SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
''Selamat ulang tahun, Sayangku." Ucap Lyana ditelinga Lucy dan membuat wanita itu membuka matanya.
Lucy melihat kue dengan cokelat dengan lilin diatasnya dan tidak lupa topi ulang tahun dikepala, sudah menjadi kebiasaan sang Mommy dihari ulang tahunnya. "Aku sudah terlalu tua untuk merayakan ulang tahunku seperti ini, Mom."
"Kau akan selalu menjadi putri kecilku selamanya, meskipun nanti Declan akan menikah denganmu." Ucap Lyana sembari memakaikan topi ulang tahun dikepala putrinya.
"Sekarang berdoalah dan tiup lilinya" lanjut Lyana.
Lucy menutup matanya dan berdoa dalam hati, kemudian meniup lilinnya. Ia mengambil sepotong kue dan menyuapinya dimulut sang Mommy. "I love you, Mom."
"I love you too, My dear." Jawab Lyana kemudian memeluk putrinya.
"Maafkan aku yang membuatmu tidak lagi merayakan ulang tahun bersama keluarga dan juga teman-temanmu. Mommy berharap rasa trauma itu akan hilang dan ulang tahunmu akan menjadi hari yang paling membahagiakan." sambung Lyana lagi masih memeluk Lucy.
"Bagi aku dan Daddy, ulang tahun adalah sesuatu yang menakutkan. Maafkan aku, mom. Aku sudah berusaha tapi rasa takut itu selalu datang." Jawab Lucy sembari menutup mata dan berusaha tidak mengingat kejadian itu.
Lyana melepas pelukannya dan mengusap pipi Lucy lembut. "Kau sudah mengalami banyak hal sejak kau masih berada dalam perutku, itulah mengapa kami sangat posesif terhadapmu. Terutama Daddy dan Kakekmu."
"Aku mengerti, Mom. Untuk itu aku sangat berusaha membuat Declan diterima oleh mereka berdua. Tapi ternyata itu tidak membantu jika Declan sendiri tidak ingin mewarisi bisnis kita." Gumam Lucy dengan wajah sedihnya.
"Pria itu mencintaimu. Bersabarlah, mungkin dia memiliki kejutan untukmu" ucap Lyana sembari membereskan sisa kue ulang tahun Lucy dan meletakkan dimeja samping tempat tidur. "Kau bisa memakannya nanti."
Lucy menatap sosok sang Mommy yang masih begitu cantik tanpa kerutan diwajahnya. Mommy adalah wujud dari malaikat untuk mereka semua. Kelembutan yang selalu ia tunjukkan sejak ia dan Rena kecil, membuat mereka berdua tidak bisa berjauhan dan selalu ingin kembali ke rumah meskipun mereka memiliki apartemen masing-masing.
Ketika Kakek sakit dan kami kehilangan Nenek Anna, hanya Mommy yang dengan segala penghiburannya mampu membuat suasana menjadi ceria kembali tanpa berlama-lama berduka. Mommy lah yang menemani ketika ia harus berpisah dengan Declan lima tahun lalu dengan tidak membuat dirinya menyerah akan pria itu.
Lucy bangkit dari tempat tidurnya dan memeluk sang Mommy dari belakang. "Aku akan membawa kue buatan mom ke studio. Hari ini aku berencana menghabiskan waktu disana."
"Tentu saja. Mommy akan menyiapkannya untuk kau bawa. Apa kau akan makan malam dirumah?" Tanya Lyana sambil membuka tirai jendela kamar Lucy dan terkejut melihat sosok yang sedang bersandar dimobil berwarna hitam diluar pagar rumah mereka. "Sepertinya kita kedatangan tamu istimewa."
Lucy mengikuti arah telunjuk sang Mommy dan mendapati Declan melambaikan tangan kearah mereka berdua. "Oh my God, apa yang pria itu lakukan dengan datang kesini." Teriak Lucy. "Aku rasa sebentar lagi kakek akan melepas anjing miliknya untuk menggigitnya."
"Sebaiknya kau cepat temui dia sebelum Kakek bangun dan membuat keributan" Ujar Lyana menyuruh Lucy untuk menemui Declan. "Pria itu tidak takut apapun." ucap Lyana dalam hati sembari tersenyum dan membalas lambaian tangan Declan.
...****************...
Lucy sudah berada di dalam mobil Declan dan menyuruh pria itu segera menjalankan mobilnya. "Aku lebih suka memberikan kejutan daripada mendapatkannya."
Declan belum menyalakan mobilnya, dan masih menatap wajah cantik bangun tidur wanita yang semalam hampir membuat dirinya lepas kendali. "Kau memiliki bentuk wajah yang unik yang tidak mudah dilupakan."
"Aku tidak ingin menambah daftar hari sial diulang tahunku dengan kedatangan dirimu kesini. Sebentar lagi Kakek akan bangun dan aku pastikan dia akan menembakimu dengan membabi buta karena sudah menginjakkan kakimu ke wilayah kekuasaannya." Lucy berkata sembari menyalakan mobil Declan dan menyuruh pria itu segera meninggal tempat ini.
Declan menatap Lucy, kemudian menyadari sesuatu. "Baiklah. Sebagai gantinya kau akan ikut denganku."
"Kau mau membawaku kemana, Declan. Aku bahkan belum mandi dan masih memakai pakaian tidur. Lebih baik kau antarkan aku ke studio." Ucap Lucy yang merasa sedikit was-was akan sikap Declan pagi ini padanya.
"Kau terlihat lebih cantik seperti ini. Aku paling suka melihat wajahmu ketika bangun tidur." Gumam Declan sembari melajukan mobil menuju apartemen miliknya.
Lucy menyentuh lengan Declan ketika mereka memasuki area parkiran bangunan yang ia tahu milik pria itu. "Jika kau bermaksud membawaku ke apartemen milikmu, aku akan benar-benar meninju wajahmu hingga babak belur."
"Aku tidak akan berbuat hal yang mesum padamu, sudah cukup kau menendang tulang keringku semalam. Aku hanya ingin membuatkanmu sarapan dan kita akan berbicara." Balas Declan ketika sudah berada diparkiran pribadi yang berdekatan dengan apartemennya.
Lucy menatap Declan dan tidak percaya dengan perkataan pria itu. "Aku mengenalmu sehingga bisa mengetahui kau berbohong atau tidak. Cepat antarkan aku ke studio atau aku akan memesan taksi yang bisa mengantarku."
"Kau benar-benar wanita keras kepala. Apa kau tidak merindukan masakan buatanku, Lucy. Kupikir kau ingin mencoba udang asam manis dengan rasa bumbu yang lembut buatanku." Ucap Declan menahan lengan Lucy yang ingin membuka pintu mobil.
Beberapa saat kemudian, entah bagaimana Lucy sudah berada didapur milik Declan. Ia sudah mandi dan memakai pakaian miliknya yang masih tersimpan di lemari milik pria itu. Ia menatap masakan kesukaannya dan hampir meneteskan air liur saat mencium aroma asam manis dari masakan itu.
Lucy mengangkat piring berisi udang tersebut di dekat hidung dan menikmati aromanya.
"Luar biasa" Lucy akhirnya memutuskan. "Benar-benar sangat luar biasa. Apa kau tidak berniat membuatnya setiap hari dengan menikah denganku, Declan?"
Declan mengambil satu udang yang berukuran sedang dan menyuapkannya dimulut Lucy. "Kau bisa datang padaku ketika menginginkannya, aku akan dengan senang hati membuatnya untukmu."
Lucy memandang Declan dengan tatapan kosong dan menikmati sarapan. "Kurasa kau memang hanya ingin menjalin affair denganku. Kalau begitu aku harus mulai mengikuti kencan buta yang dipilihkan kakek untukku."
"Bagus," Declan memberikan senyum kearah Lucy dan mengambilkan wanita itu air minum. "Memang sudah waktunya untukmu menikah dengan pria pilihan Kakekmu. Terutama pria yang bisa melanjutkan bisnis keluarga kalian."
Merasa tersinggung dan sakit hati Ia menghentikan pria itu menyuapi udang dimulutnya. "Jika kau tidak ingin menjadi bagian dari keluargaku, sebaiknya kau tidak membuatku merasa seperti ini, Declan."
"Aku membuatmu merasa seperti apa, Lucy.?" tanya pria itu dan mendapati pipinya ditampar oleh wanita itu. "Kau sangat suka memakai kekerasan padaku belakangan ini."
"Kau pantas mendapatkannya, Sialan," Teriak Lucy ketika merasakan tubuhnya diangkat dan dibawa kedalam kamar milik pria itu.
"Turunkan aku, Declan."