REVENGE

Hari ini, Alex akan pergi ke rumah utama. Ia perlu mengklarifikasi tentang tindakan yang dilakukan kepada Delila. Pemukulan itu, terpaksa dilakukannya karena Delila mau membunuh Kitsune.

Ary marah besar atas kelakuan Alex dan tidak terima. Ia menelpon Alex dan minta bertemu. Bagaimanapun, Delila berhak untuk melindungi haknya dari p3l4k0r.

Disamping itu ia juga akan membenahi managemen di perusahannya. Ia datang dikawal oleh sepuluh pengawalnya yang baru. Biasanya Ary tidak pernah lepas dari sampingnya, semenjak ada Kitsune Ary seolah menjauh.

Ada rasa tidak enak saat meninggalkan Kitsune. Walaupun pintu di kunci dari luar, perasaan Alex masih tidak aman. Lima belas orang pengawal menjaga Kitsune.

Tetap ada perasaan takut, kalau-kalau ada penyusup dari keluarga Kitsune atau dari Delila. Jika Kitsune terlepas, banyak pihak ajan senang. Delila, Ary dan keluarga Kitsune sendiri.

"Kalian sudah mengerti perintahku?" tanya Alex sebelum berangkat ke rumah utama.

"Kami akan melakukan apa yang tuan perintahkan."

"Oke, aku jalan." ucap Alex lalu keluar menuju tempat parkir.

Pukul. 14.24 wita.

Alex telah sampai di Mansion. Semua pengawal dan pelayan menyambutnya. Mereka senang melihat keberadaan Alex yang sehat. Dengan wajah angker Alex menuju ruang rapat.

"Bagaimana kesehatanmu bos?" tanya Ary kaku. Ia bingung memilih kata-kata yang bisa mencairkan amarahnya. Ary sedang berdiri mengamati denah dengan Saka

"Tetap bersemangat. Tujuan hidup hanya dua, berbuat baik atau berbuat jahat. Semua akan diikuti KARMA, karena karma teman yang paling setia."

"Benar tuan, seharusnya kita jadi orang baik, supaya karma baik mengikuti."

"Benar Saka, omong-omong kenapa kau tidak melapor padaku? Apa misi yang aku perintahkan sudah berhasil?"

"Saya sudah lapor ke Ary, misi untuk Pak David sudah selesai tadi malam, padahal saya tiga kali gagal."

"Ohh...ya sudah, tunggu berita saja."

"Apakah kedua kakaknya kita tidak bunuh, kita harus balas dendam."

"Tidak usah, cukup orang tuanya saja." sahut Alex getir.

Perasaan tidak enak, galau bercampur aduk, saat mendengar kalau David, ayah dari Kitsune telah dib*nuh oleh Saka dan Kadek. Bagaimana kalau Kitsune tahu, ayahnya men*nggal dan yang memb*nuh adalah, Saka atas suruhan Alex?

Ada rasa takut menyelimuti Alex, jika Kitsune sampai tahu hancurlah impian Alex untuk mempersunting Kitsune.

"Ya Tuhan, ampuni hambamu." bisik Alex dalam hati.

Dia menarik nafas kasar, membenamkan bobot tubuhnya ke sandaran sofa. Ngilu perasaannya melihat Ary mengirim vidio, dimana Saka dan Kadek mengeksekusi David dan membiarkan anjing-anjing Herder itu rebutan mencabik-cabik tubuh David. Setelah itu tubuh David di lempar ke kolam buaya.

"Apakah kau puas bos, sakit hatimu telah terbalas. Sekarang kau bebaskan Kitsune, karena kita sudah menang." tuntut Ary.

"Tidak secepat itu aku membebaskannya, kalau sekarang aku bebaskan, jika dia sadar kita bisa masuk penjara." kilah Alex berusaha mempertahankan Kitsune.

"Sekalian saja kita bunuh kakaknya, untuk balas dendam."

"Sudah cukup bapaknya saja, lagian gadis itu sudah merasa hancur karena aku siksa setiap hari."

"Tapi kau telah menyakiti tunanganmu, fisik dan perasaannya. Tolong kondisikan dirimu, jangan sampai kau lupa komitmen dengan Delila."

"Kami berdua sudah punya kesepakatan, hitam di atas putih, bahwa di antara kami tidak saling mencampuri urusan pribadi. Kita punya masing-masing kesenangan dan tidak boleh diganggu."

"Itu dulu Alex, sekarang aku minta buang p3l4k0r itu dan kita menikah serta membuat keturunan."

Tiba-tiba Delila nyeletuk. Wanita itu berjalan mendekati Alex, seraya duduk di samping Alex. Raut wajah Alex langsung berubah kecut.

Penampilan Delila yang ser0n0k, dengan rok jean pendek super ketat, atasan tank top crop yang memperlihatkan pus*rnya. Ia seolah sengaja untuk menggoda Alex. Tapi tidak masalah, bukan Delila namanya kalau tidak vul94r.

Hanya wanita mur4han yang punya gaya dan berpenampilan seperti itu. Dan jujur dirinya sudah malas meladeni tipikal perempuan bisa dib4y4r.

Sekarang ia lebih fokus kepada gadis rambut panjang, anggun, badan padat berisi. Seperti Kitsune begitu lah.

"Alex, kapan kita menikah?"

Delila langsung menikamnya dengan pertanyaan yang butuh waktu untuk bisa dijawab. Tapi akhirnya akalnya bergerak dan bersilat lidah lah Alex.

“Tidak ada pernikahan dekat-dekat ini. Mungkin suatu hari nanti, jika kita masih cocok, tapi aku yakin tak perlu berbuat sesuatu yang tak ingin kulakukan. Untuk apa memaksakan kehendak, lagipula kita tak memiliki hubungan yang mewajibkan ku menikahimu."

"Hellooo...apa kau amnesia, kita sudah bertunangan, tinggal menikah. Aku sudah siap mental dan fisik."

“Sudah kubilang jangan menungguku. Dulu sudah pernah aku tawarkan untuk menikah, itu bukan sekali, beberapa kali. Tapi kau tidak pernah mau. Sekarang aku sedang balas dendam kepada Kitsune, jadi untuk sementara waktu jangan ganggu hidupku." ucap Alex tandas.

"Tindakanmu bisa membuat orang lain salah paham. Balas dendam apa itu isi naik kuda lumping?"

"Kamu tidak faham, seorang gadis akan terpukul hatinya kalau dirampas harta yang paling berharga, yaitu kesuciannya, apalagi yang merampas musuhnya. Aku memb*nuh mental dan karakternya....."

"Heleehhh...bilang saja kau doy4n, banyak alasan! Sampah, manusia hina!" potong Delila marah.

"Tanyakan semua lelaki, pasti mereka suka dengan belah durian, emangnya kau sudah jeb0l duluan, ntah berapa kepala yang masuk."

"B4jing4n kau!!"

"Kau yang mur4han!!" tangkis Alex.

"STOPP!!" kalian tidak tahu diri. Itu saja dibahas!" hardik Ary geram.

"Aku berbicara apa adanya." sahut Alex lalu berdiri.

Alex kemudian beranjak dari hadapan Delila. Wanita itu mengekor dibelakang Alex sambil terus menggerutu. Otak Delila mulai menyusun rencana yang terlintas di otaknya.

Ia tertawa dalam hati membayangkan kalau rencananya akan sukses dan Alex serta hartanya bisa ia kangkangi.

Merasa dibuntuti, Alex balik haluan, ia ke ruang kerja. Tentu saja Delila tidak bisa masuk, karena ruangan itu memakai face recognition.

"Alex, kau sengaja ngumpet di sini, kur4ng 4jar." m4ki Delila menghentakan kakinya.

"Tookkk...tookkk...tookkk.."

Delila menggedor pintu ruang kerja, sehingga pengawal menegurnya dengan sopan.

"Maaf nona Delila, tidak ada yang boleh masuk ke ruang kerja tuan."

"Kau tahu siapa aku? Atau kau pura-pura bl0'on?"

"Kami mengikuti perintah tuan Alex." jawab pengawal itu pendek.

"Aku pastikan kau tidak melihat matahari esok pagi!!"

"Maaf, nona."

Delila berlalu dengan marah-marah. Ia lalu pergi menemui Ary yang sedang duduk termenung di lobby.

Uhh...

Delila duduk di samping Ary, wajahnya di tekuk dengan bibir mengerucut ke depan.

"Ada apa lagi?" tanya Alex menoleh.

"Alex meninggalkan aku sendiri. Dia masuk ke ruang kerja tanpa mengajakku. Rasanya sulit mengambil perhatiannya. Pengaruh Kitsune terlalu besar."

"Sabar saja, banyak jalan menuju roma."

"Aku ingin memb*nuhnya."

"Itu sudah ada di agendaku." sahut Ary.

******