"Perhatian!"
Agar tidak bingung dengan cerita ini, baca dulu cerita "Cinta Sembunyi-sembunyi dengan bos"
Elang dan Merpati adalah sepasang anak kembar berbeda karakter. Elang seorang pria dingin dan cuek sama lawan jenis. Bahkan hingga saat ini pun belum memiliki pacar.
Sementara Merpati, seorang gadis bar bar, namun juga sulit untuk mendapatkan cintanya. Meskipun gampang bergaul dengan lawan jenis tapi sangat sulit untuk didekati.
Namun pada suatu hari mereka jatuh cinta pada seorang gadis dan seorang pria.
Siapakah yang bisa meluluhkan hatinya? penasaran? ikuti yuk kisahnya dan baca jika berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
"Mengapa duduk sendiri?"
Hansen menoleh ke arah suara, padahal ia menggunakan headset. Namun suara pertanyaan itu masih terdengar.
Hansen bangkit dari duduknya dan berlari kecil menghampiri orang tersebut. "Kamu Merpati, kan?"
Hansen langsung memeluk tubuh gadis itu, namun ternyata hanya ilusinya saja. Hansen tertawa hambar lalu menggeleng kan kepalanya.
"Apa yang terjadi denganku?" batin nya.
Hansen kembali duduk, kali ini ia lebih berfokus membaca buku yang ia bawa. Hansen tidak peduli lagi dengan apapun disekitarnya.
Hingga ada satu tangan menyentuh pundaknya, Hansen menoleh dan kembali fokus pada bukunya.
Kali ini ia tidak akan tertipu lagi dan menganggap jika itu hanya halusinasi saja. Hingga gadis itu pergi barulah Hansen sadar jika yang menyentuh pundaknya bukan halusinasi.
Hansen hanya memperhatikan belakang gadis itu yang semakin menjauh. Hansen mengucek matanya untuk memastikan jika ini adalah nyata.
"Merpati? Jadi ini bukan halusinasi ku?" batinnya.
Hansen bangkit dan berlari, namun Merpati sudah pergi lebih dulu dengan motor sportnya bersama tiga bodyguard tampan nya.
"Argh!" Hansen menggusar rambutnya sendiri. Kemudian ia berlari menghampiri motornya.
Tadinya Merpati ingin nyamperin Hansen, karena beberapa kali dipanggil, Hansen tidak menoleh sama sekali.
Jadi Merpati berinisiatif menyentuh pundaknya, dan Hansen juga tidak peduli. Akhirnya Merpati pun pergi.
Sebenarnya tidak ada tujuan apa-apa sih, karena Merpati melihat Hansen duduk sendirian ditaman, jadi ia menyamperin nya.
Hansen mengejar Merpati, tidak peduli ada tiga mobil mengikuti Merpati. Hansen melajukan motornya dan berhasil menghadang motor milik Merpati.
Otomatis Merpati dan tiga mobil lainnya berhenti. Agar tidak menggangu pengendara lain, merekapun menepikan kendaraan mereka.
Merekapun keluar dari mobil masing-masing, dengan gaya cool mereka menghampiri Hansen.
"Ada apa?" tanya Elang dengan wajah datarnya. Sedangkan Marvel dan Darrel berkacak pinggang seperti preman.
"Aku hanya ingin bicara dengan dia." Tunjuk Hansen kepada Merpati.
"Bicaralah, panas nih, aku juga tidak banyak waktu," jawab Merpati.
"Oke, kita cari tempat, cafe atau apapun, sekalian aku traktir minum, makan dan lain-lain.
Darrel mendengar kata traktir senang bukan main. Malah dia yang ingin cepat-cepat ke cafe tersebut.
Padahal di kantin kampus ia juga sering di traktir oleh Merpati dan yang lainnya. Namun ada juga kalanya ia yang mentraktir mereka.
Merpati pun setuju, akhirnya merekapun ke cafe yang tidak jauh dari tempat mereka saat ini.
"Kalian mau minum apa? Makan apa pesan saja jangan sungkan," tanya Hansen.
Pelayan datang dengan membawa buku menu. "Silahkan Tuan, Nona," ucap pelayan dengan sopan.
Merpati, Elang dan Marvel hanya pesan minuman. Sedangkan Darrel memesan makanan dan minuman. Hansen juga pesan minuman saja.
"Sebenarnya ada apa?" tanya Merpati to the point. Karena apapun dia tidak suka basa-basi.
"Em ... mmm, terima kasih karena sudah menolong ku waktu itu. Aku tahu itu kamu, kan?" tanya Hansen.
"Gak perlu berterima kasih, lagian jika mau bunuh diri jangan di jembatan. Nanti cepat viral," jawab Merpati.
"Aku hanya ingin menenangkan diri, lagi pula jembatan itu masih ada pembatas, kan? Gak mungkin aku ingin bunuh diri."
"Lagian apa sih masalah mu, sampai depresi gitu?" tanya Marvel ceplas-ceplos.
"Gak ada," jawab Hansen lesu.
"Kamu tidak punya teman, bisa gabung sama kita kok," kata Darrel.
"Ehhem" Merpati dan Elang berdehem serentak.
Darrel langsung menciut dan segera menutup mulutnya. Hansen memandang mereka satu persatu.
"Tapi aku sudah terbiasa sendiri," jawab Hansen.
Pesanan merekapun datang, Darrel menggosok-gosok tangannya sebelum memegang sendok dan garpu.
"Bukannya di kantin tadi sudah makan?" tanya Marvel.
"Tadi sama ini kan beda," jawab Darrel.
Mereka tidak banyak bicara, hingga Darrel pun selesai makan. Hansen membayar semua pesanan mereka dengan menggunakan qris.
Sebenarnya di cafe ini ada beberapa cara untuk melakukan pembayaran, termasuk menggunakan qris.
"Yuk pulang!" ajak Merpati.
"Terima kasih banyak sudah mentraktir kami semua," ucap Darrel.
Sebenarnya yang paling cerewet dan paling tidak tau malu diantara mereka adalah Darrel. Apalagi jika mendengar gratisan.
Merekapun berpisah dengan tujuan masing-masing, Hansen tersenyum sepanjang perjalanan.
Entahlah, ia merasa senang saat ini. Apalagi saat teringat dengan ilusinya saat di taman.
Elang dan Merpati tiba di mansion, baru turun dari motor ia langsung memeluk sang Oma.
"Oma." Seolah sudah berhari-hari tidak bertemu. Padahal baru tadi pagi.
"Kalian sudah pulang? Kamu El, tidak ke perusahaan papamu?" tanya Ardina.
"Tidak Oma, tadi papa pesan tidak perlu kesana," jawab Elang.
"Ya sudah ayo masuk!" Merpati bergelayut manja di lengan Ardina.
"Kalian sudah makan?" tanya Abbey. Keduanya saling pandang lalu menggeleng serentak.
Sebenarnya mereka tidak terlalu lapar, karena di kantin kampus mereka juga sudah makan, tapi ini sudah jam satu siang jadi mereka bilang belum makan.
Abbey segera menyiapkan makan siang untuk mereka, karena di mansion ini semua sudah makan.
Ardina pun ikut ke ruang makan untuk menemani mereka. Sementara pelayan ingin membantu, namun Abbey melarangnya.
Karena Abbey sendiri juga bisa melakukannya, Abbey hanya meminta pelayan untuk istirahat saja dulu.
"Tadi katanya papa kalian ke kampus bersama Dary. Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Abbey.
"Papa tidak cerita ke Mama?" tanya Elang.
Jika papamu cerita, mama tidak perlu bertanya, papa kalian cuma bilang mau ke kampus kalian, katanya ada urusan sedikit," jawab Abbey.
"Sebenarnya ...."
"Kamu berkahi lagi?" tanya Abbey memotong pembicaraan Merpati.
"Ma, bukan salah adek, adek cuma membela diri. Masa mau diam saja jika ditindas," kata Elang.
Abbey tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia dulu juga seperti itu. Tidak mungkin diam saja saat di tindas.
"Ternyata hal-hal jelek mudah sekali menurun pada anakku," batin Abbey.
Bedanya Abbey dulu anak beasiswa, jadi ia tidak bisa melawan, karena sayang dengan beasiswa yang sudah ia dapatkan dengan susah payah.
Sekarang giliran putrinya yang ditindas, bedanya sekarang suaminya pemegang saham terbesar di kampus tersebut.
"Jika Mama berada di posisi aku, mungkin Mama akan melakukan hal yang sama," ucap Abbey.
Ucapan itu membuat Abbey tersadar dari lamunannya. Kemudian ia mengangguk.
"Lalu, apa masalahnya sudah selesai?" tanya Ardina yang sejak tadi mendengarkan.
"Sudah Oma, aku meminta Pak Zul untuk melihat rekaman cctv. Ya karena aku tidak salah jadi urusan nya selesai begitu saja," jawab Merpati.
"Tidak ada tindakan tegas dari Pak rektor?" tanya Billy yang juga mendengar perbincangan mereka.
Billy baru keluar dari kamarnya, langsung menuju ke ruang makan. Namun siapa sangka ia mendengar pembicaraan mereka.
"Pak Zul juga tidak berani, Opa. Karena dia anak pemilik kampus tersebut, meskipun papa adalah investor terbesar di kampus tersebut. Tapi saat papa mengancam akan mencabut investasi nya, Pak Anton pun tidak mau dan hanya meminta maaf, ya sudah itu saja," jawab Elang panjang lebar.
Mereka semua yang ada disitu melongo mendengar percakapan Elang. Karena baru kali ini Elang berbicara panjang seperti itu.
Duuuhhh....almt msk rs tu ank orng....
Smngt merpati....km pst mnang.....
jangan lama2 up nya
𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐤𝐤... 𝐠𝐤 𝐬𝐛𝐫 𝐤𝐮 𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐢𝐧