NovelToon NovelToon
Mas Kapten, Ayo Bercerai!

Mas Kapten, Ayo Bercerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:277.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Lima tahun lalu, malam hujan hampir merenggut nyawa Kapten Shaka Wirantara.
Seorang wanita misterius berhelm hitam menyelamatkannya, lalu menghilang tanpa jejak. Sejak malam itu, Shaka tak pernah berhenti mencari sosok tanpa nama yang ia sebut penjaga takdirnya.

Sebulan kemudian, Shaka dijodohkan dengan Amara, wanita yang ternyata adalah penyelamatnya malam itu. Namun Amara menyembunyikan identitasnya, tak ingin Shaka menikah karena rasa balas budi.
Lima tahun pernikahan mereka berjalan dingin dan penuh jarak.

Ketika cinta mulai tumbuh perlahan, kehadiran Karina, gadis adopsi keluarga wirantara, yang mirip dengan sosok penyelamat di masa lalu, kembali mengguncang perasaan Shaka.
Dan Amara pun sadar, cinta yang dipertahankannya mungkin tak pernah benar-benar ada.

“Mas Kapten,” ucap Amara pelan.
“Ayo kita bercerai.”

Akankah, Shaka dan Amara bercerai? atau Shaka memilih Amara untuk mempertahankan pernikahannya, di mana cinta mungkin mulai tumbuh.

Yuk, simak kisah ini di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Bukan soal cinta yang hilang tapi kepercayaan yang hancur.

Tuan Wirantara masih berdiri di tempatnya, menatap bocah kecil yang berdiri di sisi Amara dengan pandangan tak percaya. Langkahnya tergerak perlahan, tapi sebelum sempat mendekat, Amara segera melangkah ke depan dan berdiri di antara mereka.

“Cukup, Tuan,” ucap Amara datar namun tegas. “Saya bukan bagian dari keluarga ini lagi.”

Tatapan Tuan Wirantara melembut, tapi nada suaranya tetap berwibawa. “Amara … biarkan aku melihat cucuku. Enam tahun...”

“Tidak.” Amara memotong cepat. “Aku datang ke sini bukan untuk membuka masa lalu, tapi karena seseorang terluka membantuku. Setelah tahu Kapten Shaka baik-baik saja, aku akan pergi dari sini. Aku dan Azril tidak akan mengganggu kehidupan keluarga kalian lagi.”

Suara Amara bergetar di akhir kalimatnya, tapi sorot matanya tegas. Ia menggenggam tangan kecil Azril, bersiap melangkah pergi. Namun sebelum ia sempat berbalik, Merlin menahan lengannya.

“Amara, jangan pergi dulu, Nak.” Suara Merlin terdengar lirih namun penuh harap. “Setidaknya … biarkan aku melihat cucuku sebentar. Aku sudah lama menunggu saat seperti ini. Aku ingin memeluknya … hanya sekali.”

Amara terdiam, matanya sedikit berkaca, tapi genggamannya pada tangan Azril makin kuat. Hatinya berperang antara kerinduan dan luka lama yang belum sembuh. Melihat Amara mulai goyah, Zico segera maju dan dengan sopan tapi tegas melepaskan tangan Merlin dari lengan Amara.

“Maaf, Nyonya.” katanya dengan nada datar namun hormat. “Nona Amara sudah memutuskan. Tolong jangan mempersulitnya lagi.”

Zico lalu menuntun Amara dan Azril pergi meninggalkan ruangan. Langkah mereka cepat, namun berat terutama bagi Amara, yang matanya mulai basah tanpa ia sadari. Merlin mematung menatap punggung Amara yang menjauh. Dadanya sesak, air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Ia lalu berbalik, menatap suaminya dengan wajah penuh luka dan ketegasan.

“Mas … tolong, temui Tuan Edward. Bicaralah dengannya. Kalau perlu, mohonlah agar Amara mau kembali. Aku tidak peduli lagi dengan masa lalu … aku hanya ingin mengenal cucuku.”

Tuan Wirantara menarik napas panjang, wajahnya menegang namun matanya tampak berat. Ia menepuk lembut bahu istrinya.

“Baik, aku janji … aku akan menemui Edward. Tapi untuk saat ini…” ia menatap ke arah ruang rawat di ujung koridor, “kita lihat dulu kondisi Shaka. Anak itu … pasti juga butuh kita.”

Pintu ruang rawat itu terbuka perlahan. Suara derit engselnya terdengar samar di tengah keheningan rumah sakit. Shaka, yang bersandar lemah di ranjang dengan perban di pelipisnya, menoleh cepat. Senyum kecil terbit di wajahnya hangat, penuh harap.

Namun, senyum itu perlahan memudar ketika yang muncul bukan sosok yang ia bayangkan. Yang datang bukan Amara tapi melainkan kedua orang tuanya Tuan Wirantara dan Merlin.

Shaka menunduk sedikit, mengalihkan pandangan ke arah jendela, mencoba menutupi kekecewaannya. Tapi Merlin menangkap dengan jelas perubahan itu. Ia menghampiri perlahan, duduk di tepi ranjang, menatap wajah putranya dengan lembut.

“Kau … mengharapkan Amara, ya?” Suara Merlin pelan, tapi menusuk hati.

Shaka tak langsung menjawab. Hanya mengangguk pelan, matanya masih menatap kosong ke luar jendela, ke langit sore yang perlahan berwarna jingga.

Tuan Wirantara berdiri di sisi lain tempat tidur, menyilangkan tangan di dada. Nada suaranya datar, tapi mengandung sesuatu yang sulit disembunyikan antara penyesalan dan otoritas seorang ayah.

“Amara sudah pergi,” katanya singkat. “Dia membawa anak kalian.”

Shaka menoleh cepat, pupil matanya melebar.

“Anak kami?” suaranya nyaris bergetar, antara kaget dan tak percaya. Merlin mengangguk pelan, menatap Shaka dengan senyum getir.

“Iya, Nak … bocah kecil yang bersama dengannya waktu itu ... Azril ... dia anakmu dan Amara.”

Suasana ruangan mendadak hening. Hanya suara detak monitor jantung yang terdengar stabil di sisi Shaka. Lama ia terdiam, seolah mencoba mencerna kalimat itu. Jemarinya yang lemah mengepal perlahan di atas selimut.

Merlin menggenggam tangannya.

“Bawalah mereka kembali, Shaka. Ibu tidak mau tahu … Amara harus kembali ke keluarga ini. Ibu ingin melihat cucu ibu, mendengarnya memanggil nenek.”

Namun Shaka tetap diam. Tatapannya kosong, jauh tapi dalam pikirannya, bayangan Amara menari-nari. Senyumnya, tatapan matanya enam tahun lalu sebelum semuanya berantakan, dan kini saat mereka bertemu lagi di tengah kekacauan mall itu.

Ada rasa sakit yang merayap di dadanya, rasa bersalah yang menyesakkan, sekaligus dorongan kuat yang mulai tumbuh. Akhirnya, ia menarik napas panjang, lalu menatap kedua orang tuanya.

“Ibu, Ayah…” ucapnya pelan, namun matanya kini tajam penuh tekad.

“Aku akan membawanya kembali.”

Merlin menatapnya dengan mata yang mulai basah. Tuan Wirantara hanya mengangguk pelan, tapi dalam hatinya, ia tahu perjuangan anaknya kali ini tidak akan semudah dulu. Karena yang ia kejar bukan hanya cinta yang hilang, tapi juga kepercayaan yang telah hancur.

Sambil nunggu update nanti sore, ayo mampir di sini dulu ...

1
Jong Nyuk Tjen
itulah bodoh ny s shaka , piara musuh dlm selimut. Ud tau s karina ky gmna , msh aj mw d ksh kesempatan. Jngan2 emang shaka sebetulnya ad rasa kali ke s karina. Dr dulu percaya bnget am s karina yg akhirnya bikin rumtang mu am amara jd berantakan
Nia nurhayati
dasar mak lampirr kau karina😡😡😡
Aretha Shanum
sampah dipelihara
Esther Lestari
Karina obsesimu akan menghancurkan hidupmu.
Hati2 kapten Shaka, hari ini Amara berhasil dan sasaran selanjutnya kamu kapten Shaka
Lilik Juhariah
waduh kl semua tahanandg mudah keluar Krn jaminan, kapten saka hati hati jgn terjebak, pasti dgk cara kotor tu si Karin, musuhnya karin aja KY karet gknkapok kapok
Lilik Juhariah
mungkin dibalik masalah ini hati Amara akan sadar butuh saka
Lilik Juhariah
mungkin butuh pengorbanan yang besar buat kapten Shaka Krn luka yg ditinggalkan begitu dalam
Teh Euis Tea
top amara, si ulat bulu ga sadar2 km, niat busuk km untuk menghancurkan amara ga akan berhasil
iqha_24
ayo Shaka basmi si ulet bulu karina
Ariany Sudjana
biarkan saja Amara yang mengatasi krisis itu, kan Amara super woman. ingin tahu apa Amara bisa tetap sombong?
Suci Dava: itu semua kan berawal dari kebodohan Shaka sendiri, terlalu memuja Karina yg di anggap orang yg pernah menolong nya
total 1 replies
Lilik Juhariah
Karina disini belum.dijelasin SDH diusir dari.dulu atau masih ngejar saka
Lilik Juhariah
kok masih bisa tetap sama Shaka padahal kan tau bagaimana Karin di keluarga Shaka, dan dia ngaku, apa segitu bodohnya saka sampe membiarkan Karin masih di sisi keluarganya setelah 6 tahun
Lilik Juhariah
udah tau cerita Kirana emang sengaja berbohong koknmasih cawe cawe donoerisahaan kan orang lain
Ariany Sudjana
Amara kamu bodoh dan egois sekali, kamu ternyata kehilangan Shaka, tapi kamu ga mau jujur, dan kamu terlalu sombong. sudahlah biarkan Shaka cari kebahagiaannya sendiri dengan perempuan lain, kan itu yang kamu inginkan
Yunita: yg di salahin bukan Amara tapi author nya yg blm amarah kayak gituu.. dan bertele2..
total 1 replies
Naufal Affiq
munafik kamu amara
Lilik Juhariah
gak nyalahin kl Amara memagar tembok beton di sekeliling nya , kesaktiannya udah parah
Lilik Juhariah
amara TDK menghancurkan perusahaan saka sekaligus Krn dia masih punya nurani, ada ibu dan ayah mertua yg sayang sama dia
Lilik Juhariah
heem belum boom ini , saka
Lilik Juhariah
rasakan saka, jahat banget lebih percaya orang lain tanpa bertanya dan selidiki , harusnya kapten lebih cerdas ini lulusnya dulu pake uang mungkin,
Lilik Juhariah
jahat banget nih Shaka, apa coba maunya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!