Dewasa 🤎
Jika aku boleh memilih...
Aku lebih suka
mencintai seseorang yang tidak mencintaiku.
Setidaknya, disitu aku mengetahui
bahwa aku benar-benar mencintainya
dengan tulus tanpa mengharapkan apapun.
~anonim~
Quote diatas menggambarkan perasaan seorang Farel kepada Nada.
Awalnya Nada hanyalah adik dari temannya, seiring waktu perasaan itu berubah menjadi cinta.
Kisah ini menceritakan perjuangan Farel mendapatkan cinta Nada, juga perjuangan mereka untuk dapat saling mengerti dan menerima. Saat Farel berhasil menikahi Nada, mereka berusaha mengerti arti kata pernikahan yang sesungguhnya.
Full of love,
Author ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima Kasih, Aplikasi?
"Bagaimana makan malammu dengan Arum tadi Na?", tanya kak Farel.
"Seru kak, soalnya udah lama ga ketemu. Arum sedang merencanakan pernikahannya kak".
"Akhirnya nikah juga mereka, udah lama banget kan mereka pacaran?".
"Iya dari SMU. Arum juga tadi memberitahukanku mengenai aplikasi ini kak", ucapku sambil menunjukkan aplikasi yang baru diunduh.
Kak Farel mengambil handphoneku dan membalikkan-balikan halamannya, mencari tau isi aplikasi itu.
"Ini tuh buat program hamil kak, jadi sebaiknya kita berhubungan intim saat aku masa subur, ini ada data yang harus diisi sama kakak juga, ga hanya data aku, biar lebih akurat".
"Memangnya Arum mau langsung punya anak? Kok bisa tau aplikasi ini".
"Dia sih ga nunda tapi juga ga mau program, toh baru mau nikah juga, setelah itu mau nikmati hidup berdua dulu, kan selama ini mereka LDR. Teman kantor Arum yang menyarankan ini, katanya dia berhasil menggunakan aplikasi ini".
"Mmm...", kak Farel masih membaca dan membuka-buka halamannya.
"Apa kita mau coba kak?".
"Ok aja sih, boleh juga Na".
"Ok, isi data dulu ya kak".
...----------------...
POV Farel.
Hubungan intim yang diatur dengan aplikasi? Tentu tidak ada masalah bagiku. Aku ini sebenarnya murahan jika berhadapan dengan Nada, begitu melihatnya membuka baju, moodku langsung naik.
Pagi itu aku baru selesai mandi, saat memakai kemeja yang sudah Nada siapkan untukku, tiba-tiba Nada masuk kamar, membuka kancing kemeja yang baru saja aku kancingkan, lalu ia membuka kaos tidurnya. Melihat dua gundukan depan mataku, tanganku refleks ingin meremasnya.
"Apa yang kamu lakukan hmm?".
"Aku lupa kemarin ada notifikasi bahwa sekarang masa suburku", ucapnya sambil melecuti semua kain yang menempel pada tubuhnya.
"Aku akan telat ke kantor Nada".
"Tapi bagian bawah kakak sudah bekerja sama denganku", ia benar otak dan kelakuanku tidak sejalan ternyata.
"Akhhh Nada...", akhirnya aku menyerah, dan melakukan permainan panas itu secara cepat, lagipula aku tidak memerlukan pemanasan, dan siap bertempur kapan saja, biasanya Nada lah memerlukan pemanasan sebelum permainan.
Ada juga peristiwa lain mengenai kegiatan panas kami.
"Kak ada notifikasi sekarang masa suburku".
"Hmmm.... aku tidak keberatan dengan itu", ucapku sambil hendak mencium bibirnya.
"Tapi aku sedang tidak bernafsu untuk melakukannya", ucapnya sambil mendorong tubuhku menjauh darinya.
"Lalu bagaimana? Mau mencoba besok saja?".
"Tapi ini jam masa suburku", ulangnya lagi.
"Mau menonton film dulu? Siapa tau mood kamu naik?".
"Ok aku coba".
Film belum selesai diputar, tapi Nada sudah menghentikannya. Ia duduk di pangkuanku, sambil membuka kaosnya.
"Apa kamu yakin mau mencobanya sekarang?".
"50-50, tapi kalau kemalaman nanti aku mengantuk".
"Jangan khawatir aku bisa membuatmu melayang Nada".
Dengan satu gerakan, aku sudah membuka penutup dada Nada, lalu tanpa merubah posisi aku menggendongnya, membawanya ke kamar, membaringkannya di tempat tidur, dan melecuti sisa kain yang menempel pada tubuh kami.
Aku tau aku harus bekerja lebih extra untuk melakukan pemanasan lebih lama, tapi itu tidak masalah bagiku. Aku mulai mencium titik-titik sensitif tubuhnya. Setelah beberapa saat, sepertinya permainan ini berbalik mulai menyiksaku. Aku berhenti melakukan gerakan, berusaha tetap tenang agar bisa bertahan lebih lama, dan membiarkan Nada yang bergerak mencari kepuasannya.
"Nada.... ", aku mendesahkan namanya.
"Ayo kak", ucapan Nada bagaikan musik ditelingaku. Aku mulai melakukan ritmeku lagi, hingga kami sama-sama berada dipuncaknya dan melakukan pelepasan.
Ya... sejauh ini aku bisa menyesuaikan kebutuhan Nada yang diatur oleh aplikasi, meskipun kadang Nada memintanya di jam-jam yang kurang tepat, atau dalam kondisi yang kurang ok. Namun sepertinya usaha kami belum berhasil, di akhir bulan Nada menunjukkan kekecewaannya saat ia mendapatkan menstruasi.
"Ini masih bulan pertama Nada, yang penting sejauh ini kita menikmatinya bukan?".
"Ya kak", jawabnya lesu.
Bulan kedua dan ketiga, tidak jauh berbeda dengan bulan pertama. Namun lagi-lagi hanya kekecewaan yang didapat.
"Apa ini karmaku ya kak?".
"Hei, kenapa kamu berbicara seperti itu?"
"Ya karena kemarin aku memohon agar tidak hamil, jadi sekarang aku sedang menjalani karmanya".
"Tidak ada karma untuk itu Nada, memang belum waktunya aja, toh baru 3 bulan kan kita mencobanya".
"Ya, mungkin itu benar".
"Bukan mungkin Nada, itu pasti benar", ucapku berusaha membuat Nada merasa lebih baik.
Percakapan itu terjadi 2 minggu lalu. Saat notifikasi berbunyi lagi, hanya aku yang tampaknya yang menikmati hubungan intim ini, sedangkan Nada hanya terlihat pasrah dan melakukannya seperti kewajiban.
Aku berusaha berkonsultasi mengenai masalah ini dengan Nael, kupikir ia berpengalaman memiliki masalah yang sama karena baru memiliki bayi yang masih suka terbangun saat malam hari, tapi aku hanya mendapat makian darinya.
"Kamu gila apa Rel! Meski kita suka membicarakan hal-hal nyeleneh, tapi aku tidak membutuhkan detailnya. Itu adikku dasar gila! Sulit memberikan saran tanpa membayangkan kamu melakukan hal mesum dengan adikku".
Kini satu satunya cara yang terpikir olehku adalah kami melakukannya di tempat yang berbeda, kupikir suasana baru akan membantu meningkatkan mood Nada. Jadi saat notifikasi berbunyi, maka kami akan pergi ke hotel alih-alih melakukannya di rumah.
Aku dan Nada juga mulai bisa membaca siklusnya, jadi kami bisa memperkirakan kapan notifikasi itu akan berbunyi. Selama 2 bulan kami mencoba tempat baru dan suasana baru, mencari dan memesan hotel sesuai keinginan Nada. Sejauh ini cara itu cukup berhasil, Nada kembali menemukan ritme permainannya. Tapi tetap saja usaha kami tidak sebanding dengan hasilnya.
Ritme itu tidak bertahan lama. Di bulan ke 6, akulah yang kewalahan melakukan hubungan intim yang diatur ini.
Bulan itu secara kebetulan aku harus beberapa kali dinas diluar, belum lagi pekerjaan kantor yang sedang menumpuk, jadi aku kesulitan menyeimbangkan kebutuhan Nada. Ia membaca kesulitanku, jadi Nada lah memberikan usaha extra untuk dapat berhubungan intim sesuai jadwal. Seperti suatu malam aku baru saja pulang dari perjalanan bisnis keluar negri, aku sangat lelah dan hanya ingin tidur, tapi Nada menyambutku di depan pintu apartemen dengan menggunakan lingerie saja.
"Nada... aku sangat lelah".
"Jarang-jarang loh aku pakai lingerie gini, apa kakak tidak menginginkannya?", ucapan Nada ada benarnya, selama kami menikah mungkin hanya sekali atau dua kali saja aku melihatnya seperti ini, karena biasanya aku selalu menginginkan Nada tanpa perlu berpakaian minim. Malam itu aku melayani Nada dengan setengah hati karena mengantuk.
Berbicara mengenai rasa kantuk, ada lagi peristiwa lain yang menyerupai ini. Aku pulang larut malam karena harus menemani klien dari luar. Menemani klien dari luar, itu berarti aku menemaninya minum alkohol. Tentu saja malam itu papa menyuruhku menggunakan supir kantor.
Sesampainya di rumah, Nada meminta jatahnya, ia mendorongku untuk langsung masuk kamar mandi, berusaha memulihkanku dari rasa pusing alkohol. Namun itu tidak banyak membantuku, selesai mandi aku menunggu Nada diatas tempat tidur sebentar, aku hanya perlu memejamkan mata beberapa detik pikirku.
Hal yang kurasakan berikutnya adalah tubuhku melayang terjatuh dari tempat tidur karena Nada berulang kali menendangku.
"Kak ih nyebelin! Aku udah bangunin dari tadi ga bangun-bangun".
"Maaf Nada", dengan menahan rasa kantuk aku membuka celanaku, aku memang sengaja tidak memakai atasan setelah mandi.
Nada mencium bibirku dan aku berusaha membalasnya, saat Nada beralih menciumi tubuhku, tanpa sadar aku tertidur lagi. Lalu teriakan Nada kembali membangunkanku.
"Kakkk!!!!".
"Maaf Nada....", aku meminta waktu sebentar lalu mencuci mukaku lagi, sedangkan Nada menenangkan emosinya.
Saat aku kembali ke tempat tidur, Nada menciumku, usaha Nada cukup berhasil karena juniorku mulai bangun meski berbanding terbalik dengan mataku. Akhirnya malam itu, lagi-lagi aku melakukan hubungan intim yang terasa seperti kewajiban, bukan lagi kesenangan.
Bisa ditebak, diakhir bulan ke 6, lagi-lagi aku dan Nada kecewa karena pagi itu ia mengeluh kepadaku.
"Kak pagi ini aku menstruasi lagi", ucapnya lesu.
"Akhhh aplikasi sialan!", ucapku kesal.