Inara dipaksa untuk menjadi istri ketiga dari pria berusia 45 tahun. Untuk menghindari pernikahan itu, Inara terpaksa menikah dengan pria asing yang sempat ia selamatkan beberapa hari yang lalu.
Tidak ada cinta di dalam pernikahan mereka. Pria tersebut bahkan tidak mengingat siapa dirinya yang tiba-tiba saja terbangun di tempat asing usai mengalami kecelakaan tragis. Meskipun Inara terlepas dari jeratan pria tua yang memaksanya menjadi istri ketiga, tapi wanita itu dihadapkan pada masalah besar yang tengah menantinya di depan.
Siapakah pria asing tersebut sebenarnya? Benarkah ia amnesia atau hanya berpura-pura bodoh demi menghindari masalah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Johan tersenyum ringan seraya menggenggam telapak tangan Inara. Pria itu menatap lekat bola mata Inara yang terlihat memerah lengkap dengan buliran bening yang memenuhi kelopaknya. Telapak tangan seorang Johan seketika bergerak mengusap ujung pelupuk mata sang istri sesaat sebelum air mata itu bergulir membasahi wajah cantiknya.
"Dasar cengeng," decaknya masih dengan senyuman yang sama.
"Cengeng kamu bilang?" bentak Inara merasa kesal. "Apa kamu tau betapa khawatir aku, Johan? Aku takut kamu beneran hilang."
"Hilang?" Johan tersenyum simpul. "Memangnya saya anak kecil apa pake hilang segala."
Inara balas menggenggam jerami Johan erat lalu membawanya berjalan meninggalkan tempat tersebut. "Pokoknya, kamu gak boleh jauh-jauh dari aku, Johan. Kamu itu lagi amnesia, kalau sampe tersesat dan gak tau jalan pulang, gimana?"
Johan tidak menimpali ucapan istrinya, kedua matanya tertuju kepada telapak tangan mereka yang saling ditautkan erat. Inara benar-benar terlihat khawatir, apa wanita itu benar-benar takut kehilangan dirinya? Genggaman tangan Inara terasa begitu hangat dan nyaman membuatnya enggan untuk melepaskan tangan wanita itu. Keduanya pun berhenti di halte lalu duduk saling berdampingan seraya menunggu kendaraan beroda empat yang akan membawa mereka pulang.
"Kamu beneran takut kehilangan saya?" tanya Johan, tatapan matanya kian lekat dalam menatap wajah Inara begitupun dengan telapak tangannya yang masih ditautkan erat.
Inara sontak melepaskan genggaman tangannya dengan perasaan gugup. "Hah? Si-siapa bilang?" jawab Inara, jantung wanita itu seketika berdetak kencang.
"Itu tadi, kamu sendiri yang ngomong kayak gitu." Johan tersenyum cengengesan.
"Eu ... jangan salah paham, ya. Aku takut kamu tersesat."
Lagi-lagi Johan tersenyum ringan lalu kembali meraih dan menggenggam telapak tangan Inara membuat wanita itu semakin merasa gugup saja. Wajahnya bahkan kian memerah tersipu malu. Rasa aneh tiba-tiba saja menyelusup masuk ke dalam relung hatinya yang paling dalam. Rasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Hati seorang Inara bahkan terasa berbunga-bunga. Apakah itu cinta? Entahlah, Inara sendiri masih mencoba menerka-nerka karena wanita itu tidak pernah merasakan seperti apa itu cinta.
"Angkotnya udah datang," sahut Inara, seraya menunjuk kendaraan beroda empat yang mulai berhenti tepat di depan mereka.
"Akh, saya malas naik angkot," decak Johan ekspresi wajahnya seketika berubah kesal. "Emangnya gak bisa apa kita baik taksi aja?"
"Di sini mana ada taksi, Johan," decak Inara seraya berdiri tegak. "Udah, ayo naik. Kamu harus segera minum obat."
Johan melakukan hal yang sama seperti istrinya dengan perasaan malas. Keduanya memasuki kendaraan umum tersebut yang ternyata dipadati oleh penumpang lain dengan tujuan yang sama seperti mereka. Johan dan Inara terpaksa duduk dengan posisi yang sangat dekat tanpa jarak sedikit pun.
"Apa cuma saya yang ngerasa gak nyaman di sini?" decak Johan sinis seraya menatap penumpang lainnya. "Di sini sesak dan bau keringat."
Salah satu penumpang wanita paruh baya menimpali ucapan Johan. "Kalau kamu mau nyaman, kenapa gak bawa mobil pribadi aja? Kenapa harus naik angkot yang sesak ini? Dasar sombong."
Johan memalingkan wajahnya ke arah lain dengan perasaan kesal. Aroma tidak sedap mulai tercium begitu menyesakkan. Pria itu benar-benar merasa tidak nyaman berada di dalam kendaraan sesak yang dipenuhi dengan penumpang berkeringat.
"Hus! Jangan banyak omong," decak Inara setengah berbisik seraya menoleh dan menatap wajah Johan.
Johan seketika bergeming, wajah wanita itu benar-benar berada sangat dekat dengannya membuat perasaanya seketika merasa gugup. Hal yang sama pun dirasakan oleh Inara, wanita itu kembali memalingkan wajahnya ke arah lain dengan jantung yang berdetak sangat kencang.
"Ya Tuhan, jantungku masih aman 'kah? Kenapa rasanya seperti akan meledak kayak gini?" batin Inara seraya menghela napas panjang.
"Berhenti di depan, Pak," pinta Inara setelah menempuh perjalanan selama hampir 30 menit lamanya.
***
Inara dan Johan berjalan memasuki halaman, telapak tangan keduanya tanpa sadar masih saling ditautkan erat meskipun Inara segera melepaskannya ketika wanita itu tersadar. Keduanya berhenti tepat di depan pintu yang masih tertutup rapat.
"Bibi mana? Ko gak ada? Apa dia udah pulang, ya?" gumam Inara seraya membuka pintu.
"Saya lelah banget, saya istirahat dulu, ya," ujar Johan tanpa menanggapi gumaman Inara dan hanya dijawab dengan anggukan oleh wanita itu.
Keduanya mengambil arah yang berbeda, Inara berjalan ke arah belakang sedangkan Johan melangkah menuju kamar yang berada tepat dihadapannya. Pria itu bergegas membuka pintu kamar lalu masuk ke dalamnya dengan perasaan hampa.
"Ya Tuhan, tolong kembalikan ingatan saya," gumam Johan, berdiri dengan menyandarkan punggung berikut kepalanya di pintu. "Sebenarnya saya ini siapa? Apa saya seorang Dokter atau Direktur kaya raya? Saya ngerasa tak nyaman dengan kehidupan sebagai orang biasa."
Johan memejamkan kedua matanya mencoba untuk kembali mengingat. Namun, lagi dan lagi isi otaknya seakan kosong hanya kehampaan yang tersisa di sana membuat Johan seketika merasa frustasi karenanya.
"Kenapa ... kenapa ... kenapa tak ada satupun ingatan yang tersisa di otak saya?" decak Johan seraya memukuli kepalanya berkali-kali hingga suara ketukan di pintu seketika mengejutkannya.
"Johan, kamu lagi ngapain? Kenapa berdiri di belakang pintu, aku mau masuk lho," tanya Inara hendak membuka pintu yang tertahan oleh tubuh Johan.
"Maaf, tunggu sebentar," jawab Johan, segera mengurai jarak dengan pintu lalu memutar badan.
Pintu tersebut pun dibuka dari luar. Inara dengan membawa nampan berisi segelas air putih juga obat-obatan yang harus dikonsumsi oleh Johan masuk ke dalam sana dengan kening yang di kerutkan.
"Kamu kenapa, Johan? Kepala kamu sakit lagi?" tanya Inara seraya meletakan apa yang ia bawa di atas meja kecil.
Johan menghela napas panjang seraya mengusap kepalanya sendiri. "Saya gak apa-apa, saya cuma lelah aja."
"Minum obat ini," pinta Inara duduk di tepi ranjang seraya meraih beberapa bungkus obat. "Kata Dokter, kamu harus teratur minum obat ini, Johan."
Johan berjalan mendekat lalu duduk tepat di samping istrinya. "Sebenarnya saya paling malas minum obat," decaknya seraya menatap beberapa buah pil yang siap ia minum.
"Meskipun malas, kamu harus tetap minum obat ini, Johan. Biar kamu cepat sembuh," pinta Inara seraya meletakan beberapa butir pil di telapak tangan suaminya.
Bukannya menanggapi ucapan Inara, yang dilakukan oleh Johan adalah menatap lekat wajah wanita itu. Bayangan aneh seketika melintas di otak kecilnya. Apa yang tengah mereka lakukan saat ini seakan pernah ia alami sebelumnya.
"Meskipun malas, kamu harus tetap minum obat ini biar cepat sembuh." Suara seorang wanita seketika terngiang di telinga Johan, wajah wanita asing pun tiba-tiba melintas di benaknya terlihat samar-samar.
"Iya, makasih ya, Sayang." Samar-samar terdengar suaranya sendiri seakan tengah duduk bersama wanita asing tersebut. Johan bergeming bersama potongan ingatan yang tiba-tiba saja melintas begitu jelas singgah di otak kecilnya.
"Johan," sapa Inara menyentuh bahu Johan seketika mengejutkan pria itu. "Kamu kenapa? Kamu baik-baik aja?"
Johan memejamkan kedua matanya sejenak lalu kembali menatap wajah Inara. "Inara, sepertinya ingatan saya udah kembali."
Bersambung
(Jangan lupa like ya Reader. Kalau gak like novel Othor gak lolos nanti)
otor request up-nya yg banyak boleh 🙏🤭