Pesona Janda Sultan

"Apa tidak sebaiknya kita kembali ke Singapore, Tuan? Kondisi Anda sedang kurang baik dan belum pulih," usul Bowie sang asisten kepada Kaivan yang baru saja mendapat perawatan akibat memar di beberapa sudut wajahnya.

Tak hanya untuk mencari keberadaan sang mantan istri, pria pebisnis keturunan sultan itu memiliki hal penting lain yang baru saja diselesaikan dan harus berakhir dengan beberapa tanda lebam imbas adu jotos pada wajah tampannya.

"Tidak. Setelah salah satu urusanku selesai tadi, kini saatnya aku mencari Sofia. Aku hanya ... merasa harus bertanggung jawab," timpal Kaivan sembari menatap sendu ke jendela raksasa Penthouse miliknya di tanah air. Entah mengapa, kedua pundak Kaivan terasa berat akan beban mendadak hilangnya kabar dari sosok wanita yang sempat menjadi istri sahnya selama enam bulan belakangan itu.

"Apa kau sudah menemukan titik terang jejak Sofia?" Tak ingin larut terlalu dalam, Kaivan menyadarkan angannya dan to the point kembali membahas perkembangan informasi Sofia.

"Ah, sudah, Tuan. Lokasi Nyonya Sofia kemungkinan ada di alamat ini." Bowie menyerahkan tablet pintar yang memampang titik lokasi dimana Sofia berada. "Menurut penelusuran juga, Nyonya Sofia telah melamar sebuah pekerjaan, Tuan," tambah Bowie melengkapi informasi.

"Baiklah, aku akan menuju tempat Sofia setelah bertemu dengan seorang kolega bisnis," tukas Kaivan.

...***...

Baldwin Enterprise.

Azyla berjalan cepat menuju ruangan kerja. Hatinya gusar bukan main. Tak biasanya Jayden tidak mendiskusikan apapun termasuk mengajak Sofia yang jelas bersatus magang dalam sebuah pertemuan dengan klien penting.

Jemari lentik berkutek dusty pink gadis itu mulai menari cepat di atas laptop untuk memastikan sekali lagi jadwal meeting Jayden hari ini.

...📌Agenda meeting...

...📭Laurent Modeling....

..."Re-meeting penawaran model untuk launch produk baru set perhiasan Taipun & Co."...

"Jika tidak salah, Jayden menginginkan salah satu model dari Laurent untuk brand Taipun & Co." Azyla membatin pada diri sendiri.

Ia ingat betul meeting yang sama pernah terjadi. Namun, sayang. Pertemuan itu berakhir dengan penolakan dari sang model yang ditenggarai terlalu angkuh dan pemilih.

Sejurus itu, Jayden yang memang memiliki tekad kuat, tentu tidak ingin menyerah begitu saja. Image sang model yang dipilih sudah dinilai cocok oleh sang designer untuk brand perhiasan model terbaru.

Jayden juga merasa bahwa alasan penolakan sang model tidak masuk di akal. Hal ini memicu pria berparas baby face itu untuk mengagendakan re-meeting atau pertemuan ulang.

"Ah, aku paham sekarang. Kau ingin menguji si pemagang untuk merayu model yang angkuh itu kan, Jay?" Azyla menyeringai tipis seraya bermonolog, merasa paling mengetahui isi kepala Jayden. Pasalnya, Jayden adalah tipe bos yang lebih suka menguji anak buahnya daripada lama-lama berteori. 

Di sisi lain.

Hening. Hampir tak ada percakapan berarti selama di perjalanan dinas kali ini. Apa yang diprediksikan Azyla nampaknya benar. Jayden sengaja mengajak Sofia terjun langsung ke lapangan untuk menguji kredibilitas dalam kontek pembuktian kemampuannya sebagai staf humas.

Seiras dengan Jayden, hampir tak ada kalimat apapun yang terkuar dari belah ranum Sofia. Wanita itu lebih fokus mengobservasi sikap Jayden yang selalu penuh dengan kejutan.

Kira-kira, dia akan membawaku kemana, ya? Ugh, dasar bos aneh. Aku pikir hari pertama hanya akan ada perkenalan dan pengurusan dokumen-dokumen seperti di kantor ayah dulu. Sofia terdengar mengembus napas pasrah. Meski begitu, ia berharap Jayden tak mendengarnya.

"Kau sudah sarapan?" tanya Jayden sesaat setelah memarkirkan sempurna kendaraan besi favoritnya di basement sebuah gedung.

"Sudah."

"Bagus, karena hari ini akan menjadi hari pengujian pertama. Apakah kemampuanmu bisa diandalkan atau tidak? Aku tidak suka staf yang tak kompeten," timpal Jayden masih dengan nada acuh.

Sofia sedikit terkesiap. Rautnya terlihat kebingungan."Maksud, Bapak?"

Jayden segera memberikan briefing singkat mengenai tugas yang harus Sofia lakukan. Sebelum itu, sang pria terlebih dahulu menunjukan sebuah kotak persegi panjang di hadapan Sofia dan lalu membukanya.

"Ini adalah satu set produk perhiasan yang akan di luncurkan oleh Taipun & Co. Aku ingin salah satu modelnya menjadi Brand Ambasador. Tapi, sayang. Model itu menolak hanya karena alasan tidak menyukai set perhiasan ini," jelas Jayden panjang lebar. "Menurutku ini konyol karena aku tahu dia memakai brand Taipun & Co sebagai perhiasan pribadinya," tambah sang bos mendengkus kesal.

"Hmm, aku setuju dengan pendapatmu, Pak. Sang model seolah menyembunyikan alasan dibalik penolakan brand baru Taipun & Co."

"Bingo!" Air muka Jayden terlihat bangga imbas Sofia sukses menganalisis dugaan yang sama dengannya.

"Tugasmu adalah berkomunikasi dengannya untuk melihat kemungkinan adanya celah penawaran kita dapat diterima."

Jayden juga menyebutkan juga bahwa ia menaruh harapan besar sang model mau menjadi brand ambasador produknya. Mengingat, desainer perhiasan baru adalah sosok yang begitu penting baginya.

"Jay, lihat model itu!" Sang ibu memberi tanda gerakan bahasa isyarat sembari menunjuk ke arah televisi yang menayangkan sebuah iklan yang diperankan oleh seorang model cantik kala itu.

"Ah, Laura De Angela."

"Benar. Aku rasa, dia memiliki aura yang tepat untuk memakai brand baru Taipun. Co yang kurancang."

"Kau ingin Laura?" tanya Jayden dengan air muka teduh. Sang ibu lantas mengangguk antusias penuh harap kepada putranya.

"Kalau begitu, akan kupastikan rancangan barumu bertengger di tubuh Laura, Ma," janji Jayden seraya mengecup lembut pundak tangan Jihan.

Bayangan percakapan masa lalu Jayden dengan sang ibu kembali melintas dalam benak. Nyatanya, sang designer perhiasan Taipun & Co adalah Jihan.

Perkataan Jihan bagai sihir yang selalu ingin Jayden wujudkan setelah terucap. Sang ibu memang bukan tipe yang memaksakan, hanya saja Jayden terlanjur menjadi putra berbakti—yang ingin selalu membahagiakan Jihan dengan cara apapun.

"Maaf, jika boleh tahu, kenapa kau sangat ingin sekali Laura menjadi model produk terbaru? Bukankah masih banyak model lain yang tak kalah cantik?" tanya Sofia penasaran. Dari penuturan barusan, Sofia merasa Jayden sangat bertekad seolah hanya menginginkan Laura sebagai model brand terbaru.

Tak langsung merespon, Jayden malah mengerutkan dahinya seakan tak suka. "Kau cukup melaksanakan tugasmu dengan baik, Sofia. Aku tidak akan menjawab pertanyaan yang tidak relevan."

Ketus sekali, padahal aku bertanya baik-baik.

"Ergh. Terserah kau saja," gumam Sofia sangat pelan.

"Apa kau bilang?"

"Aku tidak bilang apa-apa," kilah Sofia cepat-cepat.

Jayden menyipitkan netra curiga. Ia yakin sekali Sofia mencemoohnya dengan gumaman. Tak ingin terlihat kentara, Sofia bergegas pamit keluar dari dalam mobil terlebih dahulu.

Beberapa saat kemudian.

Jayden dan Sofia kini sudah berada di dalam gedung Agensi Laurent Modeling. Keduanya dipersilahkan menunggu di sebuah ruang meeting ditemani seorang manager agensi.

"Ada apa manager Lee? Mengapa kau memanggilku di tengah sesi latihan?" Suara serak basah seksi seorang wanita terdengar menyeruak saat di tengah percakapan sang manager dengan Jayden.

Sontak, Jayden dan Sofia menoleh ke arah sumber suara secara bersamaan.

"Ah, I see."

Seketika, gadis yang rupanya adalah Laura menetapkan pandangan sensual kepada Jayden seraya menghampirinya. "Wow, rupanya CEO Baldwin sendiri yang turun tangan untuk mengajukan penawaran," tutur sang model dengan santai.

"Bingo! Kau tidak saja canti tapi kau juga pintar, Nona Laura," puji Jayden membalas tatapan ke arah netra Laura. Keduanya lantas saling bersitatap seolah terselip maksud lain di sana.

Wow, model bernama Laura itu ... benar-benar mengagumkan. Apa mungkin Jayden menyukai sang model? Sofia turut mengagumi paras serta penampilan dan bentuk tubuh seksi dalam balutan mini dress hitam.

"Ah, terima kasih atas pujiannya. Sayang sekali. Aku tetap tidak tertarik menjadi model perhiasan barumu," Laura mengedipkan sebelah mata, membuyarkan ekspektasi Jayden dengan penolakan. Sang model bersikukuh pada pendiriannya yakni menolak tawaran Jayden menjadi Brand Ambasador Taipun. Co.

"Apakah tawaran kami kurang menarik? Adakah yang bisa kami lakukan untuk membuatmu berubah pikiran?" tawar Jayden bernegosiasi.

"Ch. Baiklah jika kau ingin sekali aku jadi modelmu. Aku mempunyai syarat."

"Katakanlah."

Laura memangkas jarak menjadi semakin dekat ke arah Jayden. Ketika jarak antara mereka hanya beberapa inci saja, kedua manik cantik milik Laura menatap penuh binar dan berbisik, "Kau harus tidur denganku, Tuan CEO."

Bisikan yang Laura layangkan memang terdengar pelan. Akan tetapi, masih bisa terdengar dengan jelas oleh penghuni di sana. Baik manager Lee dan Sofia sontak mengerjapkan mata terkejut tak percaya.