Alina tidak menyangka sahabat yang dia kira baik dan pengertian telah menghancurkan biduk rumah tangga yang telah di jalin Alina selama tiga tahun lamanya. Lenna adalah sahabat Alin. mereka berdua telah menjalin persahabatan sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama. ternyata Lenna menyukai suami Alin sejak lama. Lenna merasa tidak adil kenapa Alin bisa mendapat seorang pria tampan dan kaya seperti Revan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinni Iskandar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.27 Mencairkan hati Alina
Setelah menuntaskan hasratnya masing-masing, barulah keduanya untuk membersihkan diri. Ya, keduanya mandi bersama, saling menggosok tubuhnya. Meskipun kini jam telah menunjukkan pukul 05.45 menit.
Rasa ragu dan cemburu yang sempat Alina rasakan, kini sedikit berkurang atas sentuhan dan ucapan-ucapan manis yang dilontarkan untuknya.
Tidak butuh lama, keduanya segera menyelesaikan acara mandinya, lalu berganti pakaian, Alina menyiapkan pakaian Revan, setelan formal. Revan tampak sangat gagah dan tampan jika sedang memakai setelan formal seperti itu
Sedang Alin sendiri, ia memakai dress hitam sebatas lutut, nampak sangat cantik dan tidak bosan untuk dipandang. Sebenarnya, Revan amat sangat lelah karena harus melayani dua wanita dalam waktu yang berdekatan. Apalagi permaianannya dengan Lenna sudah berkali-kali dalam satu malam. Membuat tenaganya terkuras banyak.
Setelah keduanya siap, lantas pasangan suami istri itu melangkah turun kebawah, untuk menyatap sarapannya.
Ternyata, Lenna telah dulu ada disana, dimeja makan. Ia sedang membantu Mbak Yati menyiapan sarapan. Lenna nampak sibuk menata nasi goreng lengkap dengan air minumnya.
Atensinya teralihkan ketika mendengar suara heels yang dipakai Alina.
Pandangan Alin bertemu dengan sang sahabatnya, ketika pandangan keduanya bertemu, Lenna melempar senyum kearah Alin, meskipun terlihat canggung. Namun, Alin hanya tersenyum samar. Ia hanya masih sedikit kesal dengan sahabatnya itu.
Sarapan dipagi hari itu nampak hening. hanya ada suara sendok dan piring yang sedang beradu. Revan dan Lenna nampak tidak nyaman. Sebab, selama ini Alina lah yang begitu antusias ketika mereka sedang berkumpul seperti ini, tapi pagi ini, Alina terlihat lebih banyak diam.
"Sayang, kegiatan kamu hari ini apa?" Tanya Revan disela-sela makannya, tangannya mengusap lembut surai panjang istrinya itu. Revan hanya ingin memecahan keheningan dan mencairkan hati isterinya.
"Aku mau liat langsung manekin dan beberapa barang lainnya yang datang pagi ini" jawabnya
"Oo.. Emang udah ketemu sama orang bisa diajak kerja sama, Sayang?
"Udah kok"
Revan mengangguk-ngangguk pelan, "Jangan capek-capek ya?" ucapnya, memberikan perhatiannya
Sedari tadi Lenna hanya diam dan menyimak obrolan pasangan suami istri itu.
Setelah ketiganya menyelesaikan sarapannya, Revan meminta izin untuk berangkat kekantor terlebih dahulu, sekilas ia melirik kearah Lenna, tanpa sengaja tatapan keduanya berdua, namun segera Revan memalingkan wajahnya
"Sayang, Mas pergi dulu ya?" pamitnya, tidak lupa ia mengecup kening Alina. Alina tengah mengantar Revan didepan pintu.
Setelah kepergiaan sang suami, ia bermaksud akan kembali kedalam, ketika ia telah memutarkan tubuhnya. Dihadapannya sudah ada sang sahabat, tatapan keduanya bertemu, saling diam untuk beberapa detik, lalu Lenna mengajak Alin untuk saling bicara
"Lin, kamu marah ya sama aku?" tanya Lenna setelah keduanya duduk disofa ruang tamu, Lenna menggegam tangan Alin. Ia memasang wajah memelas dan bersalahnya
Membuat Alin menghembuskan nafasnya pelan. "Enggak kok, aku cuma sedikit kesel aja" jawabnya
"Maaf, ya. Sumpah, aku gak ada kok niat mau ganggu suami kamu"
Alin menatap manik mata sahabatnya itu, lalu mengangguk pelan. "Iya, Aku percaya kok. Kamu gak akan hianati aku" jawab Alina dengan nada yakin.
"Makasih ya ,Lin" ujar Lenna, ia langsung memeluk Alin, Alin pun membalas pelukkan sahabatnya itu.
"Yaudah, kamu pergi kekantor gih! ini udah siang loh?!" ucap Alin sambil melirik jam tangan yang melingkar ditangan putihnya.
Namun mata indah milik Alin, tidak sengaja melihat sebuah cincin yang melingkar dijari manis sang sahabat. Membuat ia reflek meraih tangan Lenna, membuat Lenna tersentak, ingin hati Lenna menarik tangannya namun ia tidak ingin membuat sang sahabat mencurigainya
Alina begitu terpukau melihat begitu cantik dan elegannya cincin yang melekat dijari manis Lenna. "Bagus banget, Len?!" ucapnya
Lenna hanya tersenyum manis melihat tingkah Alin. "Ini pasti mahal deh?" tanyanya kembali membuat Lenna mengulum senyum
"Aahhh... Enggak kok"
Alin masih sibuk melihat dan memperhatikan cincin yang dipakai Lenna. "Kayaknya, kemarin sore dia gak pakai cincin ini deh?" batin Alin, "Apa aku yang kurang memperhatikannya?". Ia mulai bertanya-tanya, lalu menurunkan kembali tangan sahabatnya itu.
"Udah nih, liat-liatnya?" goda Lenna, membuat Alin terkekeh.
Setelah beberapa saat berbincang, Lenna memutuskan untuk berangkat kekantor. Hari ini ia menaiki taksi online, padahal ia sudah berencana akan ikut Revan kekantor. Namun rencananya sedikit berubah karena ada drama kecil terjadi.
"Hhmm.... Mungkin, aku yang terlalu berpikir berlebihan" ucapnya lirih. "Gak mungkin, Mas Revan menghianatin aku" ia bermonolog sendiri.
"Haduh.. Jadi lupa gara-gara kejadian semalam kan? mau bahas ART baru sama Mas Revan " ucapnya, ia menepuk pelan keningnya. "Kayaknya, Aku juga perlu asisten pribadi untuk bantuin aku dibutik deh"
Gegas ia meraih ponselnya yang berada diatas buffet, lalu memesan taksi online. Tidak lama, taksi online pesanannya telah tiba, sedang menunggu dilaur pagar.
Ketika sedang menikmati perjalanan yang menuju butiknya, ponsel Alin berbunyi, membuat sang wanita cantik segera meraihnya. Namun, lagi-lagi nomor asing yang mengiriminya pesan
[ Pagi cantik! ]
Ia hanya membaca pesannya tanpa berniat untuk membalasnya, ketika akan memasukan kembali ponselnya kedalam tas, tidak lama suara detingnya terdengar kembali. Mau tak mau ia membacanya kembali
[ Kok gak dibalas? Aku selalu merindukanmu]
Alin menhela nafasnya, "Siapa sih? sok akrab banget" gerutuknya dalam hati
Hampir 1 jam lamanya, akhirnya Alina telah sampai didepan butiknya, setelah membayar ongkos ia segera membukanya lebar.
Setelah berada didalam, ia tersenyum puas, mata indahnya berkeliling memperhatikan setiap sudut ruangan.
****
Dilain tempat, Revan saat ini tengah berada didalam mobil, ia sudah beberapa kali berdecak lidah. " Hmm.. Nyaris aja ketahuan" ia menggeleng-gelengkan lalu menghela nafas dengan gusar. "Kayaknya gak aman kalau aku dan Lenna bermain dirumah" ucapnya
"Untuk saat ini, aku jaga jarak dulu dengan Lenna, biar Alin gak menaruh curiga sedikit pun sama kita" ia bermonolog sendiri.
Ia mencintai Alina dan juga ia tidak bisa melepaskan Lenna begitu saja. Revan adalah salah satu contoh laki-laki yang egois
000
Ditempat lain, seorang pria tampan, berwajah dingin, dengan rahang tegas tengah menatap keluar jendela kaca besar. Sang pria saat ini tengah membayangkan seorang wanita cantik yang 5 tahun lalu tidak sengaja bertemu dengan dirinya.
Kala itu, ia harus meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan pendidikannya keluar negeri. Setelah kembali, ia harus menerima kenyataan pahit itu.
"Aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku" ucapnya dengan seringan dibibirnya. "Aku akan cari tahu semua tentang kalian" ucapnya kembali, lalu berbalik dan berjalan menuju kursi kebesarannya.
Ia adalah penerus perusahan ARZON GRUP. Keluarganya mempunyai beberapa perusahan besar di Indonesia.
Sang pria tampan mulai serius berada didepan laptopnya. Banyak para wanita yang mendekati sang pria. Namun, satu pun diantara wanita cantik itu tidak ada yang bisa mencairkan hati sang pria tampan yang dingin.
Yang ada dihati dan pikiran sang pria adalah hanya satu wanita yaitu ALINA seorang.