Menggantikan Peran Kakak Angkatku

Seminggu berlalu, sudah seminggu Gama membawa kedua anaknya tinggal di kota J dimana kedua orang tuanya tinggal. Begitu juga dengan Glady yang sudah seminggu tinggal di rumah Nadia. 

Ibu Nadia sangat senang saat Glady ingin tinggal bersama mereka. Semenjak kepergian suaminya dia hanya hidup bersama Nadia. Satu-satunya keluarganya yang tersisa. 

“Lady, lo seminggu ini udah ada ngabarin keluarga lo nggak ?Apa mereka nggak nyariin lo ? “ tanya Nadia membawa dua gelas teh menghampiri Glady yang sibuk belajar untuk besok pagi. 

Glady menggelengkan kepalanya. Sudah seminggu ini keluarganya tidak ada yang mencarinya membuat Glady menghela nafas kasar. 

“Sebenarnya lo anak kandung mereka apa anak angkat sih ? Kenapa nggak nyariin lo yang udah seminggu nggak pulang ! “ geram Nadia yang tidak habis pikir dengan kelakuan keluarga sahabatnya. 

“Gue nggak tahu, Nad. Gue merasa yang sebenarnya anak angkat itu adalah gue bukan Kak Cia, “ jawab Glady lirih. 

“Nggak mungkin deh, soalnya lo lebih mirip  orang tua lo beda sama kakak lo itu, “

Glady diam dan membenarkan ucapan sahabatnya. Ya, walaupun Nadia beberapa kali pernah main ke rumah Glady. Tapi dia yakin jika Glady adalah anak kandung tapi kenapa perlakuan mereka berbeda seperti kakak sahabatnya yang anak kandung. Itu yang menjadi pertanyaannya. 

“Sudahlah, ayo istirahat. Besok ujian jam 9, jangan sia-siakan tenaga ! “ ajak Glady malas untuk membahas keluarganya saat ini. 

Sedangkan di tempat lain, seorang wanita paruh baya tengah menenangkan cucu perempuannya yang sedari tadi menangis. Ya, dia adalah Ganesha ibu dari Gamaliel Dirgantara. 

“Cup, cup, cucu oma kenapa menangis hm. Kangen mommy nya ya sayang ? “ tanya Ganesha yang berusaha membujuk cucu perempuannya. 

“Nda lah oma, dedek Ella kangen na cama bibi Ladyboy bukan mommy Cia-cia na ku melindukan dilimu… “

“Eh ?! “ Ganesha kaget saat mendengar penuturan cucu laki-lakinya. 

“Kamu kenapa belum tidur, nak ? “ tanya Ganesha saat melihat cucu laki-lakinya baring menyamping di atas tempat tidur. 

“Nda bica tidul om. Biaca na bibi Ladyboy pukpuk lemak pelut Gabli.. “

“Ha, puk puk gimana ? Dimana-dimana yang di puk puk itu bokong kenapa pindah di perut ? “ tanya Ganesha bingung. 

“Kata bibi, pelut na Gabli sepelti jelly dlink. Enak di unyel-unyel katanya… “

“Hais, sudah-sudah. Tidur lagi, oma nenangin adikmu dulu, “

“Iya lah oma, “ Gabriel menarik bedcover menutupi setengah badannya, dia berusaha tidur walau sebenarnya sangat susah.  Sehingga dia memilih untuk melakukannya sendiri sampai tertidur pulas. 

Setengah jam berlalu, akhirnya Gabriella tertidur dengan sangat pulas. Ganesha tersenyum, dia mengecup kening cucunya dengan sayang. Seminggu ini, Ganesha sangat senang karena bisa bersama dengan cucunya setiap hari tanpa harus menunggu giliran. 

Dia juga tak menyangka mantan besannya bisa berbuat seperti itu, namun juga bersyukur bisa bermain dengan kedua cucunya setiap hari. Ganesha dan suaminya hanya bisa menerima keputusan putra mereka saat Gama mengatakan Patricia menggugat cerainya dan kini mereka sudah resmi bercerai tiga hari yang lalu. 

*

*

*

*

Keesokan paginya, Glady dan Nadia telah siap berangkat sekolah untuk menghadapi Ujian Nasional. Keduanya tampak semangat apalagi Glady yang merasa nyaman tinggal bersama sahabatnya terlihat jelas bebannya sedikit berkurang. 

Berbeda dengan Glady, kehidupan di rumah tak kalah bahagianya. Saat Lediana dan suaminya sibuk menyiapkan pernikahan kedua putri mereka sebelum akhirnya Patricia ikut Jonathan kembali ke LN. Raut wajah Lediana sangat-sangat bahagia sebentar lagi dia memiliki menantu kaya raya yang pastinya membuat derajat keluarga mereka semakin tinggi dari para tetangganya. 

“Mah, kalian harus membuat Glady dan Mas Gama menikah. Karena kalau tidak bagaimana bisa aku tenang setelah menikah dengan Jonathan. Pasti mereka akan  menghujatku ! “ seru Patricia khawatir. 

Lediana yang mendengar itu langsung menenangkan putrinya.  Dia menatap suaminya yang menatap mereka dengan datar. Denis tak tahu harus berbuat bagaimana,  disisi lain dia merasa tidak enak dengan putri kandungnya, tapi—

“Pah, bagaimana ? “ tanya Lediana khawatir. 

Patricia merasa ada yang aneh dengan seminggu ini, dia tidak pernah melihat adiknya lagi. Bahkan yang memasak dan mengerjakan rumah adalah pembantu yang di sewa Jonathan untuk mereka. 

“Mah, Lady dimana ? “ tanya Patricia yang baru menyadari keberadaan adiknya. 

“Dikamarnya mungkin, “ jawab Lediana yang belum sadar. 

“Mah, kalian sadar nggak jika Lady—”

“Tidak dirumah ! “ seru Lediana dan Patricia serempak membuat Denis kaget. 

Lediana langsung bergegas ke kamar putrinya untuk mengecek keadaan Glady. Sesampainya dikamar, Lediana langsung membuka pintu kamar Glady dengan raut penuh khawatir. Dia melihat ke sekeliling ruang kamar putrinya. Tempat tidur yang rapi, meja belajar yang masih rapi lalu terakhir Lediana membuka lemari pakaian putrinya dengan ragu. 

“Tidak, Lady nggak akan pergikan ? Anak itu, aku tak akan membiarkannya pergi dari rumah ini ! Sebelum semuanya terbalaskan “.

Saat Lediana membuka pintu lemari putrinya. Jantung Lediana berdebar kencang,  matanya menelisik pakaian putrinya yang masih ada di dalam lemari. 

“Huh, untung dia nggak kabur.. “Namun Lediana belum menyadari hal lainnya sehingga dia segera menutup pintu lemari dan bergegas keluar kamar untuk menghampiri suami dan putrinya. 

“Bagaimana, mah ? “ tanya Patricia khawatir. 

“Aman, mungkin dia pergi ke sekolah. Kan hari ini ujian.. “ Patricia mengangguk. Denis bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke kamar mereka dan meninggalkan Lediana serta Patricia yang kebingungan. 

“Papa kenapa, mah ? “ Lediana mengendik pundaknya. 

*

*

*

*

“Hiiiiiiiiiii, comelnaaaaaaa !! Kau si bocah gembollllll.. badan sepelti loti cobek… “ seru anak perempuan yang rambutnya di ikat dua menampilkan kesan lucu dimata orang-orang. 

Ditambah lagi, pipinya yang gembul terlihat seakan ingin tumpah. 

“Kalau loti cobek belalti adikku makanan ! “ ketus Gabriel yang menatap kesal anak perempuan dihadapannya. 

Pagi ini di rumah kediaman Dirgantara, mereka kedatangan tamu sepupu mereka dari keluarga Gilbert. Cicit Gilbert yang mendengar jika dikediaman keluarga Dirgantara ada cucunya yang kini sudah tinggal disana membuat cicit perempuan pertama keluarga Gilbert merengek untuk pergi menemui saudara sepupunya. 

“ Siapa yang bilang adekmu makanan, haa ??? Agak cetles ku lasa kau ini ! “ ketus anak perempuan itu. 

“Eeeeee J4nintyang ! Citu yang bilang na, loti sobek. Wajal Gabliel bilang gitu ! “ kata Gabliel tak kalah ketus. 

“Heeee malaikat gendut ! Namaku Anindtya bukan J4nintyang . Kau kila aku bayi tiang ! “ 

“Kalian kenapa jadi adu mulut ? “ tanya Ganesha yang datang membawa nampan berisi cemilan dan susu untuk cucu-cucunya di belakangnya ada Aurora dan menantunya Amanda. 

“Mommmmyyy…  dengel malaikat gendut manggil Anin, J4nintyang ! “ adu Anindtya kepada Amanda, ia memeluk kaki mommy nya dengan wajah yang terlihat terluka. 

“Dia kila, Anin bayi tiang ! “ ketusnya kesal. 

Amanda menggelengkan kepalanya, dengan tangan kanannya Amanda mengelus kepala putrinya dengan sayang. 

“Sebelumnya, Anin pernah manggil apa sama Gabriel ? “ tanya Amanda lembut. 

“Malaikat gendut, “ cicit Anindtya yang masih memeluk kaki Amanda. 

“Dia bilang adekna Gabli loti cobek, bibi. Di kila na dedek Ella, makanan ! “ adu Gabriel membuat Anindtya kesal. 

“Calah cendili kenapa badanna cepelti loti cobek !!! “ pekik Anindtya kesal. 

“Nda bica gitu dong, J4nintyang !!! “ ketus Gabriel. 

“Kau !! Malaikat gendutttt !” pekik Anindtya hendak menyer4ng Gabriel yang juga sudah bersiap untuk meny3r4ng Anindtya. 

“Ekheeeeee… “