Lana, seorang gadis yang tumbuh dalam pengabaian orangtua dan terluka oleh cinta, harus berjuang bangkit dari kepedihan, belajar memaafkan dan menemukan kembali kepercayaan pada cinta sejati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidya Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 32 Ada Apa dengan Sakha ? Part 1
Di saat Lana dan Putra berbincang, keduanya sama sekali tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang sejak tadi terus memperhatikan.
Kedua mata itu terus menatap hingga hampir tak berkedip. Memastikan kalau apa yang dilihatnya salah.
"Nanti kuhubungi lagi, aku sedang bertemu ayah."
Pesan singkat dari Lana padanya yang ia kirimkan sekitar 30 menit yang lalu, dibacanya berulang.
Ia yakin tak salah membaca dan kini entah kebetulan atau bagaimana, saat ia menjemput neneknya dari salah satu butik yang ada di mall tersebut, langkahnya sontak berhenti.
Lana, ekspresi gadis itu kentara sekali bahagia. Tersenyum dengan binar di matanya saat berbicara dengan pria yang berusia sekitar 40 tahunan. Gadis itu bahkan tidak sempat menyentuh makanannya karena fokusnya hanya pada pria itu, seolah tak ingin terlewat merekam setiap ekspresi dan gerakannya.
Siapa pria itu?
Benarkah ia..adalah ayah kandung Lana?
...---------...
Sakha duduk di kursi mobil di bagian belakang, tepatnya di samping neneknya yang kelelahan dan mulai memejamkan matanya.
Pemuda itu masih berusaha menetralkan deru nafasnya. Berkali-kali meyakinkan diri kalau mungkin mereka tidak memiliki hubungan apapun. Namun sorot mata gadis itu tidak pernah berbohong, tatapan Lana yang penuh kerinduan membuktikan kalau pria itu adalah orang yang berharga untuk seorang Alana.
Jika benar pria itu adalah dia.
Tamatlah.
Sakha mendesis.
"Pria brengsek!"
"Kenapa harus Lana...gadis yang bahkan sudah membuatnya jatuh cinta."
"Apakah takdir memang selalu mempermainkan manusia?"
"Sial!"
...-----------...
Lana termenung sejak tadi, sesekali ia menoleh ke belakang melirik Sakha yang masih terlihat serius membaca.
"Ada apa dengannya? Kenapa aku merasa dia mendiamkanku?" pikir Lana.
Tak lama, ia mengenyahkan pikiran tersebut. Mungkin saja itu hanya pikiran buruknya sendiri. Pemuda yang sejak kemarin tampak lebih pendiam itu, bisa saja sedang memiliki masalah yang ingin disimpannya sendiri atau memang ia sedang bad mood saja.
"Sebaiknya aku tidak mengganggunya."
Walaupun merasa tidak nyaman, tapi Lana akan mencoba memberi ruang pada Sakha.
Jika tidak salah ingat, terakhir ia dan Sakha berbicara adalah di hari Minggu, itupun hanya lewat chat.
Sakha sedang menemani neneknya berbelanja dan Lana memberitahu pemuda itu kalau ia sedang bersama ayahnya di sebuah restoran. Setelahnya, pemuda itu tidak membalas chat nya lagi.
...--------...
Jam pelajaran sekolah telah berakhir, beberapa anak berhamburan keluar kelas begitupun juga siswa dan siswi di kelas Lana.
Gadis itu langsung memasukan alat tulis nya ke dalam ransel dan bersiap pulang. Saat ia berbalik untuk meraih ransel yang dikaitkan ke punggung kursi, dari sudut matanya, Lana bisa melihat kalau Sakha bangkit dan melangkah tenang dari bangkunya.
Lana menunggu Sakha melewatinya, ia akan mengajak bicara pemuda itu sembari mereka berjalan keluar.
Ia bersiap membuka mulutnya untuk memanggil Sakha.
Namun pemuda itu, tanpa sedikitpun menoleh padanya, berlalu begitu saja melewati Lana. Meninggalkan gadis itu yang hanya bisa ternganga.
"La.." panggilan Dilla menyadarkannya.
"Hm?"
Gadis itu menoleh dengan linglung.
"Kalian lagi berantem ya?"
"Siapa?"
"Kamu dan Sakha."
Lana hanya mengedikan bahunya. Ia pun tidak mengerti pada perubahan Sakha padanya. Sejak beberapa hari lalu, pemuda itu seolah mengabaikannya. Ia terus memikirkan kesalahan yang mungkin tidak sengaja ia lakukan pada Sakha dan membuatnya marah. Tapi, dipikirkan sebanyak apapun, Lana masih tidak menemukan jawabannya.
tak bapak tak ibu sama aja dua duanya jahat sama anak sendiri