Arumi Yudistira seorang wanita yang penyabar. setiap ada masalah dalam rumah tangga selalu dia hadapi dengan sabar.
akan tetapi, untuk masalah kali ini tidak bisa membuat Arumi untuk lebih bersabar lagi. Hingga Arumi memilih untuk pergi meninggalkan suaminya yang tak kunjung ada perubahan.
lalu bagaimana reaksi Gibran iskandar yang mengetahui istrinya pergi meninggalkan nya?
Akankah Gibran mengejarnya? atau membiarkan nya?
yuk simak kisah ini sampai habis yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razi Maulidi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. Delapan
Bab. 8
Mika sepertinya tau tentang semua ini. Akan tetapi, dia memilih diam saja. Walaupun sudah ada di benaknya bahwa ada sesuatu di antara pak bos nya itu.
"Ehh Mik, bagaimana rekaman semalam?" tanya Arumi.
"Oh iya ya, belum kita lihat rekaman itu."
Mika lantas mengambil ponsel milik Arumi dan membuka kembali rekaman semalam.
"Ini dapat!"
Mereka pun menonton video itu dengan seksama.
"Ternyata benar dengan dugaanku, mereka menculik orang lalu menjualnya. Dan bagi para gadis mereka jual ke rumah pelacur." ucap Mika yang mulai menebak bahwa benar dengan insting nya.
"Lalu bagaimana sekarang? Apa yang kita lakukan dengan video ini? Apa kita serahkan ke polisi saja ya?"
"Aku bingung. Apa tidak beresiko jika kita serahkan rekaman ini ke polisi?"
Mereka berdua tampak bingung memikirkan cara. Akan tetapi, pikiran mereka buntu. Alangkah lebih baik mereka lanjut kerja saja lagi. Daripada nanti bosnya ngomel dan bisa bisa di pecat lagi.
\*\*\*
Hari sudah sore, di mana jam kerja juga hampir pulang. Tampak pak Alex masuk ke dalam ruangan Arumi.
"Hay, Arumi," sapa pak Alex lembut.
Lantas suara itu yang tiba-tiba membuat Arumi terkejut.
"Maaf, jika aku mengejutkan mu, kamu sedang apa?" ujar pak Alex lagi.
"Tidak apa-apa pak. A-aku sedang mengetik sesuatu, pak." jawab Arumi terbata bata.
"Apa tadi yang kamu bicarakan sama Mika? Kok kalian lama sekali, tadi?" tanya pak Alex dengan memicingkan sebelah mata.
"Tidak ada pak. Tidak ada yang serius kok."
"Tidak ada? Tidak mungkin! Kalian bicara lama sekali tadi. Pasti ada sesuatu yang kalian bicarakan?!"
Pak Alex terus bertanya tentang tadi pagi pembicaraan mereka. Namun, Arumi tetap tidak bicara. Sesaat, ia berpikir tentang apa yang selanjutnya mereka lakukan dengan rekaman itu? Arumi dan Mika jadi bingung.
Arumi memegang ponselnya, ia masih bingung. Akankah ia buka suara? ..
"Ada apa, Arumi?" panggil pak Alex mengejutkan nya.
Arumi masih terdiam. Lantas pak Alex menatapnya lekat. Arumi baru berani menatap pak Alex yang sudah semakin dekat wajahnya.
"Katakan saja ada apa?" desak pak Alex kembali.
Hmmm... Huft...
Arumi tampak menghembuskan nafas berat.
"Iya, pak. Dan dari mana bapak tau bahwa ada sesuatu yang kami bicarakan?" jawab Arumi dengan kembali menatap pak Alex lekat.
"Tentu saja aku tau. Ceritakan saja, kenapa harus bercerita berdua saja? Itu tidak asik!"
Arumi menatap nanar pak Alex. Lalu ia mulai mengambil ancangan untuk mulai bicara. Bingung harus mulai dari mana.
"Gini pak, tadi kami terlambat karena telat bangun. Maaf pak. Semalam pasti kami kecapean banget." ujarnya.
"Abis ngapain kalian semalam? Kok bisa capek gitu?" tanya pak Alex yang merasa heran.
"Ehh nggak kok pak.. Kami semalam pergi ke suatu tempat tepatnya dalam hutan. Kami pergi ke sana dengan mengendap-endap." sambungnya lagi.
"Kenapa ke hutan malam malam. Dengan cara mengendap-endap lagi?" pak Alex terus bertanya karena heran.
"Duh gimana ya mau bilang.. Pak Alex percaya nggak sama ceriataku?" tanya Arumi kemudian.
"Cerita saja belum, bagaimana aku mau percaya. Iya, iya, aku percaya. Udah ayo, lanjut cerita lagi."
"Ada sesuatu yang kriminal di gubuk sana. Tepatnya tempat itu seperti base camp. Dan orang orang penjaga di sana cukup mengerikan pak. Tunggu pak, aku punya rekaman nya hasil kami ngerekam semalam. Tapi kami bingung mau kami apain rekaman itu. Mau di laporkan ke polisi, apa polisi percaya dengan omongan kami."
Arumi kemudian mengeluarkan ponselnya dan memutar rekaman semalam di hadapan pak Alex. Arumi bangkit dan beranjak mendekati pak Alex supaya pak Alex bisa melihatnya. Arumi berdiri di samping pak Alex.
Alangkah terkejutnya ketika tangan besar dan kekar itu memegang pinggangnya dan menariknya ke pangkuannya. Arumi terdiam seribu bahasa. Jantung nya berdegup kencang dan seolah mau jatuh.
Setelah Arumi duduk pun tangan itu tak di pindahkan dari pinggang Arumi. Wanita itu mulai merasa tidak nyaman jika bosnya memperlakukan nya seperti itu.
"Lepaskan tanganmu, pak." ucap Arumi.
Akan tetapi pak Alex tak mengindahkan nya. Malah peluk di pinggang itu semakin di eratkan.
Arumi memberontak dan berusaha memindahkan tangan itu. Akan tetapi, dia kalah tenaga dengan pak Alex.
"Jangan bergerak ahh.. Bagaimana aku bisa tonton rekaman itu jika kamu duduknya bergerak terus." ujar pak Alex.
Arumi jadi diam. Ia kembali melihat rekaman itu bersama pak Alex.
"Bagaimana menurut bapak tentang video itu. Bapak percaya kan omongan Ar tidak bohong. Apa memang harus di serahkan ke polisi?" tanya Arumi.
"Kalau boleh aku tau, kenapa dan apa tujuan kalian ke sana?" tanya pak Alex kembali.
"Aku di ajak Mika. Dia bilang, dia sudah menemukan tempat singgahnya orang yang membunuh orang tuanya dulu. Padahal kemaren dia sudah menolak untuk aku ikut dengan nya. Tapi aku tetap minta ikut."
Hmmm...
"Lain kali jangan pergi sendiri, apalagi menyangkut masalah seperti itu. Bahaya tau. Biar rekaman ini aku salin dulu di ponsel ku. Nanti aku pikirkan caranya. Aku punya teman TNI. Mungkin bisa ku ajak bicara dengan nya." ucap pak Alex.
Entah kenapa pak Alex kini, menjadi lebih dekat dengan nya. Arumi hendak bangun dari pangkuan itu. Namun, tidak bisa. Pinggang nya di peluk erat oleh pak Alex dan kini pak Alex mulai mencium aroma lehernya Arumi. Dia mulai bersandar di bahu Arumi sesaat.
Karena merasa tidak nyaman, Arumi langsung memberontak dan bangun dari pangkuan itu.
"Ingat! Jika saat kita sedang berdua saja jangan panggil aku pak. Panggil namaku saja. Kamu mengerti!"
Pak Alex lalu bergegas bangkit dan keluar dari ruangan Arumi.
Hufttt.....
Syukurlah. Dia sudah keluar. Dia membuat jantungku hampir copot saja. Gumam Arumi yang merasa berkeringat.
Arumi meraih air putih itu dan menenggaknya hingga tandas.
Akhirnya jam pulang tiba...
Sesampainya di rumah, mereka berdua mencoba untuk istirahat.
"Mika, maaf tadi aku kelabakan bicara. Lagian sih pak Alex mendesak ku terus. Jadi aku bercerita deh padanya. Tapi, dia bilang, dia akan membantu kita." ujar Arumi membuka suara setelah beberapa menit hening.
Sesaat Mika membelalak.
"Lalu, pak Alex percaya?" tanya Mika yang syok.
Arumi hanya mengangguk tanpa menjawab.
Huft...
Mereka berdua bernafas panjang. Mereka terlepas dari gangguan pikiran nya. Dan apakah mereka bisa tenang sebelum masalah ini terselesaikan?
"Mudah-mudahan pak Alex mau membantu kita." ucap Mika mantap.
Aminnnn...
Dddrrrrrrr.... Dddddrrrrrrr...
Ponsel Arumi berbunyi. Tampak mereka berdua sedang asik di ruang tamu. Tadinya, Arumi cas hp di kamarnya. Begitu mendengar suara ponselnya yang berdering, Arumi langsung bergegas ke kamar.
"Hallo, selamat malam, Ar." sapa pak Alex di seberang sana.
"Iya, selamat malam pak." jawab Arumi pelan.
"Kenapa kamu manggil pak? Bukankah sudah aku bilang jangan panggil pak di saat hanya kita berdua saja!" bentak pak Alex di sana membuat Arumi terkejut dan tersentak di sini.
"I-iya, tapi ada apa bapak menelpon? Malam malam lagi?" jawab Arumi dengan nada ciut.
Bagaimana tidak. Sudah bertahun-tahun Arumi bekerja di perusahaan itu, baru kali ini ia mendengar ucapan kasar pak Alex terhadapnya. Mungkin sih sering pak Alex marah tapi bukan terhadapnya.
Bersambung...
Yuk lanjut bab 9...
Yuk kita mampir baca di cerita satu ini.. Ceritanya bagus bagus dong..