NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Ibu Tiri Kejam

Suami Pilihan Ibu Tiri Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: eilha rahmah

Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis jelita bernama Alea, yang kehilangan kebahagiaan semenjak kepergian ibundanya

Hingga ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang janda dengan harapan mengembalikan semangat hidup putri tersayangnya

Namun alih-alih mendapat kebahagiaan dan kasih sayang seorang ibu, hidup Alea semakin rumit karena dia dipaksa oleh ibu tirinya menikahi seorang pria dingin di umurnya yang masih belia

Akankah Alea bisa menemukan kebahagiaannya bersama suami pilihan ibu tirinya yang kejam?

Yuk... Simak terus cerita hidup Alea...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eilha rahmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8

Malam mulai menjelang, sejak tadi hujan turun begitu deras, angin berhembus kesana kemari membuat gemerisik pohon kian terdengar ramai di telinga.

Setelah insiden dirinya yang hampir diperkosa Mahesa tadi siang, Alea memutuskan untuk mengurung diri di dalam kamar, dia mogok makan dan tidak melakukan apapun.

Dalam hatinya masih berkecamuk rasa marah dan benci yang dia rasakan untuk Mahesa. Ponsel yang dia miliki sudah hancur berkeping-keping akibat emosi Mahesa yang kian meledak. Dan sekarang tidak ada tempat bagi dia untuk mengadu, selain Bik Jum yang sejak tadi merayu Alea untuk makan meski sesuap saja.

Cklek

Terdengar suara gagang pintu yang di buka, terlihat Mahesa sedang berdiri disana menatap Alea dengan kedua mata elangnya. Bik Jum yang sedang duduk di samping Alea merasa sungkan. Bik Jum beranjak dari tempat duduknya, kemudian pamit undur diri membiarkan Mahesa dan Alea berdua saja di dalam kamar.

Bik Mar dan Bik Ratih yang sejak tadi menunggu di bawah sedikit terlihat panik saat melihat Bik Jum turun dengan tergesa-gesa.

"Ada apa?" Tanya Bik Mar panik

"Den Hesa masuk ke kamar, jadi aku tinggal turun. Aku sungkan soalnya" Bik Jum menjawab dengan tak kalah paniknya.

"Apa gak papa di biarin berdua saja?" tanya Bik Mar lagi.

"Gak papa, Den Hesa meskipun kasar tidak mungkin menyakiti perempuan, apalagi itu istrinya" Tukas Bik Ratih menenangkan kedua rekannya itu.

"Lha wong tadi aja Mbak Lea hampir di perkosa loh" Bik Mar menimpali lagi.

"Heh... Lha wong itu istrinya loh, ya biarin aja" Ucap Bik Ratih sedikit kesal.

Mereka bertiga heboh dengan ghibahan mereka tentang kedua majikannya itu.

.

Sedangkan di dalam kamar Mahesa duduk di kursi samping ranjang berukuran jumbo itu. Dia menatap Alea lekat-lekat, Alea yang ditatap hanya diam saja tak bergeming sedikitpun. Tatapan matanya kosong memandang lurus ke arah balkon kamar.

Mahesa dengan lembut membelai rambut Alea yang terlihat sedikit berantakan. "Kau tahu sayang, sejak aku kecil tidak pernah ada yang bisa menentang apa yang menjadi keinginanku" Ucap Mahesa. Tangannya menarik dagu Alea dengan cukup kasar mendekatkan wajah Alea pada wajahnya.

Alea sedikit gemetar melihat sorot mata tajam Mahesa, yang kini benar-benar ada di depannya. Mahesa menyeringai.

"Apa kau takut sekarang?” Mahesa berhenti sejenak lalu mendekatkan bibirnya hendak mencium bibir Alea. Namun Alea dengan sangat berani melayangkan tangannya tepat di pipi Mahesa.

PLAK!!

Mahesa sedikit terkejut dengan tamparan yang baru saja dia terima. Dia tertawa kecil, lalu menjambak kasar rambut Alea.

Alea terpekik kesakitan, butiran-butiran air mata jatuh mengaliri pipinya. "Tentu saja aku salah. Kamu satu-satunya orang paling unik yang pernah aku temui, wanita ringkih sepertimu tidak mengenal rasa takut sama sekali"

Alea yang menahan sakit di kulit kepalanya berusaha melepaskan cengkraman tangan Mahesa pada rambutnya.

"Apa kau pikir aku gemetar karena ketakutan? Kau salah besar! Aku gemetar karena menahan kebencianku padamu" Alea berkata dengan suara pelan. Tatapan matanya menyiratkan kebencian yang begitu besar pada Mahesa.

Mahesa tertawa, "Bagus kalau begitu, kita lihat saja nanti, kau sendiri yang akan bertekuk lutut padaku" Mahesa melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar, membuat Alea terjerembab kebelakang.

Alea meringis kesakitan, kulit kepalanya terasa sakit luar biasa. Dia berusaha sekuat tenaga menahan agar tangisnya tidak pecah dihadapan laki-laki yang sangat dia benci itu.

Mahesa beranjak pergi, meninggalkan Alea sendiri di kamarnya tanpa sepatah katapun. Sedangkan Alea yang sudah tidak mampu menahan air matanya, kini akhirnya pecah.

Bik Jum, Bik Ratih dan Bik Mar yang melihat Mahesa keluar dari kamar utama, sepakat untuk mengecek keadaan Alea saat itu juga. Mahesa menyadari kelakuan ketiga pembantunya itu namun dia diam saja, seakan tidak peduli dengan tingkah mereka bertiga.

Tok!

Tok!

Tok!

"Mbak..." Bik Jum mengetuk pintu sembari memanggil-mangil nama Alea.

Namun bukan jawaban yang mereka dapatkan, melainkan isak tangis yang berasal dari dalam kamar. Mereka sangat khawatir dengan keadaan Alea, jadi mereka memutuskan untuk langsung masuk saja, meski tanpa ada persetujuan dari Alea.

Alea menangis sejadi-jadinya dipelukan Bik Jum, dan mereka mendengarkan semua cerita Alea dengan seksama. Mereka begitu prihatin tak menyangka Mahesa akan berbuat begitu kasar pada Alea.

.

Sedangkan Mahesa yang sedang tersulut emosinya, segera menginjak gas mobil sport warna hitamnya, entah mau kemana dia malam-malam begini. Dia juga menolak ketika Pak Mamat menawarkan untuk mengantarnya. Dia lebih memilih untuk berkendara seorang diri.

Malam itu Mahesa memutuskan pergi kesebuah bar untuk menenangkan diri. Pikirannya sedang kalut memikirkan bagaimana caranya menakhlukkan sifat congkak yang ada di hati istrinya itu.

Namun sayangnya bukannya tenang, dia malah terlibat perkelahian dengan seseorang yang tidak sengaja tersenggol olehnya. Pria itu nampaknya sedang mabuk. Mahesa yang awalnya bersikap santai dan hendak meminta maaf malah di pukul terlebih dahulu di area wajahnya.

Mahesa yang sudah lama memendam emosi tak tinggal diam, dia membalas memukuli habis pria itu. Menumpahkan segala kekesalan dan emosi yang sudah memuncak sejak dari rumah tadi. Untungnya beberapa orang disana berinisiatif melerai perkelahian itu. Jika tidak, bisa saja pria mabuk itu tewas di tangan Mahesa.

Mahesa pulang dini hari. Dengan langkah sempoyongan dia masuk kedalam rumah, sudut bibirnya terlihat robek dan mengeluarkan sedikit darah. Bik Ratih yang sejak tadi menunggu kedatangan Mahesa, langsung berlari menghampiri dengan raut wajah panik.

"Ini kenapa Den?" Tanya Bik Ratih sembari memapah tubuh Mahesa untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Gak papa Bik, tadi cuma ada sedikit salah paham" Ucap Mahesa.

Bik Ratih menghela nafas, seakan sudah mengerti bagaimana sifat majikannya itu. Bik Ratih kemudian berinisiatif mengambil air es untuk mengompres luka lebam di bibir Mahesa.

"Alea bagaimana Bik?" Tanya Mahesa, matanya terpejam sedangkan tubuhnya disandarkan sepenuhnya di sandaran sofa.

"Mbak Lea sudah tidur Den. Sejak tadi dia tidak makan sama sekali" Ucap Bik Ratih sambil terus mengompres bibir Mahesa. "Ada apa sebenarnya Den? Maaf jika Bibik lancang. Setahu saya Aden tidak pernah sama sekali kasar pada perempuan" Imbuh Bik Ratih.

Mahesa hanya menghela nafas panjang, dia sendiri bingung dengan apa yang sedang dia rasakan. Kekalutan yang ada di benaknya seakan buntu tak menemukan jalan keluarnya.

"Aku menyukainya Bik" Mahesa tersenyum getir, ada rasa sakit yang tiba-tiba menusuk ulu hatinya.

Bik Ratih tersenyum mengerti. Dia sangat mengerti seperti apa sifat Mahesa. Bagi Bik Ratih Mahesa sudah seperti anaknya sendiri, karena sejak kecil Bik Ratih lah yang mengasuh Mahesa.

"Kalau cinta, kenapa malah dikasarin Den?" Tanya Bik Ratih penuh selidik.

Mahesa tidak menjawab, dia menoleh kearah Bik Ratih. Dia kebingungan tak menemukan alasan.

"Karena Aden belum bisa mengendalikan sifat angkuh Mbak Lea, atau Aden merasa kalau Mbak Lea belum seutuhnya jadi milik Aden?" Bik Ratih tersenyum memandang Mahesa. Dengan lemah lembut Bik Ratih kembali mengompres luka di bibir Mahesa.

Bik Ratih membiarkan Mahesa bertarung merawan pikirannya sendiri. Membiarkan dia memikirkan apa yang sudah dia perbuat. Mahesa memejamkan matanya, dia selalu merasa nyaman berada di samping Ibu Asuhnya itu.

.

.

1
eilha rahmah
bagus
Ikramina Taufik
Luar biasa
Aini~
Gak nyangka Dimas masih setia berharap sama Alea, gak kebayang gimana sakitnya di tinggal pacar kawin...
Aini~
wadaw... CLBK
Aini~
akhirnya ira pergi juga, jangan pernah ada tempat untuk orang ke 3 😅😅
Aini~
akhirnya up lagi setelah sekian purnama 🤭🤭
Gracia Grace
Luar biasa
Aini~
Mahesaa kereen bangettt... awalnya sempet kecewa, tapi syukurlah dia tetap setia pada Alea...
Jihan Hwang
hai aku mampir thor... mampir juga dinovelku yuk/Smile//Good/
eilha rahmah: siaap kak😘
total 1 replies
Aini~
bener bener nih si Hesa
Aini~
eh...eh... sapee nih??
Aini~
Ya ampun... parah nih si Hesa /Facepalm//Facepalm/
eilha rahmah
jangan syok ya kak
Aini~
buju busyeeetttt /Gosh//Gosh//Gosh/
Aini~
ya ampun... dibungkus om om berduit🤣🤣
tapi gapapalah, kan suami sendiri 🤭🤭
Musha
ceritanya jadi to the point, gak bertele2 seperti kemarin...
joss banget ceritanya /Drool//Drool/
Aini~
kalau kamu cinta kenapa Alea sampe kamu jambak2 segala? cintamu terlalu memaksa Hesa
Aini~
cemburu sma pak muji...Astagahhhhhh
eilha rahmah: /Facepalm/ dari dulu kemana aja si Lea ini
total 1 replies
Aini~
ah alesaannn... bilang aja kangen
Aini~
duh, dilihat suami dewek mah gak usah malu Leaa🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!