Revenge Of Lady Aryana

"kalung yang indah nona. penuh dendam dan kebencian. Semoga dewa Ruci menuntun Anda" ucap pria tua tersebut, aku hanya mengangguk dan pergi dari kedai tersebut dengan wajah yang penasaran.

Kenapa orang itu bisa melihat kalun ini? Dan kenapa dia mendoakan ku atas pengampunan dewa Ruci? Yah, dewa Ruci adalah dewa cahaya, jika dewa Rue adalah dewa kegelapan maka dewa Ruci adalah dewa cahaya. Yang saat ini kami sembah sebagai dewa pemberi berkah. Dewa pemberi kehidupan dan kebahagiaan. Aku pernah meminta pertolongan pada dewa Ruci di kehidupan sebelumnya namun, dewa Ruci mengabaikan ku, seolah-olah aku pantas mendapatkan tindakan tidak adil seperti itu. Namun saat aku meminta sebuah keadilan pada dewa Rue. Dia langsung memberikan nya, hingga aku berada di sini sekarang.

Aku berjalan menuju alun-alun kota. Aku akan berjalan-jalan sebentar sebelum pulang. Namun saat aku melewati gang yang sepi aku melihat beberapa orang melawan satu orang. Hingga orang tersebut kewalahan. Aku sebenarnya ingin mengabaikan yang terjadi. Namun entah kenapa aku tidak bisa meninggalkan tempat ini tanpa menolong nya.

Aku memakai tudung jubah dan segera menghampiri mereka dan langsung menerjang orang yang sedang memegangi tubuh orang yang mereka serang. 10 lawan satu itu bukan jumlah yang adil bukan. Yah walau keadilan di dunia ini sungguh menipis.

Kemampuan ku memang tidak lah begitu bagus jika di bandingkan dengan seorang ahli. Namun dengan kemampuan ku ini aku yakin bisa membantu nya. Pria itu terkejut melihat aku datang dan menolong nya. Kemudian setelah beberapa detik tersadar. "apa yang di lakukan lady seperti mu di sini. Pergi lah kau akan membuat ku kerepotan nanti". Pemuda itu menatap kesal dan meremehkan ke arah ku. Kemudian dia melanjutkan pertarungan nya. Dan tiba-tiba salah seorang dari mereka menyerang ku. Namun dengan sigap aku menghalau serangan nya dengan gerakan yang di ajarkan Regrash pada ku. Hingga bandit itu tersungkur.

Kemudian aku mengambil sebuah pedang dari salah satu bandit yang sudah tak sadarkan diri. Kemudian aku berjalan dengan anggun masuk kedalam pertarungan yang sedang terjadi. Antara pria itu dengan sisa dari bandit-bandit tersebut yang berjumlah 8 orang. Aku melawan satu persatu dari mereka dentingan demi dentingan terdengar dari pedang yang saling bergesekan.

aku berhasil menebas dan membunuh salah satu dari mereka dengan pedang ini dan darah orang tersebut mengenai gaun ku dan juga sedikit wajah ku. Saat ini entah perasaan apa yang ku rasakan. Perasaan puas dan haus secara bersamaan. Untuk pertama kali nya aku membunuh seseorang. Aku terdiam sejenak menatap kedua tangan ku dan juga pedang yang ku pakai berlumuran darah. dan seketika kekuatan ini muncul lagi kekuatan yang saling bertolak. Entah mengapa aku malah tersenyum, aku tersenyum mengerikan.dan ini menyenangkan, aku bersemangat ingin membunuh lagi dan lagi. Perasaan itu muncul begitu saja. Seperti kerasukan setan tubuh ku bergerak dengan sendirinya menghantam dan membantai sisa bandit tersebut. Aku hanya bisa melihat aksi tubuh ku yang seperti di ambil alih.

hingga setelah bandit-bandit ini tergeletak tanpa sisa aku malah menyerang pria yang aku tolong tersebut. Tubuh ku tak ingin berhenti, sekarang aku melawan orang yang aku tolong itu. Pria itu menangkis setiap serangan yang aku lakukan. Aku tidak ingin melakukan ini aku harus berhenti. Aku mencoba mengambil alih tubuh ku. Dengan sekuat tenaga aku berteriak. "BERHENTI!!!!" seketika aku kembali dapat mengendalikan tubuh ku yang saat ini sedang mencoba menyerang pemuda yang sudah kelelahan itu. Aku melempar kan pedang yang ku gunakan ke sembarang tempat.

"maaf kan aku! Aku tidak bermaksud menyerang mu!" setelah mengatakan hal itu aku melihat wajah pria itu yang lelah berubah menjadi tersenyum ke arah ku.

"untung kau segera sadar, jika tidak mungkin aku akan mati di tangan mu. Seperti mereka, Kau seharusnya mengendalikan kekuatan mu itu. Kau terlihat mengerikan dengan mata yang hampir seluruh nya menghitam!" apa yang di katakan pria asing ini, tidak mungkin mata ku berubah. Sudah lah aku tidak peduli hal itu. Kembali lagi ku lihat gaun ku yang sudah terkena cipratan darah begitu pula tangan ku. jika Maya melihat ini pasti dia akan terkejut dan menanyaiku berbagai pertanyaan. Dan aku tidak suka itu.

"perkenalkan aku Orlando. dan siapa nama mu?" tanya pria asing di hadapan ku ini yang berbicara non formal pada ku. Namun aku tidak mempermasalahkan nya.

"aku Aryana.." jawab ku singkat, aku segera berjalan meninggalkan kan nya namun saat beberapa langkah aku pergi. Pria itu memanggil ku lagi.

"nona Aryana. terimakasih telah membantu ku dan ambillah ini. Bersihkan wajah mu dari darah-darah itu dan semoga kita bertemu lagi" pria itu memberikan sebuah sapu tangan berwarna biru langit dengan jahitan inisial OF. Sebelum aku menolak pria ini sudah meletakkan sapu tangan itu ke tangan ku dan bergegas pergi melewati atap-atap rumah penduduk. Aku terdiam sejenak melihat kepergian nya, siapa pria itu, di lihat dari penampilan nya dia seperti bangsawan. Namun aku tak pernah melihat nya di kerajaan ini. Sudah lah, hal itu tidak lah penting.

Aku akan pergi ke tepi sungai Elgot untuk membersihkan diri. Aku segera bergegas pergi menuju sungai Elgot, setelah sampai aku membuka jubah hitam yang ku gunakan tadi sebelum pergi ke pusat kota. dan menyangkut kan nya ke dahan pohon besar yang ada di tepian sungai Elgot ini. aku bercermin pada air sungai yang terlihat jernih dan berarus tenang saat ini. Dan benar saja wajah ku di penuhi oleh darah. Aku segera membersihkan nya dan juga membersihkan tangan ku. melihat wajah yang di penuhi darah itu membuat ku ngeri apa lagi ketika aku mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Aku berfikir apa yang terjadi pada ku. Kekuatan apa itu yang mengendalikan ku seperti monster haus darah.

Setelah bersih aku mengeringkan sisa air di wajah ku dengan sapu tangan yang di berikan oleh pria bernama Orlando itu. Sementara gaun ku yang terkena darah aku tutupi dengan jubah yang beruntung nya aku jubah ini berwarna hitam jadi warna darah tersebut tak terlalu terlihat.

Aku mengerat kan jubah tersebut ke tubuh ku dan saat aku berbalik betapa terkejutnya aku melihat pria iblis Nicholas sedang berdiri di hadapan ku sekarang bersama Maya dan beberapa pengawal yang lain di belakang nya.

pria ini sama terkejut nya dengan ku. Dia memandangi ku dari atas hingga bawah dengan tatapan aneh. Namun keadaan tersebut hanya berlangsung sebentar saja.

"apa yang kau laku kan di sini Grand duchess Aryana Ruasent!"