar ya
Joshou
hei kamu udah like dan sucribe belum!
Joshou
kurang apa lagi coba
Joshou
Hai guys ramein dong
Joshou
udah jangan nangis, orang masih manusia
Joshou
Ahmad mengira dirinya main utama
Joshou
Kok ngilang ya yang bawah sendir8
Joshou
siapa yang kesel?
Joshou
hello Hai ga
Joshou
hello hai
Joshou
hello
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!