Ganteng ✔️
Kaya Raya ✔️
Pintar ✔️
Jago Olahraga ✔️
Jago Bela Diri ✔️
Orangtua Cakep ✔️
Kesayangan Semua Orang ✔️
Fajarendra Galaxio Nayanka, putra sulung dari pengusaha kaya raya, Aksara Langit Nalendra, dan mantan model terkenal, Wulandari Camelia Yovanka. Lahir & tumbuh dikeluarga konglomerat dengan segala kelimpahan harta & kasih sayang dari semua orang, membuat lelaki yg akrab disapa Galaxio itu merasa kehidupannya sudah sangat sempurna.
Namun siapa yg mengira bahwa semua sketsa-sketsa indah yg sudah ia rancang untuk masa depannya, harus hancur dalam sekejap. Dan yg lebih parahnya lagi, yang menjadi penyebab dari kehancuran itu adalah satu-satunya wanita yg berhasil menarik perhatiannya, bahkan menumbuhkan cinta dalam hatinya. Wanita yg ia kira akan menemaninya membangun kisah cinta romantis, justru memberinya luka yg amat tragis. Akankah kisah Galaxio berakhir bahagia seperti kisah orangtuanya dulu? Atau justru berujung pilu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itachi Wife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Lo gak salah apa-apa Lang" sahut Biru yang baru tiba dengan Ivo, membuat semuanya menoleh bingung. Tak lama kemudian muncul beberapa bodyguard yang menyeret seorang wanita dan pria yang sudah babak belur. "Kalian,,, bukannya kalian pemilik bar dan waiters tempat gua mabuk waktu itu" ujar Langit bangkit. "Iya,,, cewek ini emang pemilik bar tempat lo minum malam itu, dan cowok ini, waiters yang nyajiin minuman lo" ujar Biru. "Ngomong lo" ujar Biru mendorong lelaki itu berlutut didepan Langit. "Saya minta maaf Pak. Saya,,, saya terpaksa lakuin semua itu" ujar sang waiters membuat Langit bingung. "Ini maksudnya apa? Gua gak ngerti sama sekali kemana arah pembicaraan ini" ujar Langit.
"Ini rekaman CCTV saat waiters itu nyiapin minuman lo" ujar Biru menyodorkan tab-nya. Tampak waiters pria itu memasukkan sesuatu ke minuman Langit sebelum disajikan. "Jadi lo yang masukin sesuatu ke minuman gua waktu itu ha?!" bentak Langit. Ia hendak mendekat namun lebih dulu ditahan oleh Bian, hingga membuatnya kembali duduk. "Terus cewek ini perannya apa? Gua sempat izin mau liat CCTV ke dia, tapi dia bersikeras bilang kalo CCTV di bar saat itu lagi bermasalah" ujar Langit. "Tentu aja dia bilang gitu, karena ada orang yang nyuruh dia bilang kayak gitu" ujar Biru. "Siapa?" tanya Langit. "Sepupu dari pemilik bar ini" ujar Biru semakin membuat yang lain bingung. "Siapa sepupunya?" tanya Langit.
"Bilang sendiri coba, siapa sepupu lo" ujar Biru menoyor kepala cewek itu. "Gray,,, sepupu,,, sepupu saya itu Gray! Dia yang nyuruh saya untuk bilang kalo CCTV sedang bermasalah dan dia juga yang nyuruh saya untuk cari seorang cewek" ujar pemilik bar itu. "Jadi cewek itu ulah kalian juga ha?!" bentak Langit yang diangguki oleh pemilik bar dan waiters itu. Biru menggeser layar tab-nya dan tampaklah sebuah rekaman CCTV saat Gray memapah Langit yang sudah tak sadarkan diri ke dalam sebuah kamar. Tak lama kemudian muncul pemilik bar bersama seorang wanita berpakaian seksi. Setelah berbincang sebentar, wanita itu tampak membuka seluruh pakaiannya dan naik ke kasur, serta berbaring di sebelah Langit dan menutupi tubuh mereka dengan selimut.
Gray langsung memotret mereka berdua, dan setelahnya wanita itu bangkit, lalu kembali memakai pakaiannya dan beranjak pergi. "Jadi,,, jadi gua emang gak pernah ngapa-ngapain sama cewek itu" gumam Langit. "Huum,,, lo gak pernah mengkhianati Wulan. Dari video itu jelas terbukti kalo lo cuma dijebak sama bajingan kampret ini" ujar Biru memandang sinis Gray. Namun bukannya merasa bersalah, Gray justru bangkit dan tertawa seraya bertepuk tangan. "Gimana rasanya Lang? Gimana rasanya kehilangan satu-satunya wanita yang bersedia menerima lo dan latar belakang lo apa adanya?" tanya Gray memandang Langit. "Maksud lo apa anjing?" geram Langit. "Haha, Wulan itu terlalu baik buat laki-laki bajingan kayak lo! Perempuan baik-baik kayak dia, gak pantes sama anak mafia kayak lo" ujar Gray memandang remeh Langit.
"Gray lo kenapa sih sebenarnya ha?" tanya Biru. "Gua kenapa? Harusnya lo tanya ke Bang Fajar, kenapa dia bisa-bisanya percayain Wulan ke tangan laki-laki bajingan kayak dia! Bokapnya udah bunuh Daddy Hiro, Mommy Nara, Papi Zhen, bahkan Bang Fajar juga! Tapi apa yang dilakuin Bang Fajar? Dia tetap percayain Wulan ketangan laki-laki ini!" ujar Gray menunjuk Langit. "Terus lo pikir siapa yang berhak untuk dipercayain Bang Fajar buat jaga Wulan ha? Lo?" tanya Biru. "Iya! Harusnya gua yang ada di posisi lo sekarang Lang!" bentak Gray membuat semuanya terdiam. "Jangan bilang lo..." "Iya,,, gua suka sama adek lo sejak dulu" ujar Gray memotong perkataan Bian. "Lo tau Ru? Sejak kecil,,, gua selalu ngalah sama Bang Fajar. Karena gua tau,,, sejak awal cinta Wulan cuman buat Bang Fajar. Gua bisa terima itu, karena apa? Karena Bang Fajar emang pantas buat jadi pendamping Wulan" ujar Gray.
"Dia bahkan gak takut untuk ngorbanin apapun yang dia punya demi Wulan. Makanya gua bersedia mundur, dan pendam perasaan gua. Karena Wulan dan Bang Fajar sama berartinya bagi gua" lanjut Gray. "Lo tau kan seberapa besar jasa keluarga Wulan dan keluarga Bang Fajar buat kita yang sejak kecil udah kehilangan sosok orangtua? Gua juga gak mau egois,,, kalo bukan karena Bang Fajar, gua gak akan kenal sama Wulan. Jadi saat gua tau mereka sama-sama suka, gua mutusin untuk mundur dan bantu jaga hubungan mereka" ujar Gray pelan. "Tapi karena kehadiran lo! Karena lo semuanya sia-sia! Gua kehilangan sosok abang bagi gua!!! Seolah gak cukup lo rebut Bang Fajar dari hidup gua, lo juga rebut cewek yang sejak dulu gua cinta!" bentak Gray.
"Sadar lo! Kalo emang lo beneran cinta sama Wulan, harusnya lo ikut bahagia saat tau dia bahagia. Bukannya malah hancurin rumah tangga dia kayak gitu" ujar Biru. "Sekarang gua tanya Ru. Sejak Bang Fajar jalanin rencana konyolnya itu,,, apa gua pernah ngebantah? Apa gua pernah nolak? Gak kan! Karena dari awal, gua emang megang prinsip lo tadi. Ikut bahagia saat orang yang kita cintai bahagia" tukas Gray. "Tapi lo semua gak tau kan, apa yang bajingan ini lakuin di kantornya?" tanya Gray kembali membuat semuanya terdiam. "Apa lagi ulah dia sekarang?" tanya Bian. "Lo yang ngasih tau, atau gua?" tanya Gray. "Mak,,, maksud lo?" tanya Langit. "Lo masih nerima Naura kerja di perusahaan lo kan? Bahkan selama ini lo mempekerjakan 2 sekretaris pribadi" ujar Gray membuat wajah Langit menegang.
Biru dan Bian serentak menatap tajam pada Langit. "Kalian gak curiga,,, kenapa Langit sampe pake 2 sekretaris?" tanya Gray membuat rahang Biru semakin mengeras. "Dia sampe bela-belain nambah lowongan sekretaris cuman buat Naura" ujar Gray. "Itu gak bener, gua,,, gua gak ada apa-apa sama Naura Bang, Ru. Sumpah" ujar Langit. "Terus kenapa lo sampe pake 2 sekretaris?" tanya Biru. "Itu,,, itu karena dia mohon-mohon supaya gua mau nerima dia di perusahaan gua. Dia,,, lagi butuh kerjaan banget" ujar Langit. "Tapi karena Mommy dulu ngasih pelajaran ke dia karena ganggu hubungan gua sama Wulan, dia jadi susah dapat kerjaan" lanjut Langit. "Kenapa harus sekretaris? Dan bisa-bisanya lo gak ngasih tau istri lo sendiri" ujar Biru.
"Gua gak mungkin mempekerjakan dia sebagai karyawan, kalo sewaktu-waktu Wulan ke kantor dan mereka ketemu gimana? Lagi pula,,, gua gak mau bikin Wulan overthinking Ru. Lo pikir dia bakal tenang gitu saat gua bilang Naura balik dalam kehidupan kami?" tanya Langit. "Lo gak inget apa yang udah diperbuat Naura sama hubungan kami dulu? Terus lo pikir,,, Wulan bakal tenang gitu aja saat gua biarin Naura balik lagi?" tanya Langit. "Terus lo pikir,,, dia bakal seneng gitu kalo seandainya dia tau semua ini? Lo boongin dia loh Lang. Udah berapa kali lo bohongin dia ha?" balas Biru. "Oke,,, masalah Aruna mungkin gua bisa belain lo. Video itu bisa jadi pegangan buat lo. Tapi Naura? Bisa-bisanya lo biarin cewek ular yang sempat ganggu hubungan kalian, masuk lagi kekehidupan lo" ujar Biru.
"Gua,,, gua cuman kasihan sama dia Ru. Dia benar-benar lagi butuh kerjaan" ujar Langit. "Bego lo anjing" ujar Ivo yang sejak tadi hanya diam memperhatikan, membuat semuanya menoleh. "Lo... Laki-laki paling bego yang pernah gua temuin di dunia ini! Mungkin lo berpikir kalo niat lo itu baik dan pure nolongin orang... Tapi bisa gak sih lo cerita ke Wulan dulu?" tanya Ivo. "Dia tuh istri lo, paham gak sih! Dimana-mana ya,,, cowok kalo udah nikah itu, apa-apa lapor ke istrinya dulu" ketus Ivo. "Bahkan ketika dia mau pake uang pun, dia pasti bilang ke istrinya. Jangan mentang-mentang Wulan ngasih lo kebebasan, lo jadi seenaknya gini ya bangsat" lanjut Ivo dengan geram. "Iya gua tau gua salah, makanya gua jelasin ke kalian semua dulu. Setelah Wulan dan Gala ketemu nanti, gua bakal jelasin ke dia semuanya dan minta maaf" ujar Langit.
"Gak perlu" ujar Bian membuat Langit menoleh. "Mak,,, sud lo Bang?" tanya Langit. "Lo gak perlu jelasin apa-apa lagi ke adek gua. Setelah adek dan keponakan gua ketemu,,, gua akan bawa mereka pergi. Dan gua gak akan ngizinin lo untuk ketemu mereka lagi" ujar Bian membuat Langit membelalak. "Lo gak bisa dong bawa istri dan anak gua gitu aja Bang" ujar Langit yang dibalas kekehan oleh Bian. Lelaki itu mendekati lemari TV dan mengambil sebuah amplop coklat dari salah satu laci, lantas melemparnya pada Langit. "Ini apa Bang?" tanya Langit. "Itu surat gugatan cerai yang dilayangin Wulan buat lo. Lo tinggal tanda tangan disitu, sisanya biar gua yang urus" ujar Bian membuat Langit membeku. Ia membuka amplop itu dengan tergesa. Bahunya meluruh saat membaca surat gugatan perceraian tersebut.
"Gak,,, gua gak akan tanda tangan! Sampe kapan pun,,, gua gak akan pernah mau cerai sama Wulan" ujar Langit. "Jangan memperumit keadaan deh Lang. Adek gua udah terlalu banyak lo boongin" ujar Bian. "Lebih baik dia tau kalo perceraian kalian tuh cuma karena masalah Aruna, daripada dia tau semua kebohongan lo yang lainnya. Itu cuma akan bikin dia makin sakit" lanjut Bian. "Tanda tangan, dan ceraiin adek gua. Biar Gala ikut kami" ujar Bian membuat Langit refleks meremas surat itu hingga tak berbentuk, dan membuangnya. "In your dream! Sampe kapan pun, gua akan pertahanin pernikahan kami" ujar Langit. "Lo mau gua paksa untuk tanda tangan?" tanya Bian yang dibalas tawa lebar oleh Langit.
"Silahkan! Gak ada yang bisa bikin seorang Langit tunduk, kecuali Ratunya. Mau lo abangnya istri gua sekalipun, sahabatnya istri gua sekalipun,,, gak ada yang bisa ngatur gua! Counter seorang Langit, hanya Wulan. Bukan yang lain" ujar Langit dingin. "Gua heran sama lo, kalo emang lo dipaksa buat biayain kebutuhan Aruna selama ini,,,, kenapa gak lo biayain pake uang lo sendiri hah?" tanya Bian membuat Langit mengernyit. "Maksud lo? Terus lo pikir selama ini semua biaya untuk anaknya mantan istri lo itu dari siapa ha kalo bukan dari uang gua" ujar Langit ketus. "Uang lo? Haha,,, jelas-jelas lo biayain semua kebutuhan tuh cewek dari uang perusahaannya Fajar, lo masih bisa bilang kalo lo yang biayain dia ha?!" bentak Bian. "Wait,,, lo ngomong apa sih?" tanya Langit bingung.
"Kalo lo mau gua bisa tunjukin semua bukti pembiayaan mereka yang dari rekening pribadi gua ya. Lo kalo marah gak usah sampe fitnah gua segala anjing" lanjutnya. "Terus ini apa ha?!" bentak Bian menyodorkan ponselnya. "Jelas-jelas disitu tertera kalo selalu ada pengeluaran bulanan dengan nominal besar dan lo sebagai penanggung jawabnya" ujar Bian. "Bahkan Om Nicholas sendiri bilang kalo lo yang akan lapor ke Wulan. Tapi apa? Lo gak lapor apa-apa kan ke dia?" tanya Bian. "Kalo emang lo biayain Aruna selama ini dari uang lo, terus untuk apa lagi lo ambil uang bulanan dari perusahaan Fajar yang ditinggalin untuk Wulan dan Mami Zheva ha?! Gua tau lo sekarang penanggung jawab perusahaan itu, tapi bukan berarti lo bisa seenaknya ngambil uang perusahaan sebesar itu tiap bulannya" lanjut Bian.
"Kapan gua ambil uang perusahaan itu ha? Gua bahkan gak pernah nyentuh uang perusahaan Bang Fajar sedikitpun" ujar Langit. "Masih mau berkilah lo?" tanya Bian kembali menunjukkan sesuatu di ponselnya pada Langit. Tampak di situ beberapa pesan yang dikirim dari nomor ponselnya ke nomor Nicholas. Pesan yang mengatakan bahwa ia sendiri yang akan melapor ke Wulan mengenai keterangan uang itu. Dan semua pesannya hampir rutin setiap bulan. "Bangsat! Ini ulah lo lagi kan?" tanya Langit menarik kerah Gray. "Iya,,, kenapa? Lo pikir kalo bukan karena itu,,, Wulan tau darimana hm?" tanya Gray menyeringai. "Bajingan lo!" ujar Langit meninju Gray hingga laki-laki itu tersungkur. "Tega lo hancurin rumah tangga gua Brengsek!!! Gua bunuh lo anjing" ujar Langit menonjok Gray secara membabibuta.
Biru dan Bian langsung dengan sigap melerai kedua lelaki itu. "Ru,,, bawa Gray pergi dulu. Biar gua yang ngurus bajingan itu nanti" ujar Bian yang langsung diangguki oleh Biru. "Kamu tunggu disini aja ya sayang. Biar aku bawa Gray dulu" ujar Biru pada Ivo. "Hati-hati" ujar Ivo. "Lo kalo mau bunuh dia, jangan di sini. Lo gak liat mereka yang daritadi duduk di sana ha" ujar Bian menunjuk keempat remaja itu. "Lagi pula kalo lo bunuh Gray pun,,, keuntungan di lo apa ha? Apa dengan bunuh Gray bisa bikin Wulan dan Gala balik lagi? Kalo iya,,, biar gua sendiri yang bunuh dia sekarang juga" ujar Bian membuat Langit terdiam dan menunduk. "Gak ada untungnya kan? Jadi gak usah nambah-nambahin dosa deh" ujar Bian beralih duduk di seberang Langit.
"Bang,,, gua tau gua salah... Tapi please, jangan bawa istri sama anak gua Bang. Cuma mereka yang gua punya sekarang" ujar Langit mendekat dan berlutut di depan Bian. "Gua udah gak bisa bantu lo Lang. Udah terlalu banyak kesalahan yang lo bikin sejak ketemu sama adek gua. Di saat kalian pacaran,,, berapa kali lo nyakitin adek gua ha? Sampe lo bikin dia masuk rumah sakit pun pernah kan?" tanya Bian. "Lo beruntung karena dulu lo punya Fajar yang siap nge-backup lo. Tapi sekarang gak lagi. Fajar udah gak ada,,, kalo lo minta bantuan gua, lo salah. Gua abangnya Wulan, udah pasti gua bakal lakuin apapun yang adek gua mau. Dan kalo emang dia maunya cerai sama lo. Gimana pun caranya, pasti akan gua turutin" ujar Bian membuat Langit menggeleng ribut.
"Gak Bang. Gua mohon,,, gua mohon Bang. Jangan pisahin gua sama Wulan" ujar Langit. "Lo berdoa aja, semoga Wulan dan Gala cepat ditemuin. Mudah-mudahan setelah mereka ditemuin nanti, lo bisa yakinin mereka dan bikin Wulan berubah pikiran. Tapi kalo lo gagal yakinin Wulan,,, maaf Lang.... gua gak bisa bantu" ujar Bian bangkit dan berlalu pergi. "Memang terkadang ada sesuatu yang lebih baik gak usah diketahui kebenarannya. Tapi mau bagaimana pun,,, bukankah kejujuran jauh lebih baik?" ujar Ivo. "Gua gak berhak untuk menghakimi lo, tapi kesalahan lo kali ini emang benar-benar fatal. Kalian menikah udah bertahun-tahun, tapi lo masih gak percaya sama istri lo. Istri lo itu bukan anak-anak lagi" ujar Ivo.
"Kalo takut dia pergi lo jadiin alasan, dia bisa aja pergi ninggalin lo dari dulu. Seperti kata Bang Bian tadi, bahkan saat masih pacaran,,, lo juga udah sering nyakitin dia. Tapi apa Wulan pergi? Kalo pun dia pergi, dia tetap balik ke lo lagi kan" lanjutnya. "Harusnya dari situ lo belajar dan tau,,, kalo istri lo itu benar-benar tulus sama lo. Kalo pun Wulan taunya Aruna itu anak lo sama wanita lain, kalo lo jujur,,, bisa aja dia bakal berlapang dada untuk ngerawat Aruna layaknya anak sendiri. Karena gua paham banget gimana tabiat sahabat gua itu. Dia terlalu baik untuk balas perbuatan jahat orang ke dia" lanjut Ivo. "Gua cuma berharap,,, semoga Tuhan masih berbaik hati untuk ngasih lo kesempatan terakhir buat perbaiki semuanya" lanjut Ivo lalu membawa keempat remaja tadi beranjak dari ruangan tersebut.
pihak sekolah nya gmna ada tauran di sekolah kok gk panggil polisi sampai ada kasus penusukan bgtu kok anteng aja 🤦