Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
Setelah mendengar hal itu, Faiz pun menatap lekat wajah cantik Afra. "Apa yang sedang kamu pikirkan? Kenapa dengan mudahnya kamu menyuruhku untuk mengakhiri pernikahan kita yang baru saja terjadi? apa karena ini pernikahan siri, jadi kamu anggap hubungan kita ini cuma main-main?" tanya Faiz.
"Bukan itu Gus, saya tidak pernah meremehkan hubungan kita meskipun hanya pernikahan siri, tapi saya tidak mau Gus Faiz terjebak dalam pernikahan ini apalagi semua ini terjadi karena saya dan keluarga saya. Saya yang paling bertanggungjawab atas semua yang terjadi," ucap Afra.
"Kamu tau, aku mengucapkan ijab kabul dengan begitu lantang dan mantap tanpa keraguan sedikitpun karena aku yakin dengan pilihanku, aku memilihmu sebagai istri dan menikah denganmu bukan karena terpaksa seperti yang kamu pikirkan sekarang," ucap Faiz dengan tegas.
"Tapi, seharusnya Gus Faiz bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik," ucap Afra.
"Siapa? jodoh itu tidak ada yang tau, aku memilihmu karena aku yakin kamu jodohku. Apa kamu lupa soal ajakan aku untuk saling mengenal? ini adalah kesempatan untukku dan ternyata Allah memberi jalan. Kita saling belajar ya di pernikahan ini, kalau aku ada salah kamu bilang begitupun aku yang bakal bilang kalau kamu ada salah," ucap Faiz.
Seharusnya Afra tau jika Faiz sengaja menyetujui semua ini agar ia bisa menikah dengan Afra, meskipun pada awalnya niat Faiz ke rumah Afra hanya untuk memastikan secara langsung tentang keputusan Afra yang menolaknya, namun Allah justru memberikan kejutan yang sangat membahagiakan bagi Faiz dan ia tidak akan menyia-nyiakannya.
"Maaf, Gus. Saya terlalu tidak percaya diri bersanding di samping Gus Faiz," ucap Afra.
"Kenapa tidak percaya diri? apa karena masalah status, kita semua sama dihadapan Allah," ucap Faiz.
"Jadi, mau belajar dari awal?" tanya Faiz.
"Iya, Gus," jawab Afra.
"Alhamdulillah, kalau gitu secepatnya kita daftar isbat nikah ya biar pernikahan kita diakui negara," ucap Faiz.
"Iya, Gus," jawab Afra.
"Jangan panggil Gus, kamu itu sekarang istriku. Panggil Mas saja bisa," ucap Faiz.
"I-iya, Mas," ucap Afra.
"Itu lebih baik, terus kamu juga jangan panggil Bu Nyai sama Pak Kyai ya, panggil Umi sama Abi. Panggil Kak Hira sama Bang Ilham," ucap Faiz.
"Iya, Gus," jawab Afra.
"Kok Gus lagi," tegur Faiz.
"Astaghfirullah, lupa Mas," ucap Afra.
"Yaudah, sekarang kamu tidur karena besok kita akan pulang ke kotaku," ucap Faiz.
"Maksudnya?" tanya Afra.
"Aku udah minta izin ke Ayah buat bawa kamu pulang ke rumahku yang ada di kota B dan Ayah setuju," ucap Faiz.
"Kenapa Mas Faiz gak bilang dulu sama Afra soal itu?" tanya Afra.
"Aku mau bilang, terus Ayah yang bilang buat kasih tau kamu besok aja. Tapi, aku gak tenang makanya aku bilang sama kamu sekarang, kamu gak mau ikut? kalau kamu masih mau disini gapapa, aku juga bakal tetap disini sampai kamu siap untuk pulang sama aku," ucap Faiz.
"Astaghfirullah, maaf Mas. Bukan berarti Afra gak setuju, tapi Afra kaget aja karena Mas udah punya keputusan itu tanpa bilang ke Afra," ucap Afra.
"Maaf, harusnya tadi aku langsung bilang," ucap Faiz.
"Mas gak salah kok, kalau begitu Afra ngikut Mas Faiz aja," ucap Afra.
"Alhamdulillah, maaf ya karena harus memisahkan kamu sama keluarga kamu," ucap Faiz.
"Mas Faiz sekarang kan juga keluarga Afra," ucap Afra dan diangguki Faiz.
Malam pun semakin larut, Faiz dan Afra pun larut dalam obrolan hingga kantuk menerpa keduanya. Suasana kamar hening hingga mata tidak mampu lagi terbuka dengan sempurna dan akhirnya Afra pun memejamkan matanya dan tertidur pulas, Faiz yang melihat Afra disampingnya pun tersenyum lalu mengikuti Afra menuju alam mimpi.
Dini hari, Afra terbangun ketika mendapati sebuah tangan kokoh dan dingin menerpa kulitnya hangat, Afra membuka matanya dan mendapati Faiz disampingnya.
"Ayo bangun, kita sholat subuh," ucap Faiz.
"Afra lagi datang bulan Mas," gumam Afra yang masih setengah sadar.
"Yasudah, kalau gitu kamu tidur lagi aja ya," ucap Faiz dan diangguki Afra lalu Afra pun kembali mengeratkan selimutnya
Faiz yang melihat hal tersebut pun tersenyum lalu membenarkan posisi selimut Afra agar sang istri tidak kedinginan, setelah itu Faiz kembali mengambil air wudhu dimana sebelumnya Faiz sudah sholat malam dan saat ini ia akan sholat subuh.
Setelah sholat subuh pun Faiz tidak diam saja atau tidur kembali, Faiz memilih membaca ayat-ayat suci alquran hingga pagi, lalu Faiz menyelesaikan bacaannya ketika melihat Afra yang bergerak perlahan hingga bangun, Faiz segera menyimpan alquran milik Afra dan menghampiri Afra.
"Udah bangun, tidur lagi aja gapapa. Ini masih pagi juga," ucap Faiz.
"Jam berapa?" tanya Afra.
"Jam setengah 6," ucap Faiz lalu membelai pipi Afra.
"Kita pulangnya jam berapa memangnya Mas?" tanya Afra.
"Nanti jam 8 kita berangkat dari hotel, berarti jam setengah 8 nanti kita berangkat dari sini," ucap Faiz.
"Yasudah kalau gitu, aku siapin barang-barang aja ya Mas," ucap Afra.
"Iya, Mas bantu," ucap Faiz.
Afra bangun dari tidurnya lalu merapikan kasurnya dan mulai menata pakaian yang akan ia bawa dan tentunya di bantu Faiz, meskipun Afra menolaknya. Namun, Faiz tetap keras kepala ingin membantu Afra hingga akhirnya pakaian Afra pun sudah rapi di totebag.
Setelah itu, mereka berdua bersiap-siap. Ketika Faiz tengah bersiap-siap, Afra bertemu Ibu Mila dan Ayah Amar yang berada di ruang tamu.
"Ayah, maafin Afra ya karena selama ini jadi beban buat Ayah," ucap Afra.
"Kamu bukan beban Afra, justru Ayah yang minta maaf karena belum bisa bahagiain kamu," ucap Ayah Amar.
"Afra bahagia sama Ayah, Afra mau pamit karena mau ikut Mas Faiz yang sekarang udah jadi suami Afra," ucap Afra.
"Ikuti apa kata suami kamu, jangan melawan sama suami kamu kecuali dalam keadaan mendesak. Kalau kamu gak kuat disana, kamu hubungi Ayah ya," ucap Ayah Amar dan diangguki Afra.
Afra melihat kearah Ibu Mila yang juga melihatnya laku Afra menghela napas panjang, "Bu, maafin Afra karena selama ini sudah melawan perkataan Ibu, Afra mau minta maaf atas semua kesalahan yang Afra buat ke Ibu," ucap Afra.
"Bagus deh kalau kamu sadar," ucap Ibu Mila.
"Bu," tegur Ayah Amar.
"Apa?" tanya Ibu Mila galak.
"Iya, Afra sadar kalau Afra sudah banyak salah sama Ibu. Tapi, Ibu juga harus sadar kalau Ibu banyak banget kesalahannya sama keluarga ini, mulai sekarang Afra gak akan bantu Ibu lagi soal uang. Kalaupun Afra dapat uang, Afra akan mengirimkannya ke Ayah karena Afra sudah tidak percaya sama Ibu lagi," ucap Afra.
"Kok gitu?" tanya Ibu Afra yang tidak setuju.
"Agar Ibu tidak menggunakan uang itu dengan hal yang tidak penting. Aku gak mau debat sama Ibu, aku disini mau pamit, terimakasih ya Bu karena Ibu aku sekarang udah punya suami," ucap Afra dan Ibu Mila pun diam tanpa berkomentar lagi.
.
.
.
Bersambung.....
mantaaaabh
lanjut ka elaaaa 👍🏻🌹🌹
semangaaaaaaats 💪🏻💪🏻🌹🌹
dasar cocote Ra pada ada akhlaknya
lanjut ka elaaaaa 👍🏻🌹🌹🌹
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻
senewen q jadinya
lanjut ka elaaaaaaa
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻