Semua KARENA Kamu

Duo tampan sedang duduk dikursi favorit mereka yang ada disudut Kafe bersama Windi. Sedangkan Irena tengah memasak makanan mereka bersama Esra.

"Loe kenapa sih onta..? gue perhatiin belakangan ini muka loe makin kusut aja." selidik Abra.

"Enggak apa apa..!" jawab lemah Onta dengan bibir yang digigit kecil.

"Bibir jangan digigit gitu kenapa..?" kata Windi yang langsung mendapat perhatian dari Okan dan Abra.

"Kenapa...?" tanya Okan dengan dahi berkerut tipis.

"Bibir loe makin seksi, nikmat banget kayanya..? legit pasti kalau dicium." jawab frontal Windi.

"Sok tau loe, belum pernah icip juga." balas Okan.

"Pengennya mah icip icip kalau boleh..? lebih dari bibir juga mau gue..?" jawab Windi.

Mata Okan dan Abra mendelik tajam

"Serius loe..?" tanya Okan dan diangguki oleh Windi.

"Jangan minta tanggung jawab tapi, apa lagi pacaran, sok mengekang, pengen memiliki, males gue." imbuh Okan.

"Enggak lah..! selama kita bisa saling menguntungkan, kenapa enggak..?" jawab Windi tanpa ragu.

"Oke gue terima tantangan loe. Tapi inget, jangan ada pembahasan macem macem seudahnya, apa lagi tanggung jawab. Kita cuma happy happy aja."

"Siap..! Abra saksinya."

Untuk sesaat obrolan ketiga orang itu terhenti, karena kehadiran Esra dan Irena yang membawa makanan hasil karya keduanya.

Mereka berlima menikmati makanan dengan diiringi canda tawa.

"Permisi maaf mengganggu..!" seru seseorang yang membuat mereka berlima mengarahkan mata kepada pria itu.

"Eh yang..! kamu udah makan..?" balas Esra riang.

"Belum yang..! aku pengen makan sama kamu." jawab Tommy "Apa kabar kak..?" sapanya kemudian kepada Abra dan Okan.

Okan dan Abra menanggapi sapaan Tommy dengan ramah. Akhirnya mereka berenam makan bersama. Tommy dan Esra tidak henti hentinya pamer kemesraan.

"Udah buruan makannya, kita cabut yuk..!" ucap Okan teruntuk Windi dan kedua pasangan Abra dan Irena.

"Mau pada kemana gitu..? masih sore juga." tanya Esra.

"Cari yang enak enak..!" ketus Okan.

Okan dan Abra serta Irena dan Windi, pergi meninggalkan kafe. Tujuan mereka sudah pasti keapartemen. Okan dan Windi segera memasuki kamar untuk bersenang senang. Sementara Abra dan Irena berada diruang televisi taoi berbeda unit.

"Okan kayanya suka sama Esra deh yang..!" ucap Irena yang membuat Abra tersedak makan ringan didalam mulutnya.

"JANGAN NGACO KAMU..? enggak mungkin lah..! kita dari orok udah bareng. Ikatan kita itu bukan cuma persahabatan, tapi persaudaraan bahkan lebih dari saudara malah. Onta cuma menganggap Esra adek, sama kaya aku dan yang lain juga."

"Yang..! kamu itu pinter, pasti bisa bedain sikap cemburu sebagai laki laki pada perempuan, atau pada adek. Yakin aku Okan suka sama Esra."

"Enggak mungkin yang..! sangat enggak mungkin itu."

"Kamu enggak merhatiin reaksi dan sikap Okan seudah dan sebelum cem ceman Esra dateng. Apa lagi waktu mereka mesra gitu, berubah kesel Okan. Besok kita ya kalau kumpul bareng, kita perhatiin reaksi Okan."

Abra yang berniat ingin memberi Irena leher naga, akhirnya membatalkan maksudnya itu. Kini otaknya justru teralihkan kepada Okan. Diingatnya kembali bagaimana sikap dan ucapan Okan selama ini kepada Esra, hati Abra pun mulai terusik.

Sementara itu didalam kamar dengan unit apartemen yang berbeda, Okan dan Windi masih terlibat obrolan dibarengi dengan cumbuan ringan.

"Loe udah biasa melakukan ini..?" tanya Okan sembari bermain main diarea dada Windi.

"Enggak, baru ini sama loe." jawab Windi setengah melenguh.

"Serius loe..?" tanya Okan menghentikan aksinya dan menatap wajah Windi yang sudah diselimuti birahi.

Windi mengangguk.

"Kenapa loe mau sama gue..? Loe enggak nyesel..?"

"Enggak...!"

"Gue tanya lagi nih, loe yakin mau tidur sama gue...? karena gue enggak akan mau ada tuntutan apa apa kedepannya."

"Iya gue yakin, cuma satu aja gue mau minta sama loe."

"Apa...?"

"Penuhi kebutuhan gue, terutama biaya kuliah juga sekolah adek gue. Sorry Okan, bukan gue mau manfaatin loe, tapi dari pada gue jual diri sama banyak laki laki, mending sama loe aja, gaji gue ditoko bunga enggak cukup untuk penuhi kebutuhan gue dan keluarga."

"Soal itu loe tenang aja, gue akan penuhi. Tapi untuk yang lain apa lagi status dan tanggung jawab gue enggak bisa kasih. Dihati gue ada orang lain Win, gue jadi bangsat begini juga karena pengen melupakan dia." balas sedih Okan.

"Iya, gue tahu kok dan gue paham banget." jawab Windi lalu meraih tengkuk Okan dan membenamkan ciuman kebibir pria itu.

Pergulatan saling memberi dan menerima pun terjadi, sampai dimana Windi dibuat terkejut karena Okan malah berguling kesamping tubuh polosnya.

"Kenapa..?"

"Loe puasin dengan cara lain aja Win, bikin tuntas pakai tangan atau bibir. Loe tenang aja gue bakal tetap penuhi kebutuhan loe." jawab Okan dengan nafas tersengal.

"Tapi kenapa loe en----

"Enggak sekarang Win, gue belum mau merusak loe. Udah buruan, enggak tahan gue ini." balas Okan kemudian menarik raga polos Windi untuk kembali melanjutkan kegiatan mereka.

Dua jam berlalu, pada akhirnya Okan dan Windi selesai dengan urusan mereka. Walau tanpa ada penyatuan, namun itu sudah cukup memuaskan bagi Okan.

"Ini banyak banget Okan..!" ucap Windi kala menerima uang dari Okan.

"Udah ambil." jawab Okan "inget ya Win, jangan cari lelaki lain. Jangan jual keperawanan loe sama siapa pun. Kalau butuh apa apa cari gue aja."

Windi tersenyum "makasih ya Okan..? gue janji enggak akan jual diri kelelaki lain."

Mereka kemudian meninggalkan lantai unit apartemen itu, guna menyambangi Abra dan Irena diunit lain. Setelahnya Okan dan Abra mengantarkan Irena dan Windi kerumah masing masing, sebelum kedua pria itu pulang kediaman mereka sendiri.

"Onta, loe cinta sama Esra...?"

Ciitttt Jedug

"KAMPRET, BEDEBAH LOE...!" umpat kesal Abra sembari mengusap dahinya yang terbentur dashboard.

"Lagian loe ngagetin gue aja. Mulut loe minta direparasi kayanya..?"

"Jujur deh onta, loe cinta sama Esra.?"

"Jangan ngaco loe..! gue beri bebeg itu entar toa iblis." sangkal Okan sebisa mungkin.

"Ya udah sih kalau enggak, jangan sewot gitu." balas Abra mengalah sembari meringis akibat nyeri didahinya.